Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas
“Nih, Ayah,” ucap Chen Yu-xuan. “Apa yang akan kita lakukan?” Tanya Cai Zong-dao, suami Chen Yu-xuan. “Makan,” jawab Chen Yu-xuan. “Makan, ya? tanya suami Chen Yu-xuan lagi. “Enak tidak, Ayah? Ayah, enak tidak?” Tanya Chen Yu-xuan. “Enak sekali,” jawab suaminya.
Kita melihat seorang relawan yang kondisi ekonominya tidak begitu baik. Sebelum kondisi ekonominya memburuk, dia sudah menjadi donatur Tzu Chi. Kemudian, suaminya tiba-tiba terkena meningitis dan dilarikan ke rumah sakit. Meski nyawanya terselamatkan, tetapi otaknya terluka sehingga kecerdasan intelektualnya menurun hingga setara dengan anak-anak.
Sebenarnya, sebelumnya, sang istri pernah berpikir untuk bercerai dengan suaminya, tetapi suaminya malah mengalami hal seperti ini. Selain itu, setelah menjadi donatur Tzu Chi, dia mulai mempelajari Kata Renungan Jing Si dan mendengar ceramah pagi saya.
Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, dia mulai mengubah pola pikirnya dan merawat suaminya dengan sukarela. Sungguh, saya menganggapnya sebagai Bodhisatwa. Saya menyebutnya guru yang menunjukkan ketidakkekalan. Saya sering berkata seperti ini pada orang lain. “Master mengajari kita bahwa membayar dengan sukarela akan mendapat diskon 20 persen. Jadi, semuanya saya lakukan dengan sukarela untuknya,” kata Chen Yu-xuan.
Kini kecerdasan intelektual suaminya setara dengan anak-anak. Putrinya juga berkata bahwa dia seperti melahirkan anak kelima lagi. Benar, dia memperlakukan suaminya seperti anak kelima. Suaminya seperti anak bertubuh besar yang sangat polos. Suaminya terus-menerus ingin makan. Dia harus merawat dan mengontrol pola makan suaminya. Agar suaminya berolahraga, dia harus membujuknya dengan makanan.
“Kamu mau makan apa? Sini. Makan. Mau makan tidak? (Mau) Memberinya sedikit makanan, dia sudah sangat senang. Putri saya berkata bahwa seperti memberi makan anak burung,” tutur Chen Yu-xuan.
Dia membujuk suaminya dengan makanan sehingga suaminya mengikutinya berjalan hingga ke posko daur ulang setiap hari. Saat melihat orang lain, suaminya selalu menyapa dengan ramah. “Halo, Komandan. Halo, Kapten. Terima kasih. Selamat pagi. Halo, Komandan. Menyapa komandan harus seperti ini. Halo, Komandan. Halo,” kata Cai Zong-dao.
Banyak orang yang merasa gembira melihat dirinya yang begitu polos. Dia tidak meluapkan emosi dan tidak merajuk, bagaikan seorang anak yang patuh. Dengan begitu, dia bisa menjalin jodoh baik dengan orang lain. Lihatlah, dengan mengubah pola pikirnya, sang istri bisa menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Beruntung, Yu-xuan telah bergabung dengan Tzu Chi dan mendengar Dharma sehingga bisa mengubah pola pikirnya.
Dia bersumbangsih dengan sukarela dan menerima dengan penuh sukacita sehingga penderitaannya agak berkurang. Jadi, dia bersumbangsih dengan hati penuh sukacita.
Di Yilan, kita juga melihat Relawan Huang. Saat saya menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun di sana, dia juga hadir untuk berbagi kisahnya. Dahulu, dia tergila-gila pada ilmu ramalan karena sejak kecil, dia sering mengikuti ibunya ke tempat-tempat di mana orang meminta petunjuk dewa dan diramal. Kemudian, dia tenggelam dalam ilmu ramalan dan mendalami ilmu itu sendiri hingga seperti seorang peramal. Dia bahkan meramal orang lain dan merasa bahwa ramalannya sangat tepat. Ada banyak orang yang meminta petunjuknya untuk memperbaiki hubungan suami istri. Dia bisa meramal dan mengajari orang lain untuk memperbaiki hubungan suami istri, tetapi dia sendiri tidak bisa karena istrinya tidak banyak berbicara dengannya.
“Dahulu, sebelum bergabung dengan Tzu Chi, saya bekerja di Taipower, meramal hanya pekerjaan sampingan. Saya dan istri saya, Lü Yin, jarang berkomunikasi. Saya menggeluti ilmu ramalan dan dia melakukan kegiatan Tzu Chi, kami tidak memiliki topik pembicaraan. Karena itu, kami tidak banyak berbicara,” cerita Lin Mu-cun.
“Setiap kali relawan Tzu Chi meneleponnya, dia selalu tersenyum dan sangat gembira. Saya merasa sangat cemburu. Mengapa dia tidak banyak berbicara dengan suaminya sendiri, tetapi bisa membicarakan banyak hal dengan para relawan di luar? Jadi, saya merasa iri. Karena itulah, saya memutuskan bergabung dengan Tzu Chi untuk melihat apa yang begitu memesona dari Tzu Chi sehingga istri saya begitu menyukai Tzu Chi, padahal dengan suaminya sendiri, dia tidak banyak berbicara,” lanjut Lin Mu-cun.
Dia ingin mencari tahu apa yang memesona dari Tzu Chi. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi dan ikut mendengar Dharma, dia pun bisa menerima praktik kebenaran ajaran Buddha. “Sekitar pukul 3 dini hari, Master sudah bangun. Kita sebagai murid Master, juga harus bangun untuk mempersiapkan ladang pelatihan. Selama sekitar 50 tahun, setiap hari, Master bangun sekitar pukul 3 dini hari. Kita sebagai murid Master tentu tidak boleh bermalas-malasan dan harus bangun pagi. Beruntung, dia bisa tersadarkan dari ketersesatan. Dia berhenti meramal dan beralih mendalami ajaran Buddha. Jika menjalani hidup sesuai petunjuk kompas fengsui ini, maka kita akan sulit melangkah. Jadi, kita harus melapangkan hati agar bisa pergi ke mana saja, tidak harus mengikuti petunjuk kompas fengsui atau memercayai ucapan peramal. Jika tidak, kita akan sangat menderita. Di dunia ini, yang terpenting adalah hati kita. Jika hati kita baik, maka semuanya akan baik. Jika hati kita tidak baik, maka nasib kita juga akan tidak baik. Jadi, hati merupakan pelopor segalanya,” tuturnya lagi.
Lihatlah, dia telah tersadarkan dari ketersesatan. Dengan mengubah pola pikir, dia bisa memperbaiki hubungan dengan istrinya sehingga mereka bisa menapaki jalan yang sama dengan harmonis. Ini sungguh membuat orang sangat tersentuh. Keluarga membuat kita merasa memiliki. Namun, apakah kita hanya hidup bersama keluarga kita?
Sesungguhnya, dalam hidup ini, alangkah baiknya jika kita bisa membukakan pintu hati bagi semua orang di seluruh dunia yang memiliki tekad yang sama dengan kita.
Lihatlah Relawan Yu-xuan, dia tetap bahagia meski dilanda penderitaan. Meski kondisi ekonominya tidak begitu baik, dia tetap berusaha untuk menyebarluaskan Dharma dan berdonasi untuk Da Ai TV setiap bulan. Ini semua berasal dari sebersit niat. Untuk orang-orang yang dilanda penderitaan, insan Tzu Chi selalu memberi kesempatan bagi mereka untuk membuka pintu hati.
Kita harus sering berbagi Dharma setelah melenyapkan penderitaan agar Dharma dapat tersebar semakin luas. Tujuan kita adalah membangkitkan kekuatan cinta kasih. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati.
Menghapus noda batin dengan Kata Renungan Jing Si
Tersadarkan dari ketersesatan setelah menerima ajaran benar
Bersumbangsih dengan kesatuan tekad mendatangkan kedamaian
Melenyapkan penderitaan dan membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 9 Februari 2017