Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Dunia Agar Kembali pada Kealamian
“Kini, pembatasan yang diberlakukan di 19 daerah administrative akan diperluas hingga ke semua kota terhitung Sabtu sore selama empat pekan,” ujar Emmanuel Macron, Presiden Prancis.
“Tingkat okupansi ICU mencapai 400 persen. Kondisi menyedihkan ini terus berulang. Para dokter spesialis kanker memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu dan siapa yang harus menunggu di ruang perawatan intensif. Di rumah sakit kami ada seorang ibu dan putranya yang meninggal bersamaan di ruang ICU yang berbeda. Ini adalah kesedihan yang sulit tertahankan. Ini adalah akibat penyebaran pada klaster keluarga,” terang Gilles Pialoux, Spesialis penyakit menular Tenon Hospital, Paris.
Pandemi COVID-19 belum berlalu. Ia masih menyelimuti seluruh dunia. Kita juga melihat di seluruh dunia, banyak negara mengalami kekurangan pangan dan air. Ini jugalah yang setiap hari saya khawatirkan. Kini di Taiwan juga sudah muncul tanda-tanda kekurangan air. Entah kapan kekurangan pangan akan menyusul.
Kekurangan air akan menghambat aktivitas pertanian dan bisa memicu kekurangan pangan. Air dan bahan pangan banyak digunakan untuk mengembangbiakkan hewan ternak yang akhirnya disembelih. Ini adalah lingkaran karma buruk. Ini adalah sumber keburukan.
Sumber yang paling utama ialah mulut manusia. Karena kita ingin memakannya, hewan pun diternak. Untuk mengembangbiakkan hewan ternak, kita harus memberi pakan dan air. Setelah dikembangbiakkan dalam setengah atau satu tahun, barulah hewan-hewan ini dibunuh untuk dikonsumsi atau disajikan di meja makan.
Hewan-hewan ini hanya dikonsumsi dalam sekali makan. Namun, tindakan ini telah menciptakan karma buruk dan menguras persediaan tanaman pangan di alam ini karena harus dijadikan pakan ternak. Jadi, kita harus berpikir dengan sungguh-sungguh. Bayangkan, jika setiap orang bervegetaris, kita dapat mengonsumsi tanaman pangan yang juga bergizi. Sepertinya setiap hari saya mengatakan hal ini.
Dahulu saya selalu berkata bahwa ini sulit dikatakan. Sulit untuk menggambarkannya dengan jelas. Hal ini sungguh tidak habis untuk dikatakan karena manusia sulit mengubah pola hidup dan terbebas dari nafsu akan cita rasa. Banyak hal di dunia ini yang sulit untuk dijabarkan atau dituangkan ke dalam kata-kata. Kekuatan karma ini telah terakumulasi dan bertautan sehingga menyebabkan bencana. Bencana alam, ulah manusia, dan wabah penyakit, semuanya berkumpul di saat ini. Inilah yang disebut kekeruhan.
Mengenai kekeruhan ini, saya terus mengatakan bahwa ini disebabkan oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan manusia yang telah merusak alam dan mencemari udara. Akibatnya, terjadilah perubahan iklim dan merebaklah wabah penyakit yang berujung pada ketidaktenangan batin manusia. Sesungguhnya, jika ditelusuri kembali, pikiran manusia sendirilah yang menyebabkan pencemaran udara dan kerusakan alam yang memicu terjadinya pandemi.
Kekuatan karma buruk yang terhimpun telah membuat manusia merasa tidak tenteram. Penderitaan ini sungguh tak terkira. Melihat berbagai krisis yang terjadi, saya pernah berkata bahwa saat bencana alam datang, kita semua harus sadar dan mengambil hikmahnya. Kita harus membangkitkan kesadaran untuk segera berintrospeksi dan bertobat karena semua ini adalah akibat dari ulah manusia.
Sebagian orang mungkin berkata, "Saya toh tidak berbuat apa-apa." Ada, begitu membuka mulut, kita menelan begitu banyak makhluk hidup. Ini berlangsung sejak kehidupan lampau, bukan hanya pada kehidupan sekarang. Ini sudah terakumulasi sejak masa lampau hingga sekarang dalam waktu yang sangat lama.
Sejak kehidupan lampau, kita terus mengakumulasi karma buruk hingga kini. Kini kita telah merasakan akibatnya dan hidup di tengah kekeruhan. Kini kita harus segera sadar. Ini harus kita lakukan demi anak cucu kita. Kini kita telah merasakan kekeruhan dunia. Berbagai bencana di dunia, baik bencana tanah, air, api, angin, maupun penyakit, semuanya telah bermunculan. Kini kita telah melihatnya.
Kita yang hidup di tempat yang tenteram harus meningkatkan kewaspadaan. Demi generasi penerus kita, kita harus sungguh-sungguh membangkitkan kesadaran. Demi generasi mendatang, kini kita harus membangun keteladanan. Seluruh anggota keluarga hendaknya bervegetaris. Kita harus mendidik generasi penerus untuk tidak membunuh hanya demi nafsu makan. Kita harus mulai memandang penting hal ini. Kita harus mengasihi makhluk hidup dan mengembangkan cinta kasih agar seluruh dunia kembali pada keseimbangan yang alami.
Bodhisatwa sekalian, inilah yang ingin saya sampaikan, tetapi sulit untuk menyampaikannya. Apakah sudah selesai? Belum. Sampai kapan saya harus mengatakannya agar orang-orang menerimanya ke dalam hati? Sulit dikatakan. Namun, kita telah melihat begitu banyak penderitaan di dunia ini. Entah bagaimana saya harus melukiskannya. Selama ada kesempatan, saya harus mengatakannya.
Satu orang yang mengatakannya tidaklah cukup. Kita semua harus mengatakannya bersama-sama. Inilah menyucikan hati manusia. Kita harus menjadi bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara yang memercikkan air suci dengan dahan dedalu untuk menyucikan dunia. Setiap orang harus menjadi Bodhisatwa Avalokitesvara yang memegang dahan dedalu di tangan untuk memercikkan air suci.
Di dalam sebuah kisah, bahkan seekor burung kecil dapat memercikkan air dengan sayapnya saat hutan tempat tinggalnya mengalami kebakaran, terlebih lagi manusia. Sebagai manusia, kita dapat menyebarkan hal baik dan berhenti mengonsumsi produk hewani. Berusahalah untuk bervegetaris. Bervegetaris lebih bersih, menyehatkan, dan aman. Inilah yang kini harus kita sebarkan.
Waktu terus berlalu detik demi detik. Harap semua orang sungguh-sungguh bersatu hati untuk tulus berdoa demi ketenteraman dunia dan semoga pandemi ini dapat segera berakhir. Inilah yang kini harus kita doakan dengan tulus. Saya tetap ingin mengimbau agar semua orang lebih bersungguh hati.
Akumulasi
karma buruk menyebabkan berbagai bencana
Menjadi
Bodhisatwa yang menyucikan dunia di tengah kekeruhan
Mengasihi
anak cucu dan membangun keteladanan
Bervegetaris
dan menyebarkan kebaikan agar dunia kembali pada kealamian
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 April 2021