Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri untuk Menyempurnakan Kebuddhaan

“Kami adalah Tzu Ching dari seluruh dunia. Kami sangat bersyukur karena tahun ini kami dapat kembali ke Taiwan dan dilantik.”

Lihatlah anggota Tzu Ching yang energik dan mengagumkan. Mereka juga membangun ikrar dan tekad luhur. Para anggota Tzu Ching angkatan pertama terus mendampingi adik kelas mereka hingga dilantik menjadi anggota komite.

Tzu Ching memegang peran penting untuk mewariskan ajaran Jing Si. Ini sangat penting. Setelah dilantik, mereka turut mengemban misi Tzu Chi. Setelah dilantik, mereka terjun ke tengah umat manusia untuk mendengar Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika kita dapat teguh menjalankan praktik Bodhisatwa, maka kita akan dapat mencapai kebuddhaan.

Ceramah Master Cheng Yen

Inilah yang sering saya tekankan belakangan ini. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Inilah praktik Bodhisatwa. Inilah inti dari semua ajaran. Akan tetapi, kita sering melupakannya. Karena itu, kita harus sering mendengar Dharma.

Semakin sering kita mendengar Dharma, maka kita akan mendapati bahwa kebijaksanaan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Seiring berlalunya waktu, zaman juga terus berubah. Meski zaman terus berubah, tetapi Dharma tidak lapuk oleh waktu. Dharma tidak pernah berubah. Dharma membimbing manusia sesuai dengan kondisi dan perubahan zaman. Sampai kapan pun, Dharma tidak pernah berubah meski zaman terus berubah.

Dharma dapat dipraktikkan sesuai dengan perubahan zaman. Sama halnya, seiring perubahan zaman, manusia juga dapat mempertahankan tekadnya untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tekun dan bersemangat guna mencapai kebuddhaan. Buddha meramalkan para murid-Nya dapat mencapai kebuddhaan. Dengan menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik, maka kita akan semakin mendekati tataran kebuddhaan.

Ramalan itu hanyalah kesepakatan antara Buddha dan para murid-Nya. Namun, mereka yang sudah diramal, apakah akan melanggar kesepakatan di tengah jalan? Demikian pula, apakah kita sendiri akan melanggar kesepakatan di tengah jalan? Mereka yang melanggar kesepakatan tidak dapat mencapai kebuddhaan. Mereka yang melanggar kesepakatan mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Mereka yang tidak melanggar kesepakatan dapat berlatih diri sesuai kemampuan.

Ceramah Master Cheng Yen

Buddha memberi tahu kita bahwa untuk mencapai kebuddhaan, dibutuhkan waktu yang sangat panjang. Buddha membuat kesepakatan dengan kita dan memberi kita waktu untuk melatih diri. Buddha memberi kita waktu untuk membina keyakinan terhadap diri sendiri. Saat pembabaran Sutra Bunga Teratai, Buddha mengatakan bahwa setiap orang dapat mencapai kebuddhaan. Karena itu, saya terus menekankan bahwa jalan Bodhisatwa sangat lurus dan lapang.

Saya terus menekankan bahwa jalan ini sangat lurus. Saya berharap setiap orang dapat terus melangkah maju di jalan yang lurus ini. Dengan terus menjalankan praktik Bodhisatwa, baru kita dapat mencapai kebuddhaan. Kita harus memahami bahwa ramalan Buddha adalah sebuah kesepakatan. Buddha ingin membuktikan bahwajalan yang kita tapaki ini sudah benar. Selama jalan yang ditapaki sudah benar, kita harus terus melangkah maju tanpa kehilangan fokus dan tidak menyimpang sedikit pun. Dengan demikian, kelak kita pasti dapat mencapai kebuddhaan.

Buddha berkata bahwa kita harus melatih diri berkalpa-kalpa. Kalpa adalah waktu yang sangat panjang. Kita membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk melatih diri hingga hati ini tidak akan terpengaruh oleh orang saat terjun ke tengah umat manusia. Setelah menyempurnakan pelatihan ini, berarti kita sudah mencapai kebuddhaan. Ini adalah proses yang sangat sederhana. Semoga kalian dapat memahaminya.

