Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan Pasien dengan Ikrar Penuh Welas Asih
Buddha datang ke dunia ini dan membabarkan berbagai jenis Dharma sesuai latar belakang orang-orang. Namun, dunia ini tak luput dari penyakit. Ada penyakit fisik, penyakit masyarakat, dan penyakit iklim. Empat unsur alam yang tidak selaras menimbulkan berbagai penyakit. Saat unsur alam tidak selaras, meski hanya satu unsur akan memicu terjadinya bencana.
Setiap hari, saya menerima banyak lembar kertas berisi laporan tentang negara-negara yang dilanda banjir, kebakaran, gempa bumi, dan lain-lain. Ini akibat ketidakselarasan empat unsur alam.
Singkat kata, saat unsur alam tidak selaras, alam akan dilanda bencana. Saat unsur tubuh tidak selaras, tubuh juga akan dilanda bencana, yaitu penyakit. Semua itu adalah penyakit. Penyakit ditimbulkan oleh ketidakselarasan. Selain penyakit, juga ada penuaan.
Alam semesta mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Tubuh manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Pikiran manusia mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Jadi, kini, saat sebersit niat timbul, apakah ia selalu bertahan di dalam pikiran kita?
Dahulu, kita membangkitkan niat baik dan melakukan perbuatan baik. Setelah melakukan perbuatan baik, apakah kita tetap mempertahankan niat baik kita?
Saya masih ingat tentang Mahabhiksu Zhi Zhe yang mendalami dan membabarkan Dharma tanpa menyimpang. Meski berada dalam kondisi sulit, tekadnya tidak berubah. Ini sangat mengagumkan. Saat terkenal dan hidup sejahtera, beliau juga tidak sombong dan tetap mempertahankan tekadnya untuk membabarkan Dharma. Beliau hanya memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menyebarluaskan Dharma agar akar Dharma tertanam semakin dalam. Tentu saja, kita harus bersungguh-sungguh menghargai semangat Mahabhiksu Zhi Zhe.
Setelah membangkitkan tekad untuk mendalami Dharma, beliau terus mempertahankannya. Setelah mendalami Dharma, beliau juga mempertahankan tekad untuk membabarkan Dharma.
Saat mengalami kesulitan besar dalam membabarkan Dharma, apakah tekadnya goyah? (Tidak).
Saat didukung dan dihormati oleh beberapa raja, apakah beliau menjadi sombong? (Tidak).
Beliau hanya ingin membabarkan Dharma. Beliau menulis buku sambil membabarkan Dharma. Karena itulah, saya ingin kalian menonton kisah Mahabhiksu Zhi Zhe dan meneladani semangat beliau.
Dokter sekalian, kalian telah menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu. Seiring berlalunya waktu, kalian telah menuntaskan pendidikan. Setelah itu, kalian mendedikasikan diri untuk menyelamatkan kehidupan. Sebelumnya, kalian senantiasa menyerap pengetahuan. Kini kalian telah menuntaskan pendidikan. Di mana pun baksos diadakan, kalian selalu memberikan pelayanan dengan cinta kasih dan perhatian.
“Di wilayah terpencil, sebagian besar pasien adalah lansia dan orang yang tidak leluasa bergerak. Sebagian dari mereka terkena penyakit kardiovaskular. Sebelumnya, kita tidak memiliki perlengkapan medis sehingga mereka harus pergi ke rumah sakit. Namun, dengan adanya alat ultrasonografi portabel, kita bisa melakukan pemeriksaan awal di sini,” kata Huang Hsuan-li, dokter di Rumah Sakit Tzu Chi Taipei.
“Saya melakukan semua yang bisa dilakukan. Saya menganggap pasien sebagai keluarga sendiri dan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi mereka. Itulah yang saya rasakan,” kata Huang Yi-jing, dokter gigi.
“Jika pasien tidak bisa keluar berobat, kitalah yang akan menjangkau mereka,” kata Huang Si-cheng, Wakil Kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Dahulu saya tidak berselera makan nasi, tetapi berselera mengunyah buah pinang,” kata pasien.
“Sekarang Anda telah berhenti mengunyah buah pinang. Pertama kali saya bertemu dengannya ialah dua tahun lebih yang lalu. Saat itu dia sangat murung, bahkan berniat untuk bunuh diri. Kini, saat kita mengunjunginya dan memintanya menggenggam tangan saya, dia akan menggenggamnya dengan erat. Dia juga menunjukkan pada saya bahwa dia sudah bisa berjalan,” kata Hsu Jung-yuan, Wakil Kepala RS Tzu Chi Taipei.
Tabib Agung memiliki hati Buddha. Mengapa saya menyebut para dokter sebagai “Tabib Agung”? “Tabib Agung” merupakan salah satu nama Buddha. Di dunia ini, para dokter dapat mengobati penyakit fisik dan melenyapkan ketakutan batin pasien. Inilah yang dilakukan para dokter. Dokter juga memiliki hati Buddha. Mereka menghibur para pasien dengan hati Buddha. Jadi, dokter bagaikan Buddha hidup.
Saya sangat menghormati para dokter. Saya bersyukur pada kalian yang menggunakan waktu kalian untuk berpartisipasi dalam baksos dan melenyapkan penderitaan banyak orang. Kalian tidak mendapat keuntungan, malah mengeluarkan uang. Saat tahu bahwa ada orang yang kekurangan nutrisi, kalian akan mengunjunginya dengan membawa bingkisan. Jadi, kalian memperlakukan pasien bagai keluarga.
Dengan membangkitkan sebersit niat, saat menghadapi para pasien, baik yang berada maupun kekurangan, niat ini akan menjadi sebutir benih. Dengan benih ini, kalian bisa menjalin jodoh dengan setiap pasien yang kalian temui. Pasien yang pernah kalian temui, periksa, dan obati, semuanya berjodoh dengan kalian. Jadi, dokter dan pasien sama-sama merasakan sukacita. Dengan demikian, kalian telah menjalin jodoh baik dengan mereka.
Kalian tidak menjadikan pelayanan medis sebagai suatu bisnis. Contohnya orang yang makan di restoran. Pengunjung yang makan di restoran akan membayar sesuai pesanannya. Jadi, pihak restoran mendapat keuntungan dan pengunjung membayar makanannya. Setelah itu, tidak ada lagi hubungan di antara mereka.
Pengunjung ingin makan dan pihak restoran ingin mendapat keuntungan, tidak ada hubungan di antara mereka. Lain halnya dengan baksos kesehatan.
Para dokter mengunjungi pasien dan memeriksa mereka dengan cinta kasih tanpa pamrih. Para dokter melenyapkan penderitaan pasien dan menganggap mereka sebagai keluarga. Para dokter berikrar untuk memperlakukan pasien bagai keluarga dan bisa turut merasakan penderitaan pasien.
Ikrar seperti ini sungguh sangat agung. Inilah nilai kehidupan. Karena itulah, saat melihat dokter, saya sangat tersentuh dan menghormati mereka. Kalian memperlakukan semua pasien secara setara karena memiliki ikrar yang penuh welas asih, murni, dan agung. Terlebih para dokter yang bergabung menjadi anggota TIMA.
Kalian tulus memperhatikan orang-orang yang kekurangan serta para lansia sebatang kara. Ini sungguh cinta kasih yang agung. Saya sangat tersentuh.
Karena itulah, saya sangat mengasihi dan menghormati para anggota TIMA.
Tekad membabarkan Dharma tidak goyah baik dalam kondisi lancar maupun sulit
Sebersit niat adalah sebutir benih untuk menjalin
jodoh dengan semua makhluk
Dokter bagai Buddha hidup yang meringankan
penderitaan pasien
Menjalankan ikrar yang penuh welas asih,
murni, dan agung