Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Menciptakan Lingkaran Kebajikan


Setiap hari, saya mengkhawatirkan perubahan iklim dan kesulitan hidup orang-orang di seluruh dunia. Berkat kemajuan teknologi sekarang, saya bisa memandang ke seluruh dunia dan mengetahui lebih banyak hal. Namun, beban di dalam hati saya sangatlah berat.

Kita bisa melihat penderitaan orang-orang, tetapi jauhnya jarak membuat kita kesulitan untuk menjangkau mereka. Melihat orang-orang dilanda bencana dan kesulitan, hidup kekurangan, dan tidak berdaya, kita sungguh merasa tidak sampai hati. Betapa menderitanya kehidupan mereka.

Setiap hari, berita yang terhimpun dari seluruh dunia menunjukkan penderitaan pada kita. Setelah melihat penderitaan, kita hendaknya bersyukur atas kondisi diri sendiri. Kita hendaknya bersyukur dapat hidup tenteram dan terbebas dari kerisauan. Kita harus senantiasa bersyukur. Meski seseorang hidup bahagia dan dipenuhi berkah, tetapi tanpa rasa syukur, dia selamanya tidak akan mengenal rasa puas. Meski telah memiliki segalanya, dia tetap merasa tidak puas.

Saya sering berkata bahwa saat memiliki satu, orang-orang selalu merasa masih kurang sembilan. Saat memiliki satu dolar, mereka akan menginginkan sembilan dolar agar bisa memiliki 10 dolar. Saat memiliki 10 dolar, mereka akan menginginkan 90 dolar agar bisa memiliki 100 dolar. Siklus ini tidak ada habisnya. Mereka akan terus merasa kurang. Ini termasuk miskin secara batin.


Orang yang miskin secara materi tidak tahu bagaimana rasanya menjadi kaya, sedangkan orang yang kaya tidak menyadari bahwa mereka sudah sangat kaya. Kita harus memahami hal ini secara jelas serta menyerapnya ke dalam hati dan pikiran. Kita harus menganalisis secara tepat dengan hati yang tulus dan memahami bahwa kita semua dipenuhi berkah.

Setiap orang hendaknya mengenal rasa puas dan bersyukur. Dalam hidup ini, jika tidak tahu untuk bersyukur, kita akan selamanya diliputi kerisauan karena merasa tidak puas. Dengan demikian, hidup kita tidak akan bahagia. Meski saya berkata demikian, tetapi melihat hal-hal yang terjadi di seluruh dunia, saya merasa khawatir setiap hari. Saya mengungkapkan kekhawatiran saya setiap hari dengan harapan dapat menginspirasi orang-orang.

Bersumbangsih semampu kita bagi yang membutuhkan tidak akan memengaruhi kehidupan kita. Dengan bersumbangsih semampu kita, nilai kehidupan kita akan meningkat. Kita hanya perlu terus bersumbangsih sedikit demi sedikit setiap hari. Contohnya di Myanmar. Selama belasan tahun ini, sudah ada lebih dari 80 ribu keluarga yang terinspirasi untuk menyisihkan segenggam beras setiap hari.

Beras yang terhimpun dari 80 ribuan keluarga ini dapat membawa manfaat bagi lebih dari empat ribu keluarga kurang mampu. Jadi, di Myanmar, orang-orang menghimpun beras untuk menolong orang yang membutuhkan setiap bulan. Singkat kata, kebajikan jangan sampai terputus. Bahkan, kita harus terus memperluas kebajikan agar tidak ada lagi keluarga yang kelaparan, baik warga lansia, janda, maupun anak yatim piatu. Kita bisa melihat betapa sukacitanya mereka.


Bodhisatwa sekalian, kita harus lebih sering berbagi tentang kisah seperti ini dan meneladan mereka. Menyisihkan segenggam beras setiap hari tidak akan memengaruhi kehidupan mereka. Selain itu, beras yang terhimpun setiap bulan juga dapat digunakan untuk menolong banyak orang. Akumulasi uang kecil juga dapat membawa manfaat bagi orang banyak.

Di ladang pelatihan ataupun di sekolah kita, kita dapat mendengar suara gemerincing uang logam. Akumulasi satu demi satu uang logam dapat membawa manfaat besar. Dengan menyisihkan uang untuk menolong sesama, kita dapat menciptakan pahala yang tak terhingga karena dapat menolong banyak orang memperoleh makanan dan pakaian yang dibutuhkan.

“Berhubung tidak bisa menjangkau lokasi bencana secara langsung untuk bersumbangsih bagi korban gempa di Turki dan Suriah, kami sangat bersyukur kepada relawan Tzu Chi yang datang ke sini untuk menggalang cinta kasih sehingga kami berkesempatan untuk mencurahkan cinta kasih kami,” kata Daw Sandar Theingi Kepala biara.

“Para korban gempa bagaikan saudara kita, tetapi kami tidak bisa pergi untuk membantu mereka. Karena itu, kami sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen dan para insan Tzu Chi yang memberi kami kesempatan untuk berdana dan menolong mereka,” kata Daw Thu Saryi asisten sekolah.


Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat bersama-sama menyebarkan Dharma di dunia. Kini, transportasi dan teknologi telah berkembang. Kita dapat menerima informasi dari tempat yang jauh, akses transportasi juga memadai.

Dapat memiliki insan Tzu Chi di tempat yang jauh, inilah jalinan jodoh. Saat menerima kabar tentang bencana yang terjadi, kita yang berada di Taiwan dapat meminta relawan setempat untuk mengajak pengusaha setempat menghimpun tenaga dan materi untuk bersumbangsih. Meski berada di tempat yang jauh, kita juga dapat membantu orang yang membutuhkan. Inilah kekuatan cinta kasih para insan Tzu Chi.

Ini berkat adanya akses transportasi yang memadai, insan Tzu Chi setempat, dan kondisi pendukung lainnya. Jadi, hendaklah kita memiliki kesatuan tekad dan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih.    

Memandang ke seluruh dunia, bencana terjadi di mana-mana
Manusia sering kali tidak mengenal rasa puas dan selalu merasa kurang
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan memutus kerisauan
Menciptakan lingkaran kebajikan di dunia dengan cinta kasih  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 09 Maret 2023
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -