Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Kegelapan Batin dan Membangkitkan Kebijaksanaan
Ketidakselarasan unsur alam di bumi ini berhubungan erat dengan setiap orang. Bencana yang terjadi di dunia disebabkan oleh bencana batin manusia. Air kegelapan batin sering meyebabkan bencana banjir di dalam batin. Ketidakseimbangan air kegelapan batin juga dapat menyebabkan tanah longsor. Selain itu, ada pula api kegelapan batin. Saat api kegelapan batin terbangkitkan, maka akan terjadi perseteruan antarsesama. Ia sama seperti kondisi cuaca sekarang yang suhunya terus mengalami kenaikan. Selain itu, ada pula angin kegelapan batin. Bencana banjir menyebabkan tanah longsor. Cuaca yang kering dan panas sangat mudah memicu api yang menyebabkan kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat merusak konservasi air dan tanah. Saat angin bertiup, bukankah kebakaran hutan akan semakin meluas? Begitu pula dengan kondisi batin manusia.
Kegelapan
batin melahirkan ketamakan dan membuat pikiran kita tidak dapat menyerap
Dharma. Saat kekurangan air Dharma, batin kita akan menjadi kering. Saat air,
api, dan angin kegelapan batin menyapu, maka seluruh batin kita pun menjadi
rusak. Sungguh, ketidakselarasan angin, api, dan air berawal dari pikiran
manusia. Karena manusia tidak menjaga dan mengendalikan pikiran dengan baik, maka
kondisi iklim menjadi tidak selaras. Ini sungguh membuat orang khawatir. Melihat
dan mendengar berbagai bencana yang terjadi di dunia setiap hari, saya sungguh
merasa takut dan khawatir.
Kita sungguh harus menjaga pikiran dengan baik. Sepertinya kalian mendengar saya mengatakan hal ini setiap hari. Akan tetapi, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia masih terus terjadi. Untuk menyelaraskan unsur alam, kita harus menyelaraskan pikiran manusia dan berhati-hati terhadap setiap niat yang timbul. Tidaklah sulit untuk mencapai kebuddhaan selama kita tekun membina diri. Bukan beristirahat, tetapi membina diri.
Kita harus tekun melatih diri dan membina kepribadian yang baik. Apa pun yang dilakukan orang terhadap kita, kita hendaknya mundur selangkah. Karena itu, ada sebuah ungkapan berbunyi, “Kita harus melapangkan hati hingga seluas jagat raya.” Jika setiap orang dapat melapangkan hati, bukankah kehidupan di dunia akan aman dan tenteram? Akan tetapi, ada orang yang berpikiran sempit. Mereka memfitnah orang lain demi mengangkat diri sendiri. Seberapa tinggi mereka dapat mengangkat diri sendiri? Sesungguhnya, mereka tidak dapat mengangkat diri sendiri, malah sebaliknya akan membuat mereka semakin rendah. Kita sungguh harus membina karakter dan kepribadian yang baik.
Kita juga melihat penderitaan di dunia. Selain bencana alam, ada pula bencana akibat ulah manusia. Buah karma langsung dan buah karma pengondisi membawa kita terlahir ke dunia ini tanpa bisa memilih siapa pasangan kita, siapa yang menjadi anak-anak kita, dan di keluarga mana kita terlahir. Kita dapat melihat salah seorang relawan kita yang menjalani hidup dengan sulit. Untungnya, dia bertemu dengan sang penyelamat dalam hidupnya. Dia bertemu dengan relawan Tzu Chi dan menerima bantuan dari Tzu Chi. Relawan dokumentasi kita pernah mengangkat kisahnya yang sangat menyentuh hati. Kini, dia juga menjadi relawan dokumentasi yang mendokumentasikan kisah orang lain sekaligus menghibur orang lain.
Hidupnya telah berubah setelah bergabung dengan keluarga besar Tzu Chi. Dia telah memperoleh pembebasan batin, meski lingkungan hidupnya masih sama. Relawan Tzu Chi juga membimbing anak-anaknya sehingga dia dapat berfokus untuk bersumbangsih bagi orang lain. Inilah cinta kasih yang penuh kesadaran. Dia adalah orang yang telah tersadarkan dan penuh cinta kasih. Meski pernah hidup dalam kesulitan, tetapi kini setelah tersadarkan, dia tak lagi terjerat dalam penderitaan itu. Dia sudah dapat membimbing orang lain. Meski lingkungan hidupnya masih sama, tetapi hatinya telah terbebaskan. Ini berkat pelatihan dirinya. Kini dia telah mencapai fase baru dalam kesadarannya. Setiap orang mengalami fase lahir dan mati.
Kita harus memanfaatkan kehidupan ini untuk mendalami Dharma, membangkitkan cinta kasih penuh kesadaran, dan mempraktikkan Enam Paramita secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu hari nanti, kita akan semakin dekat dengan kebenaran dan memperoleh pencerahan dalam hidup. Dengan begitu, kita akan tahu bagaimana membebaskan diri dari belenggu dan rintangan hidup ini. Jika tidak bertemu dengan relawan Tzu Chi, mungkin kondisi hidup anak-anaknya bukan seperti sekarang. Dia dan anak-anaknya mungkin masih hidup menderita. Kontribusinya bagi Tzu Chi selama belasan tahun ini sangat pantas karena jiwa kebijaksanaannya telah bertumbuh dan kehidupannya juga semakin bermakna. Kini dia telah terbebas dari penderitaan hidupnya. Kisahnya merupakan sebuah contoh yang baik. Saya yakin kalian bisa lebih memahaminya. Singkat kata, kita harus lebih banyak melihat dan mengetahui hal-hal yang terjadi di dunia.
Kita
harus terjun ke tengah umat manusia untuk memerhatikan hal-hal yang tengah
terjadi. Saat melewati satu masalah, kebijaksanaan kita juga akan bertumbuh. Jadi,
kebijaksanaan bertumbuh pada saat kita menangani suatu masalah atau
berinteraksi dengan orang. Bodhisatwa sekalian, janganlah takut pada dunia yang
rumit ini. Kita harus terjun ke tengah umat manusia untuk merasakan dan
menemukan kesadaran dalam batin. Ini sangatlah penting.
Menyalurkan bantuan
bagi korban bencana banjir dan kebakaran
Menilik hati
sendiri dan menyelaraskan pikiran
Membebaskan diri
dari belenggu batin dan membangkitkan kebijaksanaan
Terjun ke tengah
umat manusia untuk mendokumentasi hal-hal yang bajik dan indah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Juli 2017
Sumber: Lentera Kehidupan
DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina