Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri untuk Memberi dan Melepas demi Melindungi Semua Makhluk
“Saya termasuk sangat beruntung karena setelah saya lahir, orang tua saya sangat perhatian pada saya dan merawat saya dengan baik. Suami saya juga sangat perhatian dan merawat saya dengan baik. Yang membuat saya menderita adalah anak kami. Setiap kali menelepon saya, dia selalu meminta uang. Dia tidak pernah menanyakan kabar saya. Tidak pernah. Dia selalu meminta uang. Itu membuat saya sangat tegang. Tanpa Tzu Chi, pintu hati saya tidak akan terbuka,” kata Qiu Ying-ge relawan Tzu Chi.
“Rintangan batin terbesarnya ialah anaknya. Pada tanggal 16 Maret 2019, kunjungan ke Griya Jing Si, Hualien membuatnya bisa mengatasi rintangan batinnya. Dia akhirnya melepas keluh kesah dan rasa benci terhadap anaknya. Dia malah bersyukur kepada anaknya karena menganggapnya sebagai jalinan jodoh pendukung. Melihat dia berubah, kami merasa sangat terhibur,” kata Luo Heng-yuan relawan Tzu Chi.
“Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya memahami hukum sebab akibat. Kini saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak menciptakan karma buruk,” imbuh Qiu Ying-ge relawan Tzu Chi.
Kita harus bersungguh hati. Kita melatih diri demi membebaskan diri dari penderitaan. Buddha mengajari kita bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan dan penderitaan di dunia ini berasal dari pikiran yang bergejolak. Saat seseorang bertikai dengan orang lain, noda dan kegelapan batin akan timbul dengan sendirinya sehingga dia menciptakan karma buruk dan mengalami penderitaan dari kehidupan ke kehidupan.
Dalam siklus kelahiran kembali, dia terus dibelenggu oleh penyesalan, kekhawatiran, kesedihan, dan sebagainya. Inilah penderitaan di dunia ini.
Orang-orang yang menderita membutuhkan bantuan orang lain. Saat mereka menderita, tindakan nyata apa yang bisa kita lakukan untuk meringankan penderitaan mereka?
Saat ada orang yang menderita, Bodhisatwa harus muncul tepat waktu untuk memberikan bantuan dan meringankan penderitaan mereka. Saat ada orang yang diliputi noda batin atau menyimpang dari arah yang benar, kita harus berbagi ajaran kebenaran dengan mereka dan membimbing mereka ke arah yang benar. Demikianlah hendaknya kita membimbing orang-orang sebagai Bodhisatwa dunia.
Manusia sering kali menciptakan penderitaan bagi diri sendiri. Bagaimana cara menghindari penderitaan serta memperoleh kehidupan yang damai dan bahagia?
Kita harus mempelajari dan mempraktikkan Dharma. Jadi, kita harus terjun ke masyarakat untuk membimbing orang-orang ke arah yang benar.
Pada saat ini, banyak orang yang telah diliputi kerisauan, kesedihan, dan penderitaan. Bagaimana cara kita menghapus kerisauan mereka?
Ada banyak orang yang mengalami depresi. Setelah melakukan daur ulang, mereka tak lagi mengalami depresi. Ada pula relawan yang semula tidak bisa berjalan dengan stabil, kini bukan hanya bisa berjalan dengan stabil, bahkan bisa mengangkat barang daur ulang.
“Beberapa tahun lalu, saya tidak leluasa berjalan. Kini saya bisa berjalan dengan lebih stabil. Saya juga bisa berjalan berkeliling untuk mengumpulkan botol dan kaleng. Sebelumnya, saya tidak bisa memegang gunting. Kini saya bisa menggunting tali ini sendiri. Saya menarik tali ini sendiri untuk mengikat barang-barang ini,” kata Huang Xu Qiu-ying relawan daur ulang.
Dia bertekad untuk melakukan daur ulang dan memperoleh kebahagiaan darinya. Jadi, ada banyak orang yang menderita. Namun, dengan cara yang sederhana, kita bisa membawa manfaat bagi masyarakat dan membimbing orang-orang ke arah yang benar.
Sebelumnya, mereka mungkin kehilangan arah. Namun, kini mereka memiliki arah yang jelas sehingga hati mereka dipenuhi sukacita. Ini termasuk mempraktikkan Dharma di dunia.
Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita dapat membimbing orang-orang menyelami Dharma. Dharma tidaklah berwujud. Namun, dengan mempraktikkan Dharma di dunia, kita dapat memahami kebenaran dan menyatu dengan Dharma. Jadi, kita harus mempraktikkan Dharma.
Bodhisatwa tidak tega melihat semua makhluk menderita. Untuk mempraktikkan Dharma di dunia, cara teraman ialah mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.
Makhluk yang menderita merupakan ladang pelatihan kita. Setelah melihat penderitaan, menyadari berkah, dan melenyapkan ketamakan, kita bisa memahami Dharma dan membina cinta kasih agung tanpa mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan.
Pada hakikatnya, semua makhluk ialah setara. Jika bisa mengasihi semua hewan, kita tidak akan tega mengonsumsi daging. Namun, banyak orang yang sulit untuk mengendalikan nafsu makan. Orang-orang tahu bahwa mengonsumsi daging mengakibatkan hewan-hewan disembelih, tetapi mereka sengaja mengabaikan cinta kasih yang tulus ini karena tidak bisa mengendalikan nafsu makan.
Belakangan ini, saya sering berkata bahwa tidak bisa jujur pada diri sendiri termasuk rintangan batin. Jadi, kita harus bersungguh hati membangun ikrar agung berlandaskan cinta kasih.
Berhubung tidak tega melihat hewan-hewan dilukai, disembelih, dan menderita, kita membangun ikrar agung berlandaskan cinta kasih. Kita harus segera melatih diri untuk memberi dan melepas. Kita harus menghapus kekikiran dan melepas nafsu keinginan. Kita harus bertindak secara nyata untuk melepas berbagai nafsu keinginan, termasuk nafsu makan. Kita harus bisa melepas segalanya demi mengasihi dan melindungi semua makhluk.
Terjun ke tengah masyarakat untuk menolong orang-orang yang kekurangan dan menderita, ini termasuk memberi. Jadi, dengan melatih diri untuk memberi dan melepas, kita bisa menyempurnakan welas asih kita.
Menderita
dalam siklus kelahiran kembali karena diliputi noda batin
Menapaki
Jalan Bodhisatwa untuk membimbing dari kesesatan menuju kebenaran
Melatih
diri untuk memberi dan melepas serta menghapus kekikiran
Melindungi semua makhluk dengan ikrar
berlandaskan cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Juli 2020