Ceramah Master Cheng Yen: Melatih ke Dalam dan Mempraktikkan ke Luar Ajaran Kebenaran

Setiap tahun, pada saat-saat seperti ini, saya selalu sangat gembira karena murid-murid saya dari luar negeri akan kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan dan menjalani pelantikan. Jika Tzu Chi dapat tersebar luas ke seluruh dunia, maka akan terdapat Bodhisatwa dunia di setiap tempat. Inilah yang paling menggembirakan.

Setiap tahun, saat-saat seperti ini merupakan saat-saat yang sangat saya dambakan. Meski jarak antara kita sangat jauh, tetapi saya berharap mulai hari ini, hati kita dapat menyatu. Saya berharap hati saya dan hati kalian dapat menyatu dengan hati Buddha. Hati Buddha penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Buddha ingin kita mempraktikkan ajaran Mahayana. Jangan hanya melatih diri sendiri dan tidak memedulikan orang lain.

Kini, terjadi konflik di berbagai negara. PBB juga berusaha keras untuk meredakan konflik. Banyak negara juga berada dalam ketegangan. Dunia ini tidak akan sanggup menanggung konsekuensinya jika bencana akibat ulah manusia terus meluas. Karena itu, kita hendaknya mempraktikkan ajaran Mahayana. Di mana pun kita tinggal, kita hendaknya menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa dunia.

Tadi, kalian semua melakukan pradaksina sambil melantunkan sebuah lagu. Saya berharap semua relawan kita dapat memiliki kesatuan hati. Hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama, kita harus memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan terhadap semua makhluk yang menderita. Kita sungguh penuh berkah karena bisa bersumbangsih bagi mereka. Semakin banyak orang, semakin besar kekuatan untuk bersumbangsih.

Saudara sekalian, hari ini kita berkumpul bersama di sini untuk mendalami sebuah ajaran, yakni ajaran Mahayana. Ajaran Buddha yang akan kita pelajari bertujuan untuk melapangkan hati dan membina cinta kasih kita yang tidak terbatas dan tidak berujung. Di negara dan wilayah mana pun kita berada, jika kita bisa membangkitkan tekad dan ikrar agung untuk menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia, bukankah dunia akan damai dan anak cucu kita akan aman dan tenteram? Tidak ada hal yang mustahil.

Kita bisa melihat Bodhisatwa di Afrika. Mereka sangat tekun dan bersemangat. Jika kalian sering menonton program Lentera Kehidupan, kalian pasti sering mendengar saya memuji para relawan kita di Afrika. Mereka bertekad dan berikrar untuk berusaha semampu mereka membimbing orang-orang di Afrika. Kini mereka telah menjangkau tujuh negara dan akan berusaha untuk menjangkau 8 negara.

Mereka mengadakan kunjungan lintas negara dengan mengemudikan mobil untuk menyebarkan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Setelah tiba di tempat tujuan, mereka tetap mendengar Dharma setiap hari. Mereka terus mendengar Dharma tanpa henti dan mempraktikkannya secara nyata. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian dapat melatih diri dengan sepenuh hati tanpa keraguan dan terus melangkah maju. Jika kita bisa melatih diri dengan sepenuh hati, maka tidak akan ada keraguan. Mulai sekarang, kita harus mendekatkan hati kita dengan hati Buddha. Hati Buddha sangatlah murni. Buddha telah melatih diri di berbagai kehidupan selama berkalpa-kalpa sehingga bisa mengakumulasi begitu banyak kebajikan dan begitu berwibawa. Ini membutuhkan pelatihan jangka panjang dari kehidupan ke kehidupan.

Dari kehidupan ke kehidupan, Buddha telah menyempurnakan kebajikan dan keluhuran-Nya. Jadi, saat Buddha terlahir di alam manusia, setiap orang yang melihat-Nya, menghormati-Nya karena Buddha telah membina berkah dan kebijaksanaan.

Jika seseorang menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik dengan orang lain, maka saat kita melihatnya, pasti akan timbul sukacita dan rasa hormat. Inilah yang disebut keluhuran. Namun, untuk menyempurnakan keluhuran, kita harus melatih ke dalam diri. Kita harus yakin terhadap ajaran Buddha. Jika kita yakin, kita akan menyerap Dharma ke dalam hati dan giat mempraktikkan sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Inilah yang disebut pahala.

Buddha bisa mengakumulasi banyak kebajikan dan begitu berwibawa karena sempurna dalam welas asih dan kebijaksanaan. Buddha bisa memperoleh pencapaian seperti itu karena telah menyempurnakan welas asih dan kebijaksanaan-Nya untuk melenyapkan penderitaan di dunia dan membimbing orang-orang dari ketersesatan. Jadi, inilah welas asih dan kebijaksanaan Buddha.

Buddha juga mengajarkan banyak hal kepada kita. Buddha berbagi ajaran kebenaran dengan berbagai metode terampil karena kemampuan semua makhluk berbeda-beda. Jadi, selama 42 tahun, Buddha berusaha keras agar setiap orang dapat memahami ajaran-Nya. Setelah 42 tahun berlalu, barulah Buddha memberi tahu semua orang bahwa yang diajarkan-Nya sebelumnya hanya untuk membimbing orang-orang melenyapkan kegelapan batin, tetapi mereka masih harus menempuh sebuah perjalanan yang panjang, yakni terjun ke tengah masyarakat agar dapat berlatih untuk tetap tidak terganggu oleh berbagai persoalan di masyarakat.

Untuk membebaskan diri dari kegelapan dan noda batin, kita harus melatih diri di tengah masyarakat. Kita harus melihat dan merasakan penderitaan lebih banyak orang sekaligus bersumbangsih bagi mereka untuk menjalin jodoh baik serta menciptakan karma baik dan pahala. Jadi, segala sesuatu yang terlihat, berwujud, dan berbentuk, semuanya merupakan ladang pelatihan bagi kita. Jadi, kita harus giat mempraktikkan ajaran Mahayana untuk mencapai kebuddhaan. Tujuan kita melatih diri adalah mencapai kebuddhaan.

Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat melatih diri dengan sepenuh hati. Ajaran Buddha dapat menenangkan hati dan menyelaraskan pikiran manusia. Untuk hidup bahagia dan menciptakan berkah, kita harus terjun ke tengah masyarakat.

Membangkitkan tekad dan ikrar yang sama untuk mengemban misi Tzu Chi

Meneladani hati Buddha yang penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Dharma dan cinta kasih tersebar hingga ke Afrika

Melatih ke dalam dan mempraktikkan ke luar ajaran kebenaran

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 November 2015

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -