Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi
Biro Cuaca Pusat sangat waspada dan terus melaporkan tentang
kondisi cuaca agar orang-orang dapat meningkatkan kewaspadaan dan
mengantisipasi banjir. Taiwan sudah dilanda banjir minggu lalu. Hujan deras
yang turun sejak awal bulan Juni telah menimbulkan bencana besar di Taiwan.
Karena itu, kali ini, setiap orang sangat waspada.
Melihat orang-orang begitu waspada, saya merasa lebih tenang. Dengan
melakukan upaya antisipasi, kita bisa meminimalkan dampak bencana. Ini
merupakan suatu kebiasaan yang baik. Setiap orang hendaknya bermawas diri,
berhati tulus, dan meningkatkan kewaspadaan.
Janganlah pergi ke wilayah pegunungan. Warga di wilayah yang rawan
bencana hendaknya lekas berevakuasi agar keselamatan mereka terjaga. Setiap
orang harus meningkatkan kewaspadaan.
Kita juga melihat sekelompok demi sekelompok insan Tzu Chi dari
luar negeri kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan. Di Griya Jing Si
diadakan kamp semangat Jing Si dan budaya humanis, di Taichung diadakan kamp
misi pelestarian lingkungan, dan di Taoyuan diadakan kamp pelatihan relawan
dokumentasi internasional. Materi pelatihan di setiap tempat berbeda, tetapi
semuanya bertujuan untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab
Tzu Chi.
Sungguh, semangat budaya humanis kita didasari oleh ajaran Jing Si
yang mengandung inti sari Sutra Makna Tanpa Batas. Kita harus senantiasa
mengingat semangat ini. Kita harus berpegang pada Dharma dan melakukan semua
kebaikan. Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi Taiwan. Mereka sangat
berdedikasi.
Taiwan merupakan awal bermulanya ajaran Jing Si yang berpusat di
Hualien. Karena itu, banyak relawan luar negeri yang kembali ke Hualien untuk
mempelajari semangat dan sejarah Tzu Chi. Beberapa hari ini, saya bisa
mendengar dan melihat ketekunan relawan kita di Griya Jing Si. Sebelum para
peserta kamp tiba di Taiwan, relawan di Taiwan sibuk melakukan persiapan di
berbagai ladang pelatihan.
Baik di Griya Jing Si, Taoyuan, maupun Taichung, kita bisa melihat
banyak insan Tzu Chi yang beberapa hari sebelum kamp bergerak untuk
membersihkan lokasi kamp hingga tidak ada setitik noda pun. Mereka mencuci
selimut dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Mereka membersihkan dan
mempersiapkan segalanya untuk menyambut relawan dari berbagai negara.
Sekelompok Bodhisatwa ini bersungguh-sungguh melatih diri dengan tekun. Mereka bertindak secara nyata untuk bersumbangsih dengan sukarela. Semua kebutuhan peserta kamp disediakan oleh relawan kita sehingga peserta kamp yang datang ke sini bisa merasakan bahwa setiap tempat adalah ladang pelatihan dan Dharma dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka dapat memahami kebenaran dan membangun tekad agung.
Tanpa memasuki lingkungan seperti ini, bagaimana mereka bisa
memahami kebenaran? Setiap hari, kita menyatakan berlindung pada Tiga Permata. Berlindung
pada Buddha berarti kita berusaha memahami kebenaran dan membangun tekad agung.
Berlindung pada Dharma berarti kita berusaha mendalami Sutra.
Kita harus mendalami Sutra, baru bisa memiliki kebijaksanaan
seluas samudra. Dharma harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
yang disebut pelatihan diri. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat menggenggam
waktu untuk melatih diri. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan
melakukan semua kebaikan.
Hidup manusia sangatlah singkat. Karena berkesempatan untuk
mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian. Jika di dalam
hati kita selalu ada Dharma, maka kita tidak akan bermimpi buruk, bahkan mimpi
kita akan berkaitan dengan Dharma. Ini menandakan bahwa setiap pikiran di dalam
kesadaran kita dipenuhi Dharma dan kebajikan.
Inilah isi Sutra yang saya jelaskan dalam beberapa hari ini. Contohnya
Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra Makna Tanpa Batas mengajari kita untuk melenyapkan
penderitaan semua makhluk, lalu berbagi Dharma dengan mereka. Dalam Sutra Makna
Tanpa Batas terdapat kisah seorang nakhoda yang jatuh sakit, tetapi tetap
menakhodai perahu untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.
Lihatlah para dokter kita. Meski mereka juga merupakan makhluk
awam, tetapi dengan teknologi modern dan keterampilan medis, mereka bisa
mengembangkan potensi besar. Anak muda ini baru berusia 17 tahun. Sejak dia
berusia 12 tahun, penglihatannya sudah mulai kabur. Tiga tahun kemudian, dia
hampir kehilangan penglihatannya. Selain itu, anggota geraknya juga mulai
melemah.
Ibunya telah menjual properti keluarga demi mengobatinya, tetapi
kondisinya tetap tidak membaik. Kemudian, berkat bantuan kepala sekolahnya, dia
pun datang ke RS Tzu Chi Hualien. Tumor di otak anak ini sangat besar. Tim
medis dari berbagai departemen bekerja sama untuk mengangkat tumor tersebut.
Setelah itu, demi mencegah tumor tumbuh kembali, tim medis kita
menjalankan bedah radiasi sinar gama. Daya penglihatannya perlahan-lahan
membaik dan dia sudah bisa bergerak dengan leluasa. Saya sangat gembira
melihatnya.
“Operasi berjalan lancar. Kami sangat gembira. Saya sangat
berterima kasih kepada Tzu Chi dan Pusat Medis Tzu Chi, Hualien yang membantu
kami dalam banyak hal. Sebelumnya, Tudeng jarang berbicara. Setelah sampai di
Hualien, ada banyak orang baik yang membantunya sehingga dia sangat gembira dan
lebih banyak berbicara. Sekarang dia jauh lebih ceria,” ujar Zhuoma Cuomao, Ibu Tudeng Angbu.
Empat Misi Tzu Chi bertujuan untuk melenyapkan penderitaan di
dunia. Hidup bagaikan mimpi, begitu pula sebaliknya. Jika kita bersumbangsih
tanpa pamrih, maka saat melihat anak muda itu bisa berdiri dan berjalan, itu
merupakan balasan terbaik untuk kita dan kita akan dipenuhi sukacita dalam
Dharma. Rasa sukacita ini bahkan bisa membuat kita tersenyum saat tidur.
Saya berharap di bawah dedikasi kalian, Empat Misi Tzu Chi bisa terus
berkembang. Kita harus bersumbangsih semampu kita. Setelah bersumbangsih, hati
kita akan dipenuhi sukacita. Setelah itu, biarkanlah semuanya berlalu. Anak
muda itu bisa datang ke rumah sakit kita berkat adanya jalinan jodoh baik.
Begitu pula dengan para relawan kita yang kembali ke kampung
halaman batin, baik ke Aula Jing Si Taichung, Aula Jing Si Taoyuan, maupun
Griya Jing Si. Meski materi pelatihan di setiap tempat berbeda-beda, tetapi
semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mewariskan ajaran Jing Si dan
menyebarluaskan mazhab Tzu Chi.
Waspada dan mengantisipasi hujan deras berkepanjangan
Bersama-sama melindungi ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi
Mempraktikkan Dharma dalam keseharian untuk mengembangkan kebijaksanaan
Mengarungi
lautan untuk mencari pengobatan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Juni 2017