Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Hati dan Membawa Manfaat bagi Masyarakat

“Hewan yang dibunuh kasihan sekali. Kita harus memberi tahu Ayah dan Ibu untuk tidak makan daging. Jadi, kita bisa menyelamatkan hewan,” ujar Lau Yu Qi,  murid TK Tzu Chi Johor Bahru, Malaysia.

“Jika kita makan daging, kelak Bumi akan sakit. Setelah itu, semua orang akan sakit,” tutur Tee Ming Rui yang juga murid TK Tzu Chi Johor Bahru, Malaysia.

“Ini membangkitkan welas asihnya sehingga dia tidak tega membiarkan anak ayam dibunuh. Dia berkata, “Apakah Ibu tega membunuh anak ayam? Nanti induknya tidak bisa menemukannya.” Saya merasa bahwa bagi anak-anak, ini adalah pendidikan yang sangat baik,” kata Koh Guek Huay, orang tua murid.

Buddha mengajari kita bahwa setiap orang harus hidup berdampingan dengan alam. Semua kehidupan merupakan satu kesatuan. Bagaimana hendaknya kita hidup di bumi ini? Kita hendaknya bersyukur kepada bumi serta menghargai dan mengasihi sesama makhluk hidup. Ini untuk membina sifat yang baik. Kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta, belajar berinteraksi dengan sesama, senantiasa bersyukur, dan saling memperhatikan dengan cinta kasih tanpa pamrih.

Sejak masa-masa awal, demikianlah bimbingan yang diterima insan Tzu Chi. Jadi, selain bersumbangsih sendiri, kita juga harus membimbing orang lain bersumbangsih. Kita memahami bahwa percuma jika kita hanya membabarkan ajaran Buddha. Kita harus bersungguh-sungguh mempraktikkannya.  Hanya memiliki ladang pelatihan tidaklah berguna. Kita harus menggenggam setiap detik untuk mempraktikkan Dharma secara nyata dan membimbing orang lain untuk mempraktikkannya.

 

“Melihat istri saya dan relawan lain bersusah payah mengobati pasien, saya merasa bahwa saya mungkin bisa sedikit membantu. Jadi, selama satu setengah tahun ini, saya bukan hanya mengantar dan menjemput istri saya, tetapi juga membantu registrasi pasien di poli gigi,” kata Tom Burr, relawan Tzu Chi.

“Hari ini adalah hari ulang tahun kami berdua. Jadi, kami membawa kue ke sini. Semua orang sangat ramah dan efisien dalam bekerja. Efisiensi yang sangat mengagumkan. Jika tidak, kami tidak akan terus datang,” ujar Laura Matsunaga, dokter gigi.

“Saya berterima kasih dari lubuk hati saya kepada Master Cheng Yen dan Yayasan Tzu Chi yang memberi saya kesempatan untuk menjadi relawan bersama keluarga saya,” ujar Phu Truong, dokter gigi.

“Usai baksos dan pulang ke rumah, saya tahu bahwa saya telah menolong banyak orang. Meski kini saya hanya duduk di depan meja dan membantu registrasi pasien, tetapi suatu hari nanti, saat lulus dari fakultas kedokteran, saya akan kembali untuk membantu sebagai dokter,” kata An Truong, putri Phu Truong.

Selain bersumbangsih sendiri, kita juga membimbing orang lain bersumbangsih. Kita menjadikan diri sendiri sebagai teladan untuk membimbing orang-orang menuju arah yang benar. Inilah Dharma yang menakjubkan dari memuji orang yang bersumbangsih. Berhubung kita dipenuhi sukacita, setuju, dan memuji perbuatan baik, barulah kita bersedia bersumbangsih secara nyata.

Setiap orang bersumbangsih dengan sukacita dan tanpa pamrih, bahkan bersyukur karenanya. Inilah Dharma yang sesungguhnya. Saling memuji dan bersyukur, bukankah ini yang selalu dilakukan oleh para insan Tzu Chi? Selain bersumbangsih sendiri, kita juga memuji orang lain, “Dia lebih banyak bersumbangsih dari saya. Dia sangat luar biasa.” Apakah kita tidak bersumbangsih? Kita juga bersumbangsih. Namun, kita mendukung orang lain bersumbangsihserta memuji sumbangsih mereka.


Inilah Dharma yang menakjubkan dari memuji orang yang bersumbangsih. Orang yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain dengan bersumbangsih sungguh patut kita puji.

“Saya sangat memuji para relawan yang sudah memilah barang daur ulang mereka di rumah. Jadi, di sini kita bisa merapikannya dengan mudah,” kata Gao Xiuli. relawan Tzu Chi.

“Anda melakukan daur ulang sampai bermandi keringat. Saya dipenuhi sukacita,” kata Ma Xiaoqiu, yang juga relawan Tzu Chi.

“Saya merasa gembira melakukan daur ulang di sini. Saya ingin terus melakukannya dengan mengerahkan semua tenaga saya,” kata Chen Yuelan, relawan Tzu Chi.

Kita bersumbangsih, membimbing orang lain untuk bersumbangsih, dan memuji mereka. Dharma terdapat dalam tindakan kita dan merupakan jalan yang bisa ditapaki. Dharma bukan sekadar teori kebenaran, melainkan jalan yang bisa ditapaki. Orang-orang memupuk pahala dengan melatih hati mereka. Apa makna dari pahala dan kebajikan? Kita memupuk pahala dengan membawa manfaat bagi semua makhluk dengan hati yang tulus. Ini lebih sederhana. Semoga setiap orang bisa mengingatnya.

Orang-orang memupuk pahala dengan melatih hati mereka. Inilah yang disebut dengan pahala. Jika tidak melatih hati, percuma kita terjun ke tengah masyarakat karena kita tidak bisa membawa manfaat bagi orang lain. Kita harus melatih hati, baru bisa terjun ke tengah masyarakat untuk menolong sesama. Jika tidak, untuk apa kita terjun ke tengah masyarakat? Kita harus bersungguh-sungguh melatih diri.

 

Dengan tekad melatih diri, kita terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing sesama agar memiliki tekad yang sama dengan kita dan bersumbangsih secara nyata. Dengan demikian, kita bisa bersumbangsih, orang lain juga bisa bersumbangsih. Demikianlah kita memupuk pahala. Membawa manfaat bagi masyarakat juga membuat hati kita merasa mantap. Jadi, memupuk pahala ialah melatih hati dan membawa manfaat bagi masyarakat.

Bagaimana dengan kebajikan? Kita melakukan kebajikan dengan mempraktikkan Dharma. Kita bukan hanya harus melatih ke dalam diri, juga harus melakukan praktik ke luar. Saya sering berkata bahwa perilaku sehari-hari kita dilihat dan dipelajari oleh orang-orang. Karena itu, kita harus menunjukkan pelatihan diri kita dalam perilaku sehari-hari. Jadi, kita melakukan kebajikan dengan mempraktikkan Dharma.

Jika kita bisa menerapkan tata krama dalam berperilaku dan bekerja secara alami tanpa dibuat-buat, maka orang yang melihatnya akan merasa bahwa kita sangat disiplin dan berwibawa. Apa pun yang kita lakukan, kita bisa membuat orang dipenuhi sukacita dan memuji kita. Inilah yang disebut kebajikan.

Saat kita menjadi pemimpin, asalkan kita melatih hati dan mempraktikkan Dharma, asalkan kita melatih hati dan mempraktikkan Dharma, ucapan kita dan apa yang ingin kita lakukan akan diwujudkan bersama oleh banyak orang. Inilah yang disebut pahala dan kebajikan. Inilah yang disebut pelatihan diri.

Kita memupuk pahala dan melakukan kebajikan karena adanya sebab dan kondisi. Dalam kehidupan setiap orang terdapat sebab, kondisi, dan akibat. Segala sebab akan menimbulkan akibat. Jadi, hukum sebab akibat selalu ada. Kita harus percaya akan hal ini. Kita melatih ke dalam dan ke luar diri dengan memupuk pahala dan melakukan kebajikan.

Bersumbangsih sendiri dan membimbing orang lain bersumbangsih
Melatih hati dan membawa manfaat bagi masyarakat
Mempraktikkan Dharma hingga menampilkan kedisiplinan dan wibawa
Membimbing semua makhluk menuju pencerahan tanpa keraguan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Oktober 2019
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -