Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membimbing yang Berjodoh


“Yi-fan
berasal dari keluarga dengan orang tua tunggal. Berhubung kakak laki-lakinya harus bekerja, dialah yang mengurus ibunya, termasuk berobat. Ibunya menjalani terapi target sehingga sering mengalami diare. Saat itu, ibunya telah mengalami ulkus dekubitus hingga tulangnya terlihat. Karena itu, setiap kali ibunya mengalami diare, Yi-fan harus melakukan disinfeksi dengan cairan disinfektan,” kata Bai Su-qin relawan Tzu Chi.

“Tim survei kasus juga mendapati bahwa semua bahan medis habis pakai ditaruh di atas lantai. Kami lalu menawarkan untuk membeli lemari dan Yi-fan yang merapikan barang-barang itu. Yi-fan juga tidak ketinggalan untuk mencurahkan cinta kasih. Dia turut melakukan kebaikan dengan cinta kasih agung meski tengah mengalami kesulitan ekonomi. Berbuat baik dan berbakti tidak bisa ditunda. Saya telah melihat praktik nyata ini dari Yi-fan,” pungkas Bai Su-qin.

“Saya merasa bahwa saya hanya melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Saya juga sangat berterima kasih atas bantuan kalian,” kata Chen Yi-fan Penerima bantuan Tzu Chi.

Sungguh, kalian semua telah menggunakan hati yang tulus untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita telah melihat banyak orang yang menderita. Kita ingin membantu mereka dan mereka menerima bantuan kita. Saya sering mengulas tentang "penerima" dan "pemberi". Mereka menerima dan kita memberi.

Sebagai pemberi, kita hendaknya bersyukur kepada penerima karena dengan menerima bantuan kita, mereka telah mewujudkan harapan kita. Kita tidak memiliki pamrih dan hanya berharap mereka dapat hidup tenteram. Bagi orang yang mengalami kesulitan hidup, kita membentangkan sebuah jalan yang mulus. Melihat mereka menapaki jalan yang mulus ini dengan langkah yang mantap, inilah kebahagiaan terbesar bagi kita.


Setiap hari, saat duduk di sini, saya terus menerima berbagai informasi dan bertemu sekelompok demi sekelompok Bodhisatwa yang kembali ke kampung halaman batin dan ladang pelatihan Bodhisatwa ini. Saya mendengar mereka membagikan banyak kisah. Begitu pula dengan kalian. Karena itu, saya tahu tentang orang-orang yang menderita dan bagaimana kalian membawa harapan bagi mereka.

Saat menjangkau warga lansia yang jatuh sakit, kalian juga membersihkan dan memperbaiki tempat tinggal mereka sehingga keselamatan mereka terjaga dan mereka terlindungi dari angin dan hujan. Jadi, para insan Tzu Chi juga membantu memperbaiki rumah mereka.

Kita bisa melihat anak muda yang sangat inspiratif. Anak-anak yang merawat ibunya ini juga membutuhkan curahan cinta kasih. Agar mereka bisa menapaki jalan kebenaran, dibutuhkan perhatian orang yang bagaikan keluarga. Kalian semua telah melakukannya. Saya telah melihat dan mendengar bagaimana kalian memberi pendampingan dengan cinta kasih. Asalkan arah kita benar, kita harus lebih tekun dan bersemangat. Setelah membentuk kelompok, barulah kita bisa bersumbangsih secara estafet.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Dalam memperhatikan dan mendampingi penerima bantuan, semua insan Tzu Chi memiliki mentalitas yang sama. Setiap kali kalian kembali, saya bisa melihat kondisi tempat tinggal penerima bantuan dan kondisi batin kalian. Berhubung bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih, kalian dipenuhi sukacita dalam Dharma. Inilah Bodhisatwa yang sesungguhnya.


Duduk di sini, saya melihat Bodhisatwa berhimpun setiap hari. Para relawan kita kembali dan berbagi dengan saya tentang penderitaan di dunia serta bagaimana mereka saling mendampingi dan mendukung untuk memperhatikan orang yang membutuhkan. Tidak peduli betapa jauhnya perjalanan dan betapa panasnya cuaca, kita selalu bersedia bersumbangsih. Di seluruh dunia, kita bersumbangsih tanpa takut kesulitan. Sesulit apa pun, kita tetap merasa sukacita. Karena itulah, dikatakan bahwa kita bersedia bersumbangsih tanpa takut kesulitan.

Setiap hari, kita menapaki Jalan Bodhisatwa serta melihat orang yang membutuhkan tertolong. Mereka tertolong berkat adanya jalinan jodoh. Setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita hendaknya juga berbagi Dharma dengan mereka dan membimbing mereka untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Kalian yang ada di sini hari ini merupakan orang yang telah dibimbing untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa.

Membimbing orang-orang menjadi Bodhisatwa adalah tujuan Buddha datang ke dunia ini. Kalian semua telah turut mewujudkan tujuan Buddha datang ke dunia ini. Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang selalu mengingat apa yang ingin saya lakukan dan mengasihi yang saya kasihi. Kalian membentangkan tangan untuk merangkul mereka dan menepuk-nepuk punggung mereka dengan pelan untuk menghibur dan menenangkan hati mereka. Dengan berbuat demikian, berarti kalian menjalankan praktik Bodhisatwa.


Kita harus mempelajari praktik Bodhisatwa. Dalam aksara Mandarin "belajar", terdapat aksara "anak". Bagaikan anak-anak yang tidak mengerti apa-apa, selama berbagai kehidupan, kita terus terlahir sebagai makhluk awam yang diliputi ketidaktahuan. Lalu, kita menemukan sebuah jalan yang dapat melenyapkan ketidaktahuan dan membawa kita pada kebenaran. Jadi, kita belajar menapaki Jalan Bodhisatwa untuk mencapai pencerahan.

Mempelajari ajaran Buddha tak luput dari Jalan Bodhisatwa. Makhluk yang menderita adalah ladang pelatihan Bodhisatwa. Inilah jalan yang harus kita tapaki. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus bersumbangsih. Tanpa menapaki Jalan Bodhisatwa, kita sulit untuk mencapai kebuddhaan. Karena itu, kita harus tekun bersumbangsih hingga memperoleh sukacita dan kedamaian.

Kita hendaknya bersyukur atas jalan yang bisa kita tapaki dengan tulus ini. Di Jalan Bodhisatwa ini, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Saya berharap kita dapat terus membimbing orang-orang. Setelah melenyapkan penderitaan, kita juga harus berbagi Dharma untuk membimbing orang-orang agar mereka dapat memperoleh sukacita Dharma dan turut menapaki Jalan Bodhisatwa.

Di sini, ada dua Bodhisatwa yang menanti untuk dibimbing. Selamat bergabung di Jalan Bodhisatwa. Bersumbangsih adalah hal yang paling membahagiakan.

Melindungi warga lansia sebatang kara dari angin dan hujan
Memberi dengan sukacita dan tanpa pamrih
Menghimpun kekuatan untuk melenyapkan penderitaan serta tekun dan bersemangat melatih diri
Berbagi Dharma untuk membimbing yang berjodoh

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 18 Juli 2024
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -