Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi dengan Kebajikan
Lihatlah, di Jakarta, beras cinta kasih dari Taiwan telah membangkitkan banyak cinta kasih. Melihat kebajikan yang Tzu Chi lakukan, banyak warga setempat yang turut mendukung. Bahkan, anggota polisi pun bersedia membantu dan turut berdonasi. Warga setempat memberi respons positif. Inilah energi cinta kasih. Energi kebajikan ini mampu membangkitkan cinta kasih di dalam hati setiap orang. Saya sangat tersentuh melihatnya.
Kita juga melihat di Muar, Malaysia, para relawan berencana untuk membangun Aula Jing Si. Mereka pun menggalang dana secara mandiri. Kita melihat seorang lansia berusia 70-an tahun ini. Bukan hanya mendonasikan uang yang telah dia tabung selama hidupnya, tetapi juga terjun menggalang dana. “Lihat bencana topan, ledakan gas, dan kecelakaan pesawat yang pernah terjadi. Kita juga mendengar Master berkata bahwa kehidupan tidaklah kekal. Saat tidur di malam hari, entah apakah kita masih bisa bangun pagi harinya. Untuk apa menyimpan banyak uang? Kita lahir dan meninggal tanpa membawa uang. Senang sekali. Terima kasih. Untuk membangun Aula Jing Si, dibutuhkan persatuan seperti pasukan semut. Kita membantu sesuai kemampuan kita, baik dari segi dana dan tenaga, agar dari setiap tetes sumbangsih ini, Aula Jing Si yang kokoh dapat terbangun. Saya sangat gembira. Ini dapat mencerahkan hati semua orang,” ucap Zheng Jin, relawan Tzu Chi Malaysia.
Melihat kesungguhannya, saya teringat masa-masa awal Tzu Chi berdiri. Bukankah relawan di masa awal juga seperti ini? Di jalan-jalan kita dapat melihat insan Tzu Chi mengajak orang-orang berbuat baik. Setiap kali Tzu Chi menggerakkan suatu misi, misalnya bantuan bencana internasional atau bantuan bencana besar, para relawan akan bergerak menggalang dana. Kini, para relawan di Malaysia juga menggalang hati untuk membangun tempat pelatihan bersama. Ada yang menyumbangkan lahan, ada pula yang bergerak menggalang dana. Harapan mereka adalah memiliki sebuah rumah bersama sebagai tempat para saudara se-Dharma berkumpul, mendalami Dharma, dan melakukan kebajikan. Untuk itu, mereka menghimpun kekuatan kebajikan.
Ada seorang relawan yang berusia 70-an tahun ini. Dia masih mengendarai sepeda motor untuk mengunjungi rumah demi rumah. Begitulah insan Tzu Chi di luar Taiwan. Mereka juga menyebarkan cinta kasih Tzu Chi di negara masing-masing. Cinta kasih Tzu Chi telah tersebar dan berkembang ke negara lain, baik Indonesia, Filipina, Malaysia, maupun Afrika.
Lihatlah, Afrika begitu jauh dari Taiwan. Selain itu, banyak warga setempat yang hidup kekurangan. Namun, Tzu Chi tetap bisa berakar di sana dan sungguh-sungguh membantu warga setempat yang membutuhkan. Di saat yang sama, kita juga menjalankan misi pendidikan dengan mendirikan sekolah meski dengan berbagai keterbatasan. Para relawan membimbing sekelompok anak untuk mengembangkan potensi mereka. Anak-anak yang masih belia ini juga mengerti untuk mengembangkan cinta kasih dan dapat menggarap lahan dengan giat. Inilah misi pendidikan yang dijalankan di Afrika.
Kita juga melihat di sebuah desa nelayan di Tainan, ada sekelompok orang yang tak dapat pergi berobat karena kurangnya sarana transportasi. Para dokter anggota TIMA mengunjungi mereka dan menolong mereka. Para pasien ini adalah penerima bantuan Tzu Chi. Karena itu, para relawan sering mengunjungi mereka. Saat pasien yang tidak dapat keluar untuk berobat, orang yang lebih beruntung harus menjangkau mereka.
Banyak rasa syukur yang tak habis diungkapkan. Begitu pula di wilayah timur Taiwan. Rumah Sakit Tzu Chi di Guanshan, Yuli, dan Hualien memikul tanggung jawab untuk menjaga kesehatan warga setempat. Musim gugur akan berganti menjadi musim dingin. Ini adalah waktu untuk vaksinasi flu. Karena itu, pemerintah meminta Rumah Sakit Tzu Chi untuk memberikan vaksinasi flu gratis demi menjaga kesehatan para warga. Para dokter dan perawat dari Rumah Sakit Tzu Chi terjun ke berbagai komunitas untuk menjalankan ini. Ini juga sangat menyentuh. Memiliki kesehatan fisik dan batin adalah berkah bagi manusia. Sungguh, begitu banyak hal yang terjadi di dunia ini.
Dalam sejarah Tzu Chi hari ini, tercatat bahwa pada 3 Oktober 1999, diadakan doa bersama pascagempa 21 September. Pada saat itu, para korban sangat tidak berdaya, sangat ketakutan, dan tidak memiliki tempat tinggal. Karena itu, insan Tzu Chi mendampingi mereka dengan harapan dapat menenangkan hati mereka. Pada tanggal 3 Oktober 1999, kita berencana mengadakan doa bersama, tetapi sempat ditunda karena turun hujan. Setelah hujan berhenti, kita melanjutkan rencana tersebut. Doa bersama berskala besar ini digelar sebanyak 14 sesi. Lewat acara ini, kita berharap batin para korban dapat lebih tenang. Selain menenangkan batin mereka, kita juga menenteramkan tubuh fisik mereka dengan memberi tempat tinggal. Jika tidak, akankah kita membiarkan mereka tinggal di tenda-tenda kecil dalam jangka waktu yang lama? Jadi, insan Tzu Chi segera bergerak dan membangun satu demi satu Perumahan Cinta Kasih.
Kita juga melihat Bapak Zhuang. Dia pernah tinggal di rumah semipermanen di Perumahan Cinta Kasih. Dia bercerita tentang bagaimana Tzu Chi menggerakkan banyak relawan saat itu. Suatu hari, dia bertanya pada istrinya, "Lihat para relawan Tzu Chi itu, sesungguhnya berapa gaji bulanan mereka?" Istrinya menjawab, "Mana ada gaji? Mereka semua adalah relawan." Kemudian, dia kembali berkata pada istrinya, "Kalau begitu, kamu juga bisa menjadi relawan." Sejak saat itu, istrinya menjadi relawan Tzu Chi. Lihatlah, pada saat itu, lanskap di sana ditata dengan sangat indah.
Setiap Perumahan Cinta Kasih ditata dengan begitu indah untuk membantu warga membuka hati mereka dan melepaskan kegundahan; agar mereka tidak merasa sebagai korban bencana. Tzu Chi memberi mereka lingkungan yang nyaman dengan jalan yang lebar. Meski rumah di sana kecil, mereka memiliki sarana umum yang nyaman. Saya telah mengunjungi setiap rumah satu per satu, juga telah menyentuh dan melihat bangunannya. Kita berharap setiap orang di sana dapat menenangkan fisik dan batin. Inilah perjalanan yang telah Tzu Chi lalui. Akhir kata, selama cinta kasih masih ada di dunia, kita tidak perlu takut akan adanya kesulitan.
Insan Tzu Chi membangkitkan cinta kasih di seluruh dunia
Melenyapkan penderitaan sesama
Menenangkan jiwa raga warga pascagempa
Selamanya mempertahankan kebajikan demi melindungi bumi
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Oktober 2015