Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan Semua Makhluk

“Kami tahu pemerintah telah membayar sewa tiga bulan untuk kalian. Kami hanya khawatir jika kalian tidak mendapat pekerjaan, kelangsungan hidup kalian akan terganggu,” ucap Wu Ci Ying, relawan Tzu Chi. “Meski mendapat pekerjaan, juga seminggu atau dua minggu kemudian baru bisa menerima upah,” kata Ling Ji Cheng, relawan Tzu Chi. “Kalian butuh uang untuk membeli makanan,” imbuh Wu Ci Ying, relawan Tzu Chi.

“Saya tidak punya uang tunai, hanya bisa mengambil makanan di bank makanan. Jika kalian bisa membantu saya secara ekonomi, saya akan sangat berterima kasih,” kata Gregory, salah seorang warga. “Tolong berikan sebuah celengan bambu pada saya. Setelah penuh, saya akan mengembalikannya,” tutur Rebecca, warga lainnya.

Selama lebih dari sebulan ini, insan Tzu Chi Amerika Serikat membagi diri ke dalam berbagai kelompok untuk melakukan survei bencana, mencurahkan perhatian, dan membagikan bantuan. Saat pulang di malam hari, mereka berkumpul untuk mendiskusikan rencana pada keesokan harinya. Para relawan kita mendedikasikan diri untuk menyalurkan bantuan.

doc tzu chi

Kita juga mendengar tentang Ji Hong dan istrinya yang sangat berdedikasi. Mereka terbang dari New Jersey ke Houston untuk menyalurkan bantuan bencana. Berhubung Badai Irma mendatangkan kerusakan parah di Florida, dia pun segera terbang ke Miami, Florida.

"Kita tidak pernah tahu kapan ketidakkekalan akan terjadi. Memang sulit dipercaya, tetapi bencana terjadi begitu saja. Lalu, saya bertemu dengan Bapak Chen. Awalnya, saya hanya berbicara dengannya lewat telepon. Dia tahu apa yang harus dilakukan, sedangkan saya tidak yakin. Kemudian, kami bertemu dan berkeliling untuk melakukan survei. Dia juga ingin memastikan daftar penerima bantuan," ujar Penny Taylor, Wali Kota Collier County.

Dia mendampingi Ji Hong menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk melakukan survei. Hanya dalam waktu 8 hingga 9 hari, kita mengadakan 3 kali pembagian bantuan yang membawa manfaat bagi lebih dari 800 keluarga. Apakah semua korban bencana sudah menerima bantuan? Belum. Di bagian selatan, bahkan ada yang terkena dampak lebih parah. Singkat kata, usai mengikuti konferensi di Taiwan kali ini, para relawan kita akan pulang ke AS untuk memberikan bantuan jangka menengah dan jangka panjang.

doc tzu chi

Ada pula sebagian warga yang dievakuasi dan belum pulang ke rumah. Mereka yang hidup kekurangan sangat membutuhkan bantuan. Berhubung dampak bencana kali ini sangat serius, perjalanan penyaluran bantuan kita juga masih sangat panjang. Melihat para relawan dari AS kembali ke Taiwan, saya menghormati mereka dari lubuk hati saya. Mereka menjangkau orang-orang yang menderita untuk melenyapkan penderitaan mereka dengan cinta kasih dan welas asih agung. Ini bukanlah sebuah perumpamaan. Mereka sungguh telah melakukannya.

Kita juga melihat seorang anggota komite di Sint Maarten, Zhu Xi-fang. Di sana terdapat empat orang relawan Tzu Chi. Dia sangat berjasa dalam penyaluran bantuan kali ini. Berhubung keluarganya membuka toko roti, dia segera memanfaatkannya untuk menyediakan roti bagi korban bencana setiap hari. Mereka juga sangat menghargai beras bantuan yang dibagikan. Berhubung banyak orang yang terkena bencana dan membutuhkan bantuan, maka beras yang dibagikan harus dikurangi.

Untuk beras gelas pertama, warga diimbau untuk bertutur kata baik. Untuk beras gelas kedua, warga diimbau untuk berbuat baik. Untuk beras gelas ketiga, warga diimbau untuk berpikir baik. Para relawan lokal telah bersumbangsih dengan Dharma. Mereka mempraktikkan Dharma lewat tindakan.

Kita harus menolong sesama dengan tulus dari lubuk hati kita sekaligus berbagi Dharma dengan mereka. Bayangkanlah, saat barang bantuan mencukupi, warga bisa menerima sekarung beras. Namun, saat banyak yang membutuhkan dan barang bantuan terbatas, bantuan yang diberikan juga dikurangi. Berhubung barang bantuan terbatas, barang yang dibagikan semakin dihargai.

doc tzu chi

Dalam ceramah pagi, saya mengulas bahwa saat Buddha menyatakan bahwa Buddha akan segera parinirvana dan waktu yang dimiliki-Nya sudah tidak banyak, Buddha menyuruh murid-Nya untuk mengajukan pertanyaan pada-Nya agar mereka dapat lebih memahami Dharma. Jadi, Buddha menyatakan bahwa jika mereka tidak segera mendalami Dharma, maka kesempatan mereka akan segera hilang. Bukankah prinsipnya sama dengan tiga gelas beras itu?

Saat ini, bukan hanya Tzu Chi Taiwan yang memperhatikan kondisi di Sint Maarten, tetapi juga Tzu Chi Kanada. Kakak anggota komite di Sint Maarten ini merupakan relawan Tzu Chi di Kanada. Tzu Chi Kanada juga menyediakan paket kebutuhan sehari-hari, alat penyaring air, dan ember. Meski tidak saling mengenal, tetapi dengan adanya sedikit jalinan jodoh, banyak orang yang bisa tertolong. Jadi, jalinan jodoh sungguh tidak terduga. Jangan meremehkan kekuatan atau jalinan jodoh kecil. Dengan menghimpun kekuatan bersama, relawan kita bisa menolong warga Sint Maarten. Jadi, Tzu Chi menjangkau berbagai negara yang membutuhkan bantuan dengan menghimpun kekuatan bersama.

Di negara yang berbeda, terdapat relawan yang berbeda yang mengerahkan kekuatan. Ini sungguh tidak mudah. Singkat kata, dalam menjalankan misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis serta Delapan Jejak Dharma, kita harus bekerja sama dan saling mendukung. Semoga kita bisa melenyapkan penderitaan semua makhluk.

Kita juga melihat kasus di Taichung. Hidup manusia tidaklah kekal. Kehidupan nenek ini penuh dengan ujian. Sebelumnya, dia memiliki keluarga yang bahagia. Tiba-tiba, suaminya jatuh sakit dalam jangka panjang hingga akhirnya meninggal dunia. Kemudian, putra dan putrinya juga jatuh sakit beberapa waktu dan akhirnya meninggal dunia. Putrinya menderita gangguan mental dan putranya terkena kanker.

Awalnya, putranya enggan berobat dan sangat putus asa. Lalu, tanpa takut kotor, Kepala RS Chien menanganinya secara langsung sehingga menyentuh hatinya. Akhirnya, dia bersedia pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Tentu, dia akhirnya juga meninggal dunia. Dia pernah berkata pada ibunya bahwa dia ingin bergabung dengan Tzu Chi.

“Ada baiknya juga saya menggantikan putra saya mewujudkan ikrarnya. Jadi, saya bersumbangsih dengan sepenuh hati. Jika saya ingin membalas budi para relawan Tzu Chi, mereka tidak akan menerimanya. Karena itu, apa pun yang mereka minta, saya akan berusaha untuk membantu. Jadi, saya mengerjakan segalanya. Baik memilih sayuran maupun mencuci piring, semuanya saya kerjakan dengan sepenuh hati,” kata Nenek Liao Liu Yu-ye.

Namun, seiring bertambahnya usia, dia terkena penyakit Parkinson. Kita pun membawanya ke rumah sakit kita untuk menjalani pengobatan. Akhirnya, dia kembali melakukan daur ulang. Relawan lain begitu dekat dengannya. Insan Tzu Chi memperhatikannya dengan cinta kasih yang tulus bagaikan anak yang berbakti pada orang tua. Inilah kehangatan yang dibutuhkan di dunia ini.

Bodhisatwa sekalian, inilah dunia Tzu Chi. Kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi yang tulus tidak pernah padam. Sungguh, saya sangat tersentuh dan bersyukur pada mereka.

Giat melatih diri di Jalan Bodhisatwa
Seorang wali kota mendampingi
insan Tzu Chi melakukan survei bencana
Menggunakan welas asih dan kebijaksanaan untuk membagikan barang bantuan
Melenyapkan penderitaan akibat penyakit dan menolong semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Oktober 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Oktober 2017

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -