Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Dunia dengan Cinta Kasih

Bodhisatwa dunia mempraktikkan Enam Paramita lewat berbagai cara untuk membimbing semua makhluk, menciptakan berkah bagi dunia, dan melenyapkan penderitaan di dunia. Inilah insan Tzu Chi. Tzu Chi sudah melewati setengah abad, tepatnya 53 tahun. Sejak mulai ingin membangun rumah sakit, saya dari Hualien pergi ke Sanchong yang merupakan pemberhentian pertama saya di Taipei. Saya sangat merindukan Jing Ming dan Jing Hui pada saat itu. Mereka adalah orang Sanchong.

Lebih dari 40 tahun yang lalu, kita mengadakan retret selama 7 hari di Griya Jing Si. Aula utama Griya Jing Si pada saat itu sangatlah kecil, hanya sekitar 126 meter persegi. Pada saat itu, Jing Ming dan yang lainnya sudah mulai mengikuti retret selama 7 hari. Suatu kali terjadi banjir besar di Sanchong. Pascabanjir, saya pergi Sanchong dan tinggal di rumah Jing Ming.

Sejak saat itu, setiap kali saya ke Sanchong, akan ada banyak orang berkumpul di apartemen kecilnya untuk mendengar Dharma dan membangun ikrar untuk menjadi relawan. Perlahan-lahan, misi Tzu Chi pun dimulai di Sanchong. Tentu saja, segala sesuatu dimulai dari kecil. Ketika jalinan jodoh matang, perlahan-lahan misi Tzu Chi pun dijalankan.


Kemudian, kita ingin membangun rumah sakit. Tentu saja, pada awalnya relawan di Taipei menyediakan sumber daya paling banyak untuk membantu pembangunan RS. Sejak saat itu, perlahan-lahan banyak jalinan jodoh yang matang dan terakumulasi menjadi seperti sekarang ini. Setiap kali mengunjungi Sanchong, saya selalu teringat kenangan masa itu. Saya merasa Sanchong terus berkembang dan sama sekali berbeda dari sebelumnya. Sungguh sangat menakjubkan