Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Delusi dengan Energi dan Angin Positif
“Wulai adalah kampung halaman saya. Mertua saya juga tinggal di Wulai. Pascatopan Soudelor, semua ruang bawah tanah di Jalan Tua Wulai dipenuhi lumpur. Saat itu, kami tidak tahu harus bagaimana. Saat kami merasa khawatir dan tidak tahu apa yang harus kami lakukan, ibu mertua saya melihat para insan Tzu Chi yang membersihkan lumpur seember demi seember dari ruang bawah tanah kami. Saat itu, ibu mertua saya berjongkok di jalan dan terus meneteskan air mata. Beliau berkata, “Bagaimana mungkin ada orang dan hal yang begitu menyentuh?” Beliau sulit memercayainya. Beliau terus berpesan pada saya untuk mengungkapkan rasa syukur kami terhadap Tzu Chi dan Master. Berkat Master, barulah Tzu Chi ada,” tutur Ibu Wu Yi-hui pada acara Pemberkahan Akhir Tahun di Aula Jing Si Xindian, 19/11/2019.
“Sebelumnya, pada bulan Maret 2015, muncul berita negatif tentang Tzu Chi. Saya sudah berdonasi selama 20-an tahun dan merasa heran mengapa bisa muncul berita seperti itu. Saya bertanya kepada relawan yang mengumpulkan donasi dari saya tetapi mereka tidak bisa memberikan penjelasan yang memuaskan bagi saya. Karena itu, pada bulan Mei tahun itu, saya memutuskan untuk tidak berdonasi kepada Tzu Chi lagi. Setelah ada penjelasan yang memuaskan, saya baru akan kembali berdonasi. Hingga tanggal 8 Agustus tahun yang sama, saya merasakan cinta kasih universal Tzu Chi. Setelah pulang ke rumah, saya menghubungi seorang relawan Tzu Chi dan berkata, “Kakak, bisakah Anda datang mengumpulkan donasi dari saya? Saya sudah salah paham pada kalian. Kalian benar-benar bersumbangsih dengan cinta kasih universal, bukan seperti gosip yang beredar”,” tambahnya.
Tahun itu, Wulai dilanda banjir besar. Mengapa wilayah pegunungan bisa dilanda banjir? Tidak ada yang bisa membayangkan wilayah pegunungan bisa dilanda banjir. Dalam Sutra Delapan Kesadaran Manusia Agung dikatakan bahwa hidup manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Kini perubahan iklim sangat ekstrem.
Selain iklim yang mengalami perubahan, batin manusia juga diselimuti kekeruhan yang tebal. Saat batin manusia keruh, seluruh alam semesta akan dipenuhi kekeruhan. Kita hidup di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan dan batin kita tercemar oleh Lima Racun. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, inilah Lima Racun. Semua inilah yang menimbulkan noda batin yang membelenggu kita.
Berhubung kita hidup di dunia yang penuh dengan kekeruhan, maka setelah berdiri dengan mantap dan akan memulai langkah, kita harus menuju arah yang benar. Dalam setiap langkah kita, kita harus menciptakan berkah bagi dunia dengan cinta kasih dan welas asih yang diikuti oleh sukacita dan keseimbangan batin.
Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk. Di dunia ini, kita membutuhkan tiupan angin semilir yang membawa udara segar bagi kita. Semoga kalian bisa menjadi angin sejuk yang dapat mengurangi kekeruhan. Dengan adanya tiupan angin semilir, awan putih yang melayang pelan di bawah langit yang biru terlihat sangat indah.
Kalian selalu menjaga ketertiban dalam tim saat memberikan bantuan di tempat yang membutuhkan. Pikiran kalian tidak ternoda dan selalu sangat murni. Usai bersumbangsih, hati kalian dipenuhi sukacita dan tidak melekat pada betapa besarnya sumbangsih kalian. Namun, saya ingin berkata pada kalian yang pernah bersumbangsih bahwa jangan melupakan pengalaman kalian pada tahun itu. pada tahun itu. Tanpa kerja sama banyak orang, kita tidak akan bisa bersumbangsih.
Tanpa kontribusi kalian semua, saya tidak bisa duduk di sini untuk memberikan ceramah. Selama 54 tahun ini, berapa banyak yang telah kita lakukan bagi Taiwan? Para relawan bersumbangsih di seluruh Taiwan. Jika dihitung dari waktu yang didedikasikan, upah kalian per tahun sudah melebihi 10 miliar dolar NT. Kalian juga merogoh kocek sendiri dan menyediakan sumber daya sendiri untuk bersumbangsih.
Saya selalu berkata, “Apa yang kalian dengar tentang Tzu Chi? Apa lagi yang bisa kami lakukan? Katakanlah. Insan Tzu Chi akan berusaha melakukannya.” Saya berharap sebutir benih dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Para relawan Tzu Chi terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih bagi orang banyak. Kita kekurangan energi dan angin yang positif. Berhubung kekurangan keberanian, kita tidak bisa memancarkan energi positif sehingga tidak ada tiupan angin positif yang bisa menghilangkan delusi akibat kegelapan batin.
Kita harus mendengar ucapan orang lain dengan saksama dan memahami maksud mereka. Menerima segalanya dengan lapang hati sangat baik, tetapi jika kita juga menerima semua kegelapan batin, kita akan menimbulkan noda batin. Jadi, saat menghadapi masyarakat, kita harus paham bahwa ketulusan, kebenaran, keyakinan, da kesungguhan... (Laksana tanah yang subur) (Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk)(Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk) Inilah arahan saya untuk kalian tahun ini.
“Kami, para murid Jing Si, bertekad dan berikrar di hadapan Master. Kami berikrar untuk mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati serta mempraktikkan Enam Paramita; berpegang teguh pada semangat welas asih agung Bodhisattva Sadaparibhuta; senantiasa mengingat tekad awal dan tekun merekrut Bodhisattva dunia; belajar dari penderitaan serta menjalankan praktik damai dan sukacita. Semoga Master panjang umur dan senantiasa memutar roda Dharma.”
Hidup manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan
Iklim mengalami perubahan dan batin manusia diselimuti
kekeruhan
Menciptakan
berkah dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Melenyapkan delusi dengan energi dan angin yang positif
Ceramah Master Cheng Yen
tanggal 21 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan -
DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena,
Marlina
Ditayangkan tanggal 23 November 2019