Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Bencana dengan Cinta Kasih
Topan Koppu telah mendatangkan bencana besar di Filipina. Banyak warga kurang mampu di sana yang tinggal di rumah yang bobrok dan berada di dataran rendah. Bagaimana rumah-rumah yang kecil itu dapat menahan banjir besar seperti ini? Setelah terkena dampak bencana kali ini, entah kapan sendi kehidupan mereka dapat pulih kembali. Terlebih lagi, banjir kali ini bertepatan dengan masa panen. Akibatnya, semua tanaman pangan terendam banjir.
Dengan rusaknya rumah dan tanaman pangan, warga yang sudah hidup kekurangan menjadi semakin menderita. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Kini topan Koppu terus bergerak menuju Taiwan. Saya berharap setiap orang dapat mawas diri dan tulus. Semoga semua orang dapat selamat.
Kita juga bisa melihat Turki. Insan Tzu Chi dari Taiwan telah berada di Turki selama empat hari. Saya sangat berterima kasih kepada mereka atas laporan yang mereka berikan setiap hari. Setiap hari, tindakan mereka membuat orang sangat tersentuh. Kita bisa melihat setelah mereka tiba di Turki, mereka tidak menyia-nyiakan sedetik pun untuk mengemban tanggung jawab mereka, seperti memilah dan mengemas barang bantuan.
Insan Tzu Chi mendedikasikan diri dengan sepenuh hati. Mereka membersihkan sebuah pasar yang akan digunakan sebagai lokasi pembagian barang bantuan. Mereka juga menempelkan poster di meja dan menjadikannya sebagai dekorasi. Mereka menggunakan tali untuk menyusun kursi sehingga semua kursi tersusun rapi. Setelah menyusun semua barang bantuan, insan Tzu Chi mulai menjelaskan kepada orang-orang yang datang membantu tentang bagaimana bersikap penuh rasa hormat saat membagikan barang bantuan.
Jadi, selain memberikan barang bantuan, kita juga memberikan penghiburan batin. Para penerima bantuan dapat melihat kesungguhan hati insan Tzu Chi. Semua itu demi menghormati para penerima barang bantuan. Mereka dapat merasakan kesungguhan hati insan Tzu Chi. Setelah mereka masuk dengan tertib dan duduk di kursi, Profesor Cuma mulai berbicara dengan mereka. Beliau berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu tujuan insan Tzu Chi dari Taiwan datang ke sini? Misi setiap insan Tzu Chi di sini adalah membagikan barang bantuan kepada setiap pengungsi dan membuat mereka merasakan sukacita. Alangkah baiknya jika setiap orang yang dilanda penderitaan bisa mengikuti semangat celengan bambu Tzu Chi. Himpunan tetes demi tetes cinta kasih juga dapat digunakan untuk menolong sesama. Saya berharap kalian juga dapat membangkitkan cinta kasih. Apakah ada orang yang bersedia menyumbangkan sedikit barang bantuan yang diterima? Apakah kalian bersedia? Yang bersedia silakan angkat tangan.”
Banyak orang yang mengangkat tangan. Dalam kegiatan pembagian barang bantuan itu, berhubung ada orang yang ingin berdonasi, relawan kita segera mengambil celengan bambu untuk menerima donasi mereka satu per satu. Uang yang mereka sumbangkan juga dapat digunakan untuk membantu pengungsi lainnya. Lihatlah, banyak orang yang berinisiatif menyumbangkan sebagian barang bantuan di dalam kantong plastik yang mereka terima. Barang-barang yang mereka sumbangkan juga dapat membawa manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan. Ini bagaikan pola makan 80 persen kenyang yang selalu kita galakkan. Jika ada 4 orang yang masing-masing dapat menyisihkan 20 persen porsi makan mereka maka akan tersedia makanan bagi satu orang lagi. Kedua hal ini didasarkan pada prinsip yang sama. Pembagian barang bantuan di Turki berjalan dengan sangat lancar.
Kita telah menggelar dua kali pembagian bantuan selama dua hari ini, yakni kemarin dan dua hari yang lalu. Pembagian barang bantuan kepada lebih dari 2.000 keluarga berlangsung dengan tertib. Kini kita harus berusaha keras untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih agar orang-orang yang dilanda penderitaan dapat membangkitkan kekayaan batin. Lihatlah, para pengungsi dari Suriah juga bisa bersumbangsih untuk menolong sesama. Tindakan mereka menunjukkan bahwa cinta kasih mereka telah terbangkitkan.
Insan Tzu Chi di Yordania juga telah bersumbangsih bagi para pengungsi selama bertahun-tahun. Kini, kita juga bisa melihat mereka bersumbangsih bagi orang-orang yang jatuh sakit dan menderita. Insan Tzu Chi di Yordania sungguh membuat orang tersentuh. Dalam jangka waktu panjang, mereka tidak menyerah untuk menolong orang kurang mampu, membantu anak-anak mengenyam pendidikan, dan menolong orang yang jatuh sakit.Semuanya mereka lakukan tanpa terkecuali. Mereka bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga.
Inilah umat manusia. Saat kita membangkitkan cinta kasih, kita dapat membawa harapan bagi sesama. Seperti yang dikatakan oleh Profesor Cuma di Turki, cinta kasih bagaikan sebuah rumah yang dapat menampung ratusan ribu, jutaan, puluhan juta, bahkan hingga ratusan juta orang. Ruang di dalam rumah tersebut dapat terus meluas dan menampung semakin banyak orang. Inilah cinta kasih.
Benar, semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga karena adanya cinta kasih. Lihatlah arus pengungsi ini. Mereka juga tidak rela menjadi pengungsi. Namun, semua itu berada di luar kendali mereka. Kita bisa melihat banyak orang yang mengungsi dengan membawa anak mereka, baik dengan digandeng maupun digendong. Ini semua demi menjaga keturunan mereka. Penderitaan mereka sungguh tak terkira.
Bencana yang terjadi di seluruh dunia sungguh sangat banyak, seperti hujan deras dan tanah longsor. Di El Salvador, hujan deras mengakibatkan air sungai meluap sehingga terjadi banjir. Banyak orang yang terkena dampak bencana. Singkat kata, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia yang mendatangkan kesulitan dan penderitaan yang tak terhingga. Karena itu, kita harus menjalani setiap hari dengan hati penuh rasa syukur. Saya berharap setiap orang dapat bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram dan semua makhluk terbebas dari bencana.
Mewaspadai topan dan mendoakan keselamatan
Membagikan barang bantuan dengan penuh hormat dan memberikan penghiburan batin
Membangkitkan cinta kasih dengan kisah celengan bambu
Melenyapkan bencana dengan cinta kasih demi menciptakan dunia yang harmonis
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Oktober 2015