Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dengan Penuh Welas Asih dan Kebijaksanaan

Lihatlah di Mozambik. Sandang, pangan, dan papan warga di sana sangat sederhana. Namun, mereka bertekad untuk menjadi Bodhisatwa. Tempat pertemuan mereka adalah di bawah pohon mangga. Meski duduk di atas lantai, tetapi mereka sangat giat mempelajari Dharma.

Saya membabarkan Dharma di Taiwan. Relawan Tzu Chi di sana yang memahami bahasa Inggris akan mendalaminya, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa lokal. Lewat terjemahan, baru relawan lokal dapat memahaminya. Begitu mendengar Dharma, mereka segera menyerapnya ke dalam hati. Mereka mulai mengubah kehidupan mereka dan bersumbangsih demi membantu sesama.

Selain melatih diri sendiri, mereka juga membantu orang yang membutuhkan. Ini sungguh tidak mudah. Mereka juga mementaskan drama singkat untuk membimbing warga agar  tidak percaya pada takhayul. Cara penyampaian mereka sangat baik. Saat sakit, kita harus pergi berobat ke dokter, bukan pergi ke dukun. bukan pergi ke tukang sihir. Mereka berusaha membimbing orang-orang untuk memiliki keyakinan benar.

Selain itu, mereka juga menyosialisasikan pola makan vegetaris untuk menyadarkan orang-orang. Lewat nyanyian, mereka mengenalkan manfaat dari pola makan vegetaris. Lewat nyanyian, mereka mengenalkan manfaat dari pola makan vegetaris.

doc tzu chi

“Bervegetaris baik untuk kesehatan. Dapat menghemat uang dan baik untuk Bumi Pertiwi.”

Sekelompok Bodhisatwa ini sungguh menggemaskan. Mereka berjalan dengan bertelanjang kaki. Batu kerikil mungkin melukai kaki mereka. Mereka juga duduk di bawah terik matahari untuk menyatu dengan alam. Meski demikian,  mereka tetap menyerap Dharma ke dalam hati. Bagaimana dengan kita? Lingkungan seperti apa yang kita inginkan?

“Kursi ini terlalu keras, saya butuh kursi yang lebih lembut.” “Kursi ini terlalu lembut sehingga membuat tulang saya sakit.” Begini salah, begitu juga salah. Dibandingkan dengan mereka, kita yang berada di lingkungan yang begitu nyaman masih tidak dapat menyerap Dharma ke dalam hati.

Kita bagaikan sebuah batu yang keras dan panas. Begitu dibasahi dengan air, ia segera mengering. Mereka tidak demikian. Hati mereka bagaikan sebidang tanah. Begitu air dituang, ia perlahan-lahan meresap ke dalam tanah sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman seperti bunga, sayur-sayuran, dan tanaman lainnya. Ia membawa banyak manfaat bagi tanah.

doc tzu chi

Saya sangat tersentuh melihat mereka melatih diri dengan disiplin. Di bawah terik matahari, mereka menggambar lingkaran di atas pasir. Dengan cara seperti itu, mereka dapat melangkah dengan rapi dan agung. Mereka melatih diri sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

Setiap kali mengulas tentang relawan di Afrika yang begitu bijaksana, saya selalu sangat mengagumi dan mengasihi mereka. Saya sangat mengasihi setiap orang dari mereka. Mereka sangat optimis dan bekerja keras. Mereka menanam sayur untuk membantu orang kurang mampu dan anak yatim piatu. Mereka sangat giat.

Selain itu, mereka juga ingin menyamakan langkah dengan relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Kini mereka juga menggalang dana untuk membantu korban Badai Harvey. Mereka juga membuat barang untuk mengadakan bazar amal.

“Kami membuat tas-tas ini untuk dijual di bazar amal demi membantu korban Badai Harvey. Amitabha,” kata Tsemani, relawan lokal.

“Master membagikan beras cinta kasih untuk kami. Kami menggunakan karung beras untuk membuat tas. Saya belajar dari seorang guru. Semoga kami dapat membuat tas yang lebih bagus dari sebelumnya agar dapat membantu korban Badai Harvey. Amitabha,” sambungnya.

doc tzu chi

Lihatlah, mereka memahami konsep daur ulang dan sumbangsih yang penuh cinta kasih. Setiap kali mengulas tentang mereka, saya selalu tak kuasa menahan diri untuk bercerita lebih banyak tentang mereka. Saya sangat tersentuh dan bersyukur. Mereka juga menyebarkan pentingnya rasa bakti, cinta kasih, dan kebajikan. Lihatlah, mereka menyosialisasikan pentingnya rasa bakti dan menghormati orang yang lebih tua.

Bodhisatwa sekalian, bagaimana bisa kita tidak tersentuh? Saya sangat tersentuh. Kita hidup di lingkungan yang berkelimpahan. Saat berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus senantiasa mawas diri. Kini bencana terus terjadi di seluruh dunia. Kita harus memerhatikan hal-hal yang terjadi di dunia.

Setiap hari, saat melihat hal-hal yang terjadi di dunia, saya sungguh merasa tidak tega. Pada tanggal 19 September lalu, Meksiko tiba-tiba diguncang gempa bumi. Gempa itu terjadi tanpa ada peringatan. Di Meksiko, seorang relawan kita yang bernama Bapak Tsai sudah tiba di lokasi bencana. Dia bersama dua relawan lainnya mengendarai mobil untuk melakukan survei sambil menunggu relawan lain tiba.

Setelah relawan tiba, barang bantuan dapat dikirimkan. Kita sungguh membutuhkan tenaga manusia dan barang bantuan. Amerika Serikat lebih dekat dengan Meksiko. Akan tetapi, sebulan yang lalu, AS diterjang Badai Harvey. Relawan Tzu Chi berada di sana selama lebih dari 20 hari. Mereka membagi diri ke dalam kelompok untuk melakukan survei.

Mereka juga harus pergi memahami kondisi korban bencana. Namun, mereka juga tidak tega melihat kerusakan yang begitu parah di Meksiko. Karena itu, mereka berkata bahwa sebagian dari mereka akan pulang ke rumah untuk bersiap-siap, baru berangkat ke Meksiko. Dengan meneladani hati dan cinta kasih Buddha terhadap semua makhluk, mereka bersedia terjun ke lokasi bencana yang penuh penderitaan.

Mereka pergi dengan membawa misi dan akan meninggalkan tempat itu begitu misinya selesai. Ini semangat yang dimiliki Buddha. Mereka dapat keluar dan masuk lokasi bencana dengan penuh kekuatan cinta kasih. Inilah Bodhisatwa. Setelah mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian.

Melihat dunia yang penuh penderitaan ini, kita harus segera mengembangkan kekuatan kita. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Bukankah para relawan Tzu Chi selalu keluar dan masuk untuk membantu orang yang menderita? Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu, ruang, dan hubungan antarsesama untuk melatih diri. Harap semua orang lebih bersungguh hati.

Relawan Tzu Chi di Afrika membabarkan ajaran kebenaran
Menyosialisasikan pola makan vegetaris yang bermanfaat bagi kesehatan
Relawan Tzu Chi melakukan survei lokasi bencana
Melenyapkan penderitaan dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 September 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 September 2017
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -