Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membawa Kebahagiaan


“Inilah Kata Renungan Jing Si yang diajarkan Master, ‘Berani memikul tanggung jawab adalah berkah; bersedia bekerja sama adalah kebijaksanaan,’”
kata Lin Xue-ying relawan Tzu Chi.

“Setelah dilantik, hingga saat ini, saya telah memikul tanggung jawab dalam survei kasus heqi selama 16 tahun. Pada awalnya, sama seperti banyak orang, saya berikrar untuk menjadi tangan dan kaki Master untuk menjangkau setiap keluarga yang membutuhkan dan melenyapkan penderitaan mereka. Saya telah melakukannya. Saat ini, saya akan menggunakan tekad yang sama untuk membimbing seluruh anggota tim saya di Songshan guna bersama-sama bersumbangsih dan mengikuti langkah Master. Kami akan bersama-sama untuk terus melangkah maju,” kata Zhang Fang-hui relawan Tzu Chi.

“Saya menjadi ketua heqi pada tahun 2016. Saya melakukan semuanya secara langsung. Apa pun tugasnya, selama saya mampu, saya tidak akan menolaknya. Ini semua karena saya memiliki keluarga yang tidak pernah membuat saya khawatir dan suami yang sangat mendukung saya. Bagi saya, menjalankan Tzu Chi bagaikan kehidupan saya. Saya genap berusia 70 tahun bulan depan. Tahun ini, saya didiagnosis menderita kanker. Meski tengah menjalani pengobatan, di rumah, saya tetap menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Secara perlahan, saya telah menggalang 20 donatur,” kata Cai Ya-lian relawan Tzu Chi.

Kehidupan terdengar sungguh indah. Meski kehidupan penuh penderitaan, tetapi sesungguhnya, dengan mengubah pola pikir dan lingkungan kita, kita dapat dipenuhi dengan sukacita. Terlebih lagi, ketika memiliki keluarga yang harmonis, semua akan terasa hangat. Ketika suami dan istri sama-sama melatih diri, keluarga mereka akan sangat harmonis. Kalian sungguh dipenuhi dengan berkah. Ketika kalian telah menyadari berkah, apa yang perlu dilakukan selanjutnya? Hargailah berkah dan terus menciptakan berkah.

Saya menggunakan kata-kata yang sederhana sehingga kalian semua bisa mengingatnya. Saat saya mengucapkan bagian awal dari satu kalimat, kalian selalu bisa menyelesaikan sisanya. Namun, kita jangan hanya berbicara, kita juga harus mempraktikkannya hingga kita mendapat pemahaman darinya.


“Saya masuk dari pintu daur ulang. Dahulu, saya adalah sopir pengantar barang. Karena itu, saya melakukan daur ulang  dengan membawa mobil truk. Saat ini, saya ingin menggenggam setiap jalinan jodoh karena saya dapat bergabung di sini setelah bencana gempa 21 September. Dengan prinsip berani memikul tanggung jawab dan bekerja sama dengan sukacita, saya memantapkan diri untuk memikul tanggung jawab sebagai ketua heqi,”
kata Ke Ming-xian relawan Tzu Chi.

“Saat gempa 21 September, saya menonton TV dan melihat bagaimana insan Tzu Chi mendedikasikan diri. Hal itu membuat saya tersentuh dan memilih untuk bergabung dengan Tzu Chi. Dari Empat Misi Tzu Chi, tidak peduli misi apa yang membutuhkan relawan, kita selalu siap sedia. Berhubung saya bekerja di bidang desain interior, saya sangat peka terhadap kerapian sehingga saya selalu menyusun kursi dengan sangat rapi dan teratur. Ini menunjukkan praktik insan Tzu Chi yang teratur dan inilah yang diajarkan Master kepada kita,” kata Chen Jin-lai relawan Tzu Chi.

Hendaklah kita memikirkan kembali sejarah dalam hidup yang telah kita lewati. Saat ini, kita telah melalui jalan yang membuat kita merasa sukacita. Apakah kita juga membuat orang lain merasa sukacita? Jika orang lain merasa sukacita karena kita, maka kita juga akan merasa sukacita. Apakah kita semua sudah saling dipenuhi dengan sukacita Dharma?

“Dengan mengikuti langkah Master, saya belajar sangat banyak hal. Contohnya, untuk menjalin jodoh baik, kita harus berinteraksi dengan banyak orang. Sukacita Dharma yang kita miliki harus kita sebarkan untuk orang di sekitar kita. Dengan demikian, mereka dapat melihat betapa baiknya ajaran Master dan Tzu Chi sehingga mereka dapat bersedia untuk bergabung dan bersama-sama memikul tanggung jawab. Bagi saya, ladang pelatihan adalah sebuah ruang kelas. Hendaklah kita belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini,” kata Yao Wen-xuan relawan Tzu Chi.


Nilai terbesar dalam kehidupan kita adalah dikasihi oleh orang lain. Kita dikasihi oleh orang lain bukan karena besarnya bisnis kita, melainkan karena kita ramah dan dekat dengan siapa pun. Hendaklah kita bersatu dengan semua orang.

Sebagai insan Tzu Chi, kita semua bersumbangsih dengan kesungguhan hati. Sumbangsih kita dapat melenyapkan penderitaan orang lain. Kita harus berpikir bahwa kita beruntung dapat berada dalam misi ini, beruntung karena dapat membantu orang lain, dan beruntung karena dapat melihat penderitaan hidup. Dengan begitu, kita akan mensyukuri berkah yang kita dapatkan. Ini disebut dengan berkah yang melimpah dan kita akan tahu berpuas diri. Inilah nilai kehidupan. Hendaklah cinta kasih semua orang dapat digunakan dengan baik untuk membantu orang yang membutuhkan. Hendaklah kita menginventarisasi nilai kehidupan kita.

Dahulu, anggota Tzu Cheng kita mungkin adalah seorang manajer atau pemilik sebuah perusahaan besar. Namun, mereka membangun tekad untuk membantu orang yang membutuhkan. Inilah kebijaksanaan. Ketika kita mengubah kehidupan kita menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain, kita telah menciptakan nilai dalam hidup dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Hendaklah kita menggenggam waktu saat ini. Setiap hari, saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap menit dan detik.

Belakangan ini, dunia dipenuhi dengan bencana akibat ulah manusia dan bencana alam. Setiap hari, ketika saya melihat peta dunia, saya merasa bahwa dunia tidak bisa berubah tanpa saya. Saya berharap semuanya memiliki pemikiran yang sama dengan saya bahwa dunia ini tidak bisa berubah tanpa kita.

Jangan pernah menyerah pada usia tua. Lihatlah, ketika saya duduk seperti ini, saya tidak berani untuk membungkuk. Saya sering menggerakkan tubuh saya karena sulit bagi saya untuk duduk dengan tegak. Bagaimanapun, saya harus menggerakkan tubuh saya dan berusaha untuk tetap tegak. Setiap menit dan detik, saya selalu memperhatikan apa yang saya katakan dan postur tubuh saya ketika duduk. Begitulah saya memperhatikan diri sendiri.


Memperhatikan diri berarti menghormati diri sendiri sehingga kita juga dapat dihormati oleh orang lain. Kita mendapatkan rasa hormat bukan karena memohon. Semuanya bergantung pada diri kita sendiri. Oleh karena itu, ketika kita bersumbangsih dan menciptakan berkah bagi orang lain, kita juga akan mendapatkan berkah. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih, apakah kita sungguh tidak memperoleh apa-apa? Yang kita peroleh sangatlah banyak. Sesungguhnya, saat bersumbangsih, kita tengah membawa manfaat bagi diri sendiri.

Hendaklah kita menggenggam untuk mendapatkan sukacita Dharma. Apa yang harus kita genggam? Jalinan jodoh. Kita harus menggenggam jalinan jodoh baik yang ada. Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik. Dengan himpunan jalinan jodoh baik, kita dapat menggalang Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Melihat Bodhisatwa membuat orang dipenuhi sukacita.

Saya sering berkata bahwa sesungguhnya, ada banyak hal yang tidak saya ketahui dan banyak hal yang tidak dapat saya lakukan. Namun, ketika menemui satu hal, saya tahu pasti apa yang harus saya lakukan. Saya tidak pernah bertanya, "Apakah ini baik untuk dilakukan?". Ini hanya akan merisaukan diri sendiri. Selama kita yakin bahwa arah kita benar, katakan dan lakukanlah. Semua orang yakin pada apa yang saya katakan dan melakukannya tanpa ragu. Hendaklah kita semua menggenggam waktu yang ada. 

Menghargai berkah dan mengubah pola pikir untuk mendapatkan sukacita Dharma
Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan
Menggenggam setiap menit dan detik untuk berada di arah yang benar
Bersumbangsih tanpa pamrih dan menjalin jodoh baik     

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Desember 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 10 Desember 2022
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -