Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Noda Batin dengan Tujuh Kondisi Pikiran

“Dalam berkarier dan berumah tangga, kerisauan sulit dihindari, tetapi kita dengan cepat melepaskannya karena Master berkata bahwa segala sesuatu pada hakikatnya adalah kosong. Kita tidak perlu bersikap perhitungan. Saat benih dan kondisi pendukung dipisah, benih itu tidak akan menghasilkan buah. Master menggunakan kehidupannya untuk mengajari kita membangkitkan kebijaksanaan. Saya merasa bahwa kita bisa memanfaatkan kehidupan kita untuk memperbaiki diri dan mengikuti ceramah pagi Master,” kata Relawan Li Chao-ming di Penang, Malaysia. Ia mengikuti ceramah pagi setiap hari sejak bulan Agustus 2013 serta mengemban tanggung jawab untuk membukakan pintu dan menyalakan komputer.

Dharma bagaikan air. Setiap momen dan setiap hari, batin kita membutuhkan air Dharma. Karena itu, kita harus senantiasa bersungguh hati untuk membasuh batin kita dengan air Dharma. Kita hendaknya mengembangkan Tujuh Kondisi Pikiran. Yang pertama adalah rasa malu. Untuk mengikis karma buruk kita, kita harus mengembangkan Tujuh Kondisi Pikiran. Tujuh Kondisi Pikiran terdiri atas rasa malu, rasa takut, berpaling dari keburukan, membangkitkan Bodhicitta, memandang setara semua makhluk, rasa syukur kepada Buddha, dan pengamatan pada kosongnya hakikat kejahatan.

Kita hendaknya memahami secara tuntas tentang Tujuh Kondisi Pikiran ini. Saat menghadapi semua orang, hal, dan materi setiap hari, kita hendaknya memiliki rasa malu. Saya sering mengulas tentang sikap mawas diri dan rendah hati. Orang yang mawas diri dan rendah hati akan senantiasa memiliki rasa malu.

 

Hidup di dunia ini, kita harus mengingatkan diri sendiri agar tidak sombong ataupun melekat pada keakuan, kekosongan, dan eksistensi. Kita harus mengecilkan ego dan bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita hendaknya sering melakukannya. Kita hendaknya senantiasa ingat bahwa kekuatan manusia sangatlah kecil dan sekeliling kita penuh dengan mara bahaya. Janganlah kita terlalu sombong karena itu berbahaya bagi kehidupan kita.

Jika kita berpikir dengan jernih, kita tidak akan melekat pada apa pun di dunia ini. Semua nafsu keinginan, ketenaran, dan keuntungan hanyalah ilusi yang bagaikan sebuah mimpi. Pada hakikatnya, tidak ada yang nyata. Demi sesuatu yang tidak nyata, orang-orang bertikai sehingga menciptakan banyak noda batin dan karma buruk. Jadi, kita hendaknya berpaling dari nafsu keinginan dan ketamakan.

Kita juga harus senantiasa membangkitkan Bodhicitta. Kita harus tekun melatih diri. Kita juga harus memandang setara semua makhluk. Semua orang di dunia ini adalah satu keluarga, mengapa harus terbatas pada hubungan darah? Kita semua hidup di atas bumi yang sama. Semua orang merupakan satu kesatuan. Saat bumi tenteram, barulah manusia bisa hidup tenteram. Jika bumi tidak tenteram, bagaimana manusia bisa hidup tenteram?

Jadi, agar semua orang bisa hidup tenteram, kita harus mengasihi semua sumber daya alam. Dengan demikian, semua orang akan hidup sejahtera dan tenteram. Karena itu, kita harus memandang setara semua makhluk. Kita harus senantiasa memiliki rasa malu dan memperbaiki diri. Sebagai makhluk awam, kita memiliki tabiat buruk.

 

Kejahatan pada hakikatnya adalah kosong. Karma buruk tercipta karena kita memiliki tabiat buruk. Karena itu, kita harus senantiasa berdoa dengan hati yang tulus. Kita juga harus memiliki rasa malu atas semua kesalahan kita terhadap semua orang, hal, dan materi. Dengan demikian, barulah kita bisa memperbaiki kondisi batin kita. Kita harus memperbaiki perilaku kita dan mengubah pola pikir yang tidak benar. Dengan mengubah pola pikir yang tidak benar, barulah kita bisa memperbaiki perilaku kita. Jadi, kita harus memiliki rasa malu dan memperbaiki diri.

Memperbaiki diri berarti memperbaiki perilaku serta melenyapkan semua noda batin dan tabiat buruk. Kita harus melenyapkannya hingga ke akarnya. Selama SARS mewabah, kita terus menyerukan pola makan vegetaris. Setiap hari, dengan membuka mulut saja, manusia sudah menciptakan karma buruk. Manusia menciptakan karma buruk dengan mengonsumsi berbagai jenis daging. Yang kuat memangsa yang lemah. Kehidupan seperti ini penuh kesombongan.

Manusia ingin menunjukkan bahwa diri sendiri sangat kuat dan bisa mengonsumsi daging semua makhluk yang lebih lemah. Meski tidak melakukan kesalahan apa pun, dengan makan saja, manusia sudah menciptakan karma buruk. Dengan mengonsumsi daging, manusia telah menelan nyawa yang tak terhitung. Dari sini bisa diketahui betapa kotornya perut kita. Yang paling kotor ialah batin manusia. Itu sungguh sangat kotor.

Sebelumnya, saya pernah berkata bahwa perut manusia bagaikan kuburan yang berisi bangkai berbagai jenis hewan. Bayangkanlah betapa kotornya perut kita. Karena itulah, kita harus bervegetaris. Dengan pola makan vegetaris, kita dapat membersihkan perut kita. Setelah itu, barulah kita berdoa.

 

Pada zaman dahulu, dari rakyat, menteri, hingga raja, dari rakyat, menteri, hingga raja, semuanya menghadiri ritual setiap tahun untuk memohon ketenteraman dan berkah. Demi memohon ketenteraman dan berkah, mereka harus bervegetaris terlebih dahulu. Demikianlah tradisi pada zaman dahulu.

Kini, kita juga hendaknya membangkitkan ketulusan. Untuk menunjukkan ketulusan kita, tidak cukup dengan hanya bervegetaris selama tiga hari, seminggu, atau sebulan dalam setahun. Kita hendaknya tahu bahwa itu hanya menunjukkan niat baik kita. Selama bertahun-tahun, kita telah mengakumulasi banyak kotoran di dalam perut. Bayangkanlah, bukankah kita hendaknya membersihkan perut kita setiap hari? Kita harus bersungguh-sungguh dan sering membersihkan perut kita.

Dalam Sutra dikatakan bahwa kita harus membersihkan jantung, hati, usus, dan lambung. Ini merupakan sebuah perumpamaan untuk mengajari kita senantiasa menjaga kemurnian hati. Bukan hanya hati, sesungguhnya, pandangan dan pikiran kita juga harus murni. Jika kita bisa bertobat seperti ini, karma buruk apa yang tak bisa kita kikis dan berkah apa yang tak bisa kita ciptakan? Bertobat sangatlah penting. Jika kita tidak tahu untuk bertobat, karma buruk kita akan semakin besar dan itu sangat menakutkan. Jadi, kita hendaknya senantiasa bertobat.

Yang kuat memangsa yang lemah dengan sombong
Bertobat, melenyapkan noda batin, dan memperbaiki perilaku
Mengikis karma buruk dengan Tujuh Kondisi Pikiran
Saat bumi tenteram, barulah manusia bisa hidup sejahtera

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Februari 2020        
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 17 Februari 2020

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -