Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Kegelapan Batin dan Memancarkan Cahaya Kebijaksanaan


Kemarin, saya mengadakan pertemuan dengan relawan Tzu Chi di Singapura melalui telekonferensi. Kita melihat meski berada di tengah pandemi, mereka tetap menjalankan aktivitas misi amal dan pendidikan Tzu Chi. Mereka sangat mematuhi peraturan.

Selama pandemi, pemerintah menetapkan berbagai pembatasan. Banyak tempat hiburan yang sudah ditutup sementara. Namun, Pusat Muda-mudi Humanistik Tzu Chi tetap dapat mengadakan kegiatan pendidikan dan budaya humanis. Namun, mereka harus mematuhi peraturan. Mereka tidak boleh berkerumun atau membuat keramaian serta tetap mematuhi protokol kesehatan. Yang para peserta pelajari dalam kegiatan tersebut ialah berbakti, berbuat baik, bertata krama, dan bagaimana memberi manfaat bagi orang banyak. Jadi, kita melihat di sana, orang-orang dapat merasa tenang.

Dalam masyarakat yang aman dan damai itu, setiap orang tetap menjaga jarak fisik, berinteraksi satu sama lain dengan sopan. Sungguh damai dan tenang. Jadi, kita hendaknya, berhenti, mendengar, dan melihat. Berhentilah sejenak dari berkumpul dan berkerumun. Bersungguh-hatilah untuk mendengarkan suara-suara di dunia. Pada saat ini, marilah kita menenangkan pikiran.

Lihat bagaimana kita dapat menggunakan kesempatan dalam pandemi ini untuk membantu orang-orang mempelajari tata krama serta berinteraksi satu sama lain dengan sopan. Kondisi ini dapat kita ubah dan manfaatkan. Ini merupakan pelajaran bagi kita. Pandemi ini mengingatkan kita bahwa kita perlu menghormati kehidupan. Semua hewan memiliki hak untuk hidup.


Saya melihat di Malaysia, ada seorang anak berusia 8 atau 9 tahun. Dia memotong sayuran dan memasaknya sendiri dan mengajak orang-orang untuk bervegetaris.

Hari ini saya memiliki sesuatu yang istimewa untuk diberitahukan kepada Bibi.

Baik, saya ingin mendengarnya.

Saya ingin mengajak Bibi untuk bergabung dengan saya menjadi vegetarian.

Kamu ingin saya menjadi vegetarian? Baiklah.

Mari saya tunjukkan hidangan yang saya masak.

Hidangan yang kamu masak? Kakek atau kamu yang memasaknya?

Saya yang memasak. Bibi Fang, pandemi saat ini sangat parah. Jangan makan daging terlalu banyak. Bibi bisa mulai bervegetaris dalam satu kali, dua kali, tiga kali, atau empat kali sehari. Eyang Bibi sudah bervegetaris selama belasan hari. Beliau memasak sendiri untuk makan tiga atau empat kali sehari.

Benarkah?

Ya, saya sudah mencatatnya. Eyang Bibi yang satu lagi juga bervegetaris satu kali sehari. Bibi dapat memotret dan menunjukkan pada saya apa yang Bibi makan hari ini.

Baiklah. 

Ketika melihat ini, saya melihat harapan. Cinta kasih anak ini sangat mengharukan. Telekonferensi sangat berguna.


Akhir-akhir ini, sehubungan dengan pandemi, bagaimana kita bisa membantu dalam bidang pendidikan? Beberapa keluarga tidak memiliki akses internet ataupun komputer. Bagaimana kita dapat membantu dalam hal ini? Baru-baru ini, dalam misi amal, para relawan memperbaiki komputer bekas agar dapat digunakan kembali. Dengan begitu, anak-anak di pelosok dapat terus mengikuti pelajaran. Ini semua adalah usaha kita agar pendidikan tidak terhenti.
Dengan bantuan teknologi, kita dapat senantiasa memperpanjang cinta kasih berkesadaran dan semangat Bodhisatwa. Meskipun setiap orang menghindari kontak fisik dan saling menjaga jarak, tetapi dengan jalinan kasih sayang ini, kita dapat menulis pesan singkat dan mengirimnya untuk saling menyapa dan menyebarkan Dharma. Ini dapat dilakukan. Oleh karena itu, ini juga merupakan pelajaran besar dari pandemi ini. Mari kita membangun kerangka pelajaran ini dan bertindak sekarang juga.

Kita harus mengimbau setiap orang untuk bersama-sama menghentikan pikiran yang terombang-ambing. Mari kita menyatukan kedua telapak tangan dan mengungkapkan ketulusan. Ibarat awan gelap, pandemi saat ini membuat orang merasa seperti berada di tengah asap atau kabut. Semoga ketulusan hati kita bersama dapat menjadi seperti cahaya fajar yang bersinar menembus awan gelap.

Ibarat berada di sebuah ruangan gelap, ketika kita menyalakan lilin, cahaya lilin itu bahkan dapat menerangi ruangan yang telah diliputi kegelapan selama beribu-ribu tahun.

Biarlah segala ajaran kebenaran, apa pun bentuknya, apa pun bentuknya, dapat masuk ke dalam hati kita. Dengan demikian, inilah yang disebut pendidikan. Jadi, di tengah kabut pandemi ini, yang kita butuhkan ialah cahaya fajar, seperti ruangan gelap ribuan tahun yang membutuhkan cahaya lilin.


Singkat kata, baik cahaya fajar maupun cahaya lilin, keduanya dapat menerangi segalanya. Demikian pula, ajaran kebenaran yang cemerlang secara alami dapat menyingkirkan karma kolektif semua makhluk yang menyebabkan kabut pandemi ini. Kemudian, angin sepoi-sepoi yang segar dan lembut beserta cahaya fajar yang hangat akan datang menghampiri. Untuk itu, manusia harus meningkatkan keluhuran diri. Semua orang harus menerima pelajaran dan memupuk keluhuran.

Dengan memiliki keluhuran, kita akan memperoleh kesehatan, keselamatan, dan kedamaian. Sekaranglah saatnya bagi semua orang untuk menerima pelajaran ini.   

Memupuk nilai budaya humanis
Menumbuhkan welas asih dan giat berbuat baik
Berbagi cinta kasih dan ajaran kebenaran lewat perangkat teknologi
Melenyapkan kegelapan batin dan memancarkan cahaya kebijaksanaan
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Juni 2021
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -