Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Noda Batin dan Menumbuhkan Kecemerlangan


“Setelah Divisi Pengembangan Misi amal Tzu Chi datang untuk memberikan sosialisasi pada tahun 2017, kami pun mulai memberikan bantuan berupa alat bantu. Sumber daya di Taitung terbatas. Kami sangat bersyukur kepada Kakak Wen-zan beserta timnya di wilayah utara yang selalu mengirimkan alat bantu ke Hualien. Lalu, tim Kakak Mu-tong yang menerimanya di Hualien akan menyalurkannya ke Taitung sehingga kami yang berada di Taitung dapat terus membantu orang-orang yang membutuhkan alat bantu,”
kata Yang Ting-yuan relawan Tzu Chi.

“Pada tanggal 2 Maret 2022, kami mendirikan Platform Alat Bantu Ramah Lingkungan Tzu Chi Guanshan. Kami bersyukur kepada Balai Kota Guanshan yang menyediakan tempat bagi kami. Selain itu, setiap semester, ada murid yang rutin datang setiap hari Rabu, pukul 01.00 hingga 02.30 siang. Mereka memanfaatkan waktu luang mereka untuk membantu kami membersihkan alat bantu. Kami sangat bersyukur atas dukungan para guru dan kepala SMK Guanshan,” kata Fan Jin-lian relawan Tzu Chi.

Bodhisatwa sekalian, saya ingin kalian semua memandang penting potensi untuk menginspirasi orang yang tak terhingga yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang pasti memiliki potensi. Langit memberikan tanggung jawab besar pada orang-orang. Setiap orang yang terlahir di dunia ini hendaknya memiliki semangat misi. Kita hendaknya berpikir, "Langit telah memberi saya misi ini. Saya harus bersungguh-sungguh menjalankannya. Untuk itu, saya harus menghimpun kekuatan dan memanfaatkan materi yang ada."

Kita dapat menghimpun beragam materi untuk menolong orang yang kekurangan. Namun, bagaimana kita menghimpun materi? Dibutuhkan tenaga dan tekad. Karena itulah, saya menyebarkan Dharma. Saya terus mewariskan dan menyebarkan Dharma. Selain menyebarkan Dharma, saya juga mempraktikkannya dan menginspirasi orang-orang untuk mempraktikkannya.


Pada tahun 1983, lewat teman saya, saya bergabung menjadi donatur Tzu Chi. Hingga peresmian RS Tzu Chi Hualien pada tanggal 17 Agustus 1986, saya baru pertama kali berkunjung ke Hualien dan benar-benar memahami Tzu Chi. Setelah pulang ke rumah, saya mengikuti pembagian bantuan Tzu Chi setiap bulan. Meski kembali setiap bulan untuk mengikuti pertemuan donatur seluruh Taiwan, saya tetap merasa bahwa itu tidaklah cukup. Karena itu, setiap bulan, saya menggunakan dua bus pariwisata untuk membawa para donatur kembali untuk mengikuti pertemuan donatur seluruh Taiwan,” kata Li Fan Chun-mei relawan Tzu Chi.

Saat melihat kalian, saya selalu merasa bahwa tanpa kalian, saya tidak bisa menjalankan Tzu Chi. Kalian telah mendukung berbagai pencapaian Tzu Chi. Jangan berpikir bahwa yang kalian lakukan hanya hal kecil. Semuanya merupakan benih dan kondisi yang saling berkaitan. Benih yang ditabur tidak akan menyatu dengan tanah tanpa kondisi iklim yang mendukung. Jadi, tanpa kondisi iklim yang mendukung, benih seunggul apa pun tidak ada gunanya. Inilah yang disebut kondisi. Selain benih dan tanah, juga dibutuhkan kondisi pendukung.

Kalian semua membagikan pengalaman masing-masing. Ini termasuk menyebarkan Dharma. Kalian selalu berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang. Kita berbagi tentang orang baik dan perbuatan baik untuk membimbing orang-orang. Demikianlah kita membimbing semua makhluk.

Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Pada hakikatnya, semua orang setara dengan Buddha. Hanya saja, semua makhluk sering kali membangkitkan pikiran keliru sehingga terus terjerumus. Begitu pikiran keliru terbangkitkan, kita bagaikan main perosotan, terus meluncur ke bawah. Setelah terjatuh ke permukaan tanah dan jalinan jodoh matang, kita harus kembali mengerahkan energi dan bersungguh-sungguh memanjat ke atas.

Jangan membiarkan diri sendiri terjatuh lagi. Kita hendaknya meluncur ke bawah dengan kekuatan ikrar kita, bukan karena kekuatan karma. Kita harus berikrar untuk kembali ke dunia ini karena ada banyak orang yang diliputi penderitaan.


Buddha datang ke dunia ini demi mengajarkan dan menyebarkan praktik Bodhisatwa. Kini, kita tengah mempelajarinya. Untuk mempelajarinya, kita harus memiliki kemurnian hati seperti anak kecil. Kita juga harus bertekad untuk menerima ajaran. Jadi, mari kita belajar menapaki Jalan Bodhisatwa dengan kemurnian hati seperti anak kecil. Jika tidak menapaki Jalan Bodhisatwa, kita selamanya tidak akan melihat kebenaran dan tersadarkan. Jadi, dari belajar hingga tersadarkan, terdapat jalan yang sangat penting di tengahnya yang perlu sungguh-sungguh kita renungkan.

Kita harus bersungguh-sungguh. Kesungguhan adalah benih yang bisa membawa kita pada kesadaran atau pencerahan. Dengan bersungguh-sungguh, barulah kita bisa tersadarkan. Bukan hanya srikaya, segala sesuatu memiliki sumbernya. Sumber adalah sifat hakiki.

Sifat hakiki bisa ternoda seiring berjalannya waktu. Ia mungkin menjadi berwarna hitam, biru, merah, atau beragam warna lainnya. Dengan beragam warna ini, ia tidak akan jernih. Kita melatih diri dengan harapan dapat menyucikan hati agar sifat hakiki kita menjadi jernih dan kita dapat melihat kebenaran. Meski ada sebidang kaca yang membatasi, tetapi kaca tersebut sangatlah jernih.

Tersadarkan berarti mencapai kebuddhaan. Sebagai Bodhisatwa dunia, meski belum mencapai kebuddhaan, kita hanya dibatasi oleh sebidang kaca yang jernih. Kita dapat melihat dengan jelas jalan yang harus kita tempuh. Asalkan kita bersungguh hati membuka sebuah pintu, kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika hanya melihatnya, kita tidak akan benar-benar tersadarkan. Beruntung, kita memiliki jalinan jodoh. Ini merupakan jalinan jodoh yang telah terakumulasi dari berbagai kehidupan lampau.


Saya berbagi dengan orang-orang tentang jalan yang saya tapaki dan apa yang saya lakukan. Berkat jalinan jodoh pulalah, kalian bisa mendengar tentang saya. Ada orang yang berkata, "Ceramah Master itu sangat bagus dan penuh kebenaran. Saya akan pergi bersamamu untuk mendengarnya." Jadi, cinta kasih tidak bertepi. Cinta kasih bisa dipraktikkan bersama.

Saudara sekalian, tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan. Asalkan memiliki hati yang jernih bagaikan kaca, kita dapat melihat sangat jauh. Kita masih dibatasi oleh sebidang kaca. Kita masih makhluk awam, sedangkan Buddha sudah tercerahkan.

Kita telah menyibak kekeruhan makhluk awam, tetapi masih dibatasi oleh sebidang kaca. Meski demikian, kita telah melihat jalan kebenaran. Asalkan terus bekerja keras, kita dapat membolongi kaca tersebut, membentangkan jalan, dan melewati kaca pembatas itu karena jalan di depan kita sangatlah jelas.     

Menginspirasi orang yang tak terhingga dan menabur benih kebajikan
Membangkitkan potensi kebajikan untuk menjalin jodoh baik
Membebaskan diri dari kekuatan karma dan menapaki jalan menuju kesadaran
Melenyapkan noda batin dan menumbuhkan kecemerlangan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Mei 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 10 Mei 2024
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -