Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri ke Arah yang Baik dan Menciptakan Berkah Bersama
Yang paling ingin saya lakukan dalam hidup saya setiap hari ialah membuat semua orang bisa memahami dengan jelas tentang ajaran Buddha, menerimanya, dan mempraktikkannya secara nyata. Bodhisatwa yang dilantik hari ini memakai pita yang bertuliskan "Hati Buddha, Tekad Guru." Kita harus meneladani hati Buddha yang penuh welas asih agung. Jadi, kita harus memupuk welas asih agung di dalam hati. Saya meminta kepada semua insan Tzu Chi untuk meyakini, menerima, dan mempraktikkan ajaran kebenaran serta melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.
Ke dalam, insan Tzu Chi melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Ke luar, kita juga harus mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa kita harus memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan penuh cinta kasih, kita berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram serta semua orang dan setiap keluarga dipenuhi berkah. Saya berharap semua makhluk dapat melakukan perbuatan baik dan menciptakan berkah agar bisa membawa keharmonisan bagi masyarakat dan dunia.
Sutra Makna Tanpa Batas mengajarkan kepada kita untuk meringankan penderitaan orang-orang dan berbagi Dharma dengan mereka. Tujuan kegiatan amal kita adalah menjadi tempat pertolongan dan berlindung bagi semua makhluk. Ketika orang-orang mengalami kesulitan, kita pergi memberi perhatian dengan cinta kasih untuk meringankan penderitaan mereka, lalu berbagi Dharma dengan mereka. Inilah semangat Tzu Chi. Ini juga merupakan inti sari Sutra Teratai sekaligus semangat yang terkandung dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Tzu Chi dimulai dari misi amal. Misi amal Tzu Chi merupakan tempat pertolongan dan berlindung serta sandaran yang damai bagi semua orang. Begitu orang yang menderita berinteraksi dengan insan Tzu Chi, mereka akan merasa tenang.
Di Afrika terdapat banyak orang yang kurang mampu, tetapi sekarang banyak orang yang menjadi relawan Tzu Chi di sana. Mereka mendedikasikan diri di Tzu Chi bukan demi kekayaan materi. Bukan demikian. Namun, mereka bisa mengubah pola pikir dan membangkitkan kekayaan batin. Meski mereka masih sangat kekurangan, tetapi mereka sangat bahagia. Semua relawan lokal di Afrika Selatan sangat tekun dan bersemangat. Ada seorang relawan kita, Bapak Zhou, berikrar untuk menyebarkan ajaran saya ke seluruh Afrika. Relawan lokal mengikutinya menjangkau orang yang membutuhkan di Malawi.
Untuk kunjungan pertama dan kedua, Bapak Zhou dan Bapak Pan yang merupakan warga keturunan Tionghoa mendampingi mereka pergi dengan naik pesawat terbang. Namun, untuk yang ketiga kali, mereka harus mengembannya sendiri. Sebelum relawan lokal berangkat, relawan Tionghoa berkata, "Ini merupakan perjalanan lintas negara yang sangat jauh dan sulit." "Misi menabur benih kebajikan ini sangat sulit dan berbahaya, apakah kalian bisa melakukannya?" Keempat relawan yang mengemban misi ini adalah relawan lokal Afrika Selatan. Jawaban mereka juga membuat saya sangat tersentuh. Mereka menjawab, "Kami pasti akan mengatasi segala kesulitan untuk mencapai misi ini."
Berapa jauh jarak yang harus ditempuh? Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 2.400 km dengan bus. Mereka harus melewati Zimbabwe dan Mozambik, barulah bisa tiba di tujuan mereka, yaitu Malawi. Mereka melakukan perjalanan selama 3 hari dengan bus. Cuaca selama 3 hari itu juga sangat panas. Bus yang mereka tumpangi seperti oven karena tak memiliki pendingin udara. Selain itu, mereka juga diperiksa di setiap perbatasan negara. Mereka menghadapi banyak kesulitan.
Ketika tiba di Malawi, di sana tak ada air, listrik, dan makanan. Mereka begitu bersusah payah. Cinta kasih Bodhisatwa di Afrika sungguh tidak kalah dari kita. Meski mereka hidup serba kekurangan, tetapi tekad mereka tak kalah dari kita. Kita masih memiliki banyak kerisauan, sedangkan mereka sangat berpuas diri dan bersyukur setiap saat. Setiap hari, mereka melatih diri di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri. Karena itu, mereka bersumbangsih dengan sangat sukarela. Dalam mendengar Dharma, mereka juga tak kalah dari kita. Mereka sangat tekun dan bersemangat. Meski mereka tak mengerti secara langsung apa yang saya katakan, tetapi mereka menyerap setiap kalimat ke dalam hati. Berhubung kesempatan bagi mereka untuk mendengar ceramah saya terbatas, maka mereka sangat menghargainya dan berusaha memahami setiap kata untuk mendalami ajaran Buddha.
Mereka beragama Kristen dan Katolik. Saya berkata kepada mereka, "Kalian tak perlu pindah agama." "Kalian cukup lebih bersungguh hati dalam memahami Tzu Chi dan mempraktikkan misi Tzu Chi." Setelah kembali dari Malawi, mereka berkata bahwa perjalanan mereka benar-benar penuh dengan kesulitan. Ini sungguh sangat menyentuh. Setelah kembali, mereka berkata bahwa misi mereka telah tercapai. Mereka sangat gembira dan tidak berkeluh kesah.
Mereka benar-benar telah melewati setiap kesulitan dan hati mereka dipenuhi sukacita dalam Dharma yang selamanya tak akan terlupakan. Inilah hati Buddha dan tekad Guru yang saya katakan kepada para anggota komite dan Tzu Cheng. Tekad saya adalah menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, selain harus memiliki hati yang penuh welas asih, kita juga harus melangkah maju dengan keuletan Bodhisatwa. Demikianlah semangat yang harus dimiliki para anggota Tzu Cheng dan komite.
“Kami akan hidup harmonis tanpa pertikaian bagai satu keluarga; mengajak orang lain untuk tekun dan bersemangat guna menyerap Dharma ke dalam hati. Kami berikrar untuk menyebarkan semangat celengan bambu dan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Kami akan melakukan daur ulang untuk melindungi Bumi. Kami akan bersama-sama berjalan di jalan yang telah Master bentangkan dan meringankan beban Master. Master sangat mengasihi kami. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.”
Saya sungguh sangat tersentuh. Yang berada di atas panggung bagaikan hutan Bodhi dan yang berada di bawah panggung bagaikan lautan Dharma. Saya mendoakan semua orang. Semoga kalian tidak melupakan ikrar yang kalian bangun saat ini. Saya berharap para Bodhisatwa dapat lebih tekun dan bersemangat lagi agar suatu hari nanti kalian bisa dilantik. Saya berterima kasih kepada Bodhisatwa daur ulang yang telah mengasihi Bumi. Dibutuhkan semua orang untuk mengasihi Bumi dan menjalankan Tzu Chi. Terima kasih, semuanya. Saya mendoakan kalian semoga di tahun baru ini semuanya berjalan sesuai harapan serta setiap keluarga aman dan tenteram.
Meyakini, menerima, dan mempraktikkan ajaran Buddha
Melatih diri ke arah yang baik dan menciptakan berkah bersama
Menjadi tempat pertolongan dan berlindung bagi semua makhluk
Misi menjadi sandaran yang damai bagi semua makhluk tercapai
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Januari 2019