Ceramah Master Cheng Yen

Lewat penjelasan ini, saya berharap kalian dapat memahaminya. Mengapa Buddha juga meramalkan bahwa Devadatta juga akan mencapai kebuddhaan? Buddha menganggap Devadatta sebagai pemicu bagi-Nya. Jika tidak ada Devadatta yang menghalangi, bagaimana kita dapat melihat cara Buddha mengatasi kesulitan di dunia?

Di tengah kondisi yang mulus, sulit bagi kita untuk mencapai kebuddhaan. Dengan banyaknya jalinan jodoh penghalang, kita dapat semakin terpicu untuk mencapai kebuddhaan. Sejak awal hingga akhir, Buddha memberikan ajaran yang sama. Hanya saja setiap orang memiliki daya ingat yang berbeda-beda. Akibat noda batin yang tebal, sulit bagi kita untuk menghubungkan semua ajaran Buddha. Karena itu, saya ingin memberi tahu kalian bahwa kita harus membersihkan noda batin hingga tuntas di kehidupan ini. Janganlah kita sengaja menyisakannya sedikit. Jangan kita menyisakannya sedikit pun. Kita jangan sengaja menyisakan setengahnya.

Ketahuilah bahwa noda batin bagaikan kuman. Sedikit pun kita tak boleh menyisakannya, terlebih lagi setengah. Untuk apa kita menyimpan kuman di dalam diri?

Dunia masa kini dipenuhi oleh Lima Kekeruhan. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan merupakan lima jenis kekeruhan. Di dalam kekeruhan ini terdapat banyak kuman. Jika kita menyisakannya sedikit, ia akan berkembang menjadi banyak. Jika kita menyisakannya setengah, ia akan kembali bertambah menjadi penuh. Jadi, janganlah kita menyisakan setengahnya. Kita harus melenyapkan semuanya secara tuntas. Harap semua orang dapat bersungguh hati. Kekuatan cinta kasih harus dikerahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan ini, kita dapat mempelajari kebenaran lewat setiap hal yang ditemui. Kita harus mendalami kebenaran dan mencocokkannya dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah prinsip kebenaran. Inilah prinsip kebenaran yang diajarkan Buddha kepada kita. Kebenaran ini tak terlepas dari segala sesuatu di dunia.

Saya sangat khawatir kalian membangkitkan kegelapan batin dan bermalas-malasan karena jika demikian, kita akan perlahan-lahan menjauh dari masyarakat. Jika kita tidak mempraktikkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, maka meski banyak mendengar Dharma, itu juga tidak ada gunanya. Jadi, dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, jika kita hanya membangun tekad tanpa sungguh-sungguh mempraktikkannya, maka tujuan kita tidak akan tercapai.

Praktik nyata tanpa tekad juga tidak dapat bertahan selamanya. Jadi, tekad dan praktik kita harus dijalankan bersamaan. Dengan begitu, barulah Dharma dapat meresap ke dalam kesadaran kedelapan untuk memurnikan kesadaran kita.

Setelah kesadaran termurnikan, baru kita dapat mencapai kebuddhaan, yakni kesadaran kesembilan. Kesadaran kesembilan adalah hakikat kebuddhaan yang murni dan tanpa noda. Itulah hakikat kebuddhaan yang murni dan tanpa noda. Untuk mencapainya, kita harus terus melenyapkan kegelapan dan noda batin. Saya juga berharap setiap relawan dapat mempelajari sejarah Tzu Chi dan mendalami semangat Tzu Chi.

Kita jangan memiliki pikiran yang tidak-tidak. Daripada berpikiran yang tidak-tidak, lebih baik kita mengingat awal mula kita bergabung dengan Tzu Chi, sudah seberapa jauh kita menapaki Jalan Tzu Chi, dan ada kisah apa yang menyentuh. Kita hendaknya berbagi kisah dengan orang lain, menjadi saksi bagi zaman, dan mengukir sejarah bagi Tzu Chi. Ini membutuhkan kesungguhan hati semua orang.

Setiap orang hendaknya melatih diri dengan tulus sesuai kemampuan

Meneguhkan tekad untuk menyempurnakan kebuddhaan

Melenyapkan noda batin secara tuntas

Membangun tekad dan melakukan tindakan nyata untuk memurnikan pikiran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Desember 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Desember 3016
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -