Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Bencana dengan Kasih Sayang

Kita telah melihat perubahan iklim yang ekstrem. Daerah yang kekeringan sungguh kering, sedangkan daerah hujan mengalami curah hujan  berlebih. Iklim dan cuaca sungguh tidak seimbang dan sangat mengkhawatirkan. Setelah bencana terjadi, dibutuhkan perhatian yang penuh cinta kasih. Malaysia kali ini kembali dilanda banjir besar. Sebelum air surut, insan Tzu Chi sudah bergerak dan segera menyalurkan bantuan. Jadi, kita sungguh harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika banyak orang yang bergabung dengan Tzu Chi atas dasar cinta kasih maka di mana pun bencana terjadi, akan ada insan Tzu Chi yang bergerak ke sana.

Saya sering mengatakan bahwa dengan banyaknya orang, kekuatan akan besar. Di Sierra Leone, pernah merebak wabah Ebola. Insan Tzu Chi juga pergi ke sana untuk membantu. Dengan adanya jalinan jodoh ini, tali kasih pun terjalin sehingga mereka kembali menghubungi Tzu Chi saat membutuhkan bantuan perlengkapan medis dan barang kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian dan sepatu. Begitu ada kebutuhan, insan Tzu Chi Filipina yang memiliki pabrik sepatu secara khusus memproduksi 20.000 pasang sepatu dan mengirimkannya ke sana. Relawan lain yang juga memiliki bisnis serupa di Malaysia juga menyumbangkan lebih dari 10.000 pasang sepatu berkualitas baik. Namun, berhubung lama disimpan di gudang, warna sepatu-sepatu itu menjadi kusam. Tzu Chi yang selalu ingin memberi yang terbaik segera menggerakkan relawan untuk memoles sepatu-sepatu itu. Kekuatan cinta kasih ini membuat para relawan rela bersumbangsih dengan penuh rasa hormat. Ini sungguh mengharukan.

Kita juga bersyukur di Malaysia, barang bantuan yang dibutuhkan seperti masker, sarung tangan,dan sepatu bisa disediakan. Beberapa hari ini, di Taiwan kita juga tengah merapikan dan mengemas pakaian untuk dikirimkan ke Sierra Leone. Kita juga melihat kisah dari misi kesehatan kita, tepatnya pada 28 tahun yang lalu, saat dr. Chen juga masih muda. Satu setengah tahun setelah rumah sakit kita dibuka, dr. Chen merawat Lin Chuan-qin yang terluka akibat kecelakaan. Anak muda terjepit oleh tumpukan marmer sehingga tubuh bagian bawahnya mengalami patah tulang di berbagai bagian.

Mengingat masa-masa itu, kabarnya untuk menyelamatkan pasien ini, belasan ember larutan garam digunakan untuk membersihkan batu dan pasir pada luka di usus dan lambungnya. Tulang panggul dan kakinya patah dan hancur. Bayangkan, tubuh bagian bawahnya hancur. Bahkan, organ dalamnya juga terkena pasir. Berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk merawatnya? Anak muda ini dirawat di rumah sakit sekitar satu sampai dua tahun. Lambat laun, kondisinya semakin membaik. Kita juga melihat kakinya diamputasi bagian per bagian. Bagaimana kita membantunya untuk bisa duduk? Dokter Chen Ing-ho pada saat itu seorang diri meniup banyak balon semalaman. Beliau mencari cara untuk membantunya duduk. Dokter Chen meniup banyak balon untuk dijadikan ganjalan dalam satu tempat agar saat pasien itu duduk di sana, dia tidak terluka. Perlahan-lahan, dr. Chen juga melatihnya untuk dapat memanjat ke atas kursi roda dan dapat duduk di sana. Rehabilitasinya hingga bisa kembali berdiri dimulai dengan bantuan balon.

Jika masa-masa itu dikenang kembali, pasien ini juga cukup aktif. Dia juga bersedia menjadi relawan dan membantu para perawat serta relawan untuk mengantarkan makanan ke kamar pasien. Dia menjadi relawan dan mengantarkan makanan. Lihatlah, betapa bersemangatnya dia. Dalam dirinya, kita melihat keteguhan. Dia sungguh luar biasa.

Pada masa itu, dr. Chen meniup balon demi membantunya untuk duduk. Kini, dia mencari nafkah dengan membuat karya seni dari balon. Anak-anak sangat menyukai hasil karyanya. Begitulah caranya mencari nafkah. Pada suatu kesempatan, dia datang ke Kompleks Tzu Chi Guandu. Di sebelahnya, berdiri seorang perempuan. Dia lalu mengenalkannya dengan berkata, "Ini istri saya."  Saya menjawab, "Kamu sudah beristri?" Begitulah, jalinan jodoh sungguh sulit dibayangkan. Selain itu, dr. Chen juga pergi ke Xiamen untuk menjenguk Chen Tuanzhi dan Yang Xiaodong. 

 

Kisah Xiaodong juga sangat menarik. Dia mengendarai sepeda untuk bertemu dr. Chen dan menunjukkan jalan ke rumahnya. Dokter Chen pun sangat ramah. Beliau turun dari mobil, lalu membonceng sepeda Xiaodong. Lihatlah, Xiaodong sudah pulih. Kini dia bisa memboncengkan dokter penolongnya, sungguh mengagumkan. Dia pernah mengalami penderitaan dalam hidupnya.

Dari Xiamen, dia dibawa ke Taiwan. Tim medis kita di Taiwan, termasuk anggota tim ortopedi, fisioterapi, dan para relawan, mendampinginya dengan penuh cinta kasih. Setelah kembali ke Xiamen, dia pun pulih dengan cepat dan kini dapat berdiri tegak.

Begitu juga Tuanzhi, dia sangat penuh keceriaan. Dia menjalani terapi di rumah sakit setempat. Kini, dia juga bekerja di rumah sakit itu. Kepala rumah sakit tersebut, dr. Li berkata bahwa Tuanzhi sungguh merupakan Bodhisatwa kecil karena dia selalu membawa pandangan positif bagi orang-orang di sekitarnya. Dia membawa energi positif bagi rekan-rekan kerjanya karena dirinya sangat penuh semangat. Singkat kata, kehidupan sangat berharga. Tuanzhi juga sudah bergabung dengan Tzu Chi dan mengikuti kunjungan kasih bersama relawan. Dia juga ikut dalam kegiatan survei kasus. Dia berbagi tentang kisah kehidupannya untuk memotivasi orang yang memiliki keterbatasan. Kini kehidupannya begitu cemerlang. Kita tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan kehidupan siapa pun. Misi kesehatan kita tentu tak bisa dipisahkan dari misi amal. Inilah tujuan kita. Saya juga berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi yang telah mendukung misi kesehatan kita. Melihat pencapaian ini, saya sangat gembira.

Banyak hal di dunia yang harus kita hadapi dengan sikap positif dan kekuatan semangat. Dalam hidup ini, kita harus tulus. Terhadap orang lain, kita harus memiliki kasih sayang yang tulus. Terhadap kehidupan sendiri, kita juga harus sungguh-sungguh menghargainya. Dengan demikian, barulah dunia ini dapat terbebas dari bencana. Inilah yang harus kita usahakan bersama. 

Perubahan iklim mendatangkan tiga bencana besar 

Segera mengulurkan tangan bagi orang yang menderita 

Misi amal dan kesehatan Tzu Chi memandang pasien bagai keluarga 

Ketulusan kasih sayang membawa keharmonisan dan melenyapkan bencana

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 20 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Desember 2015

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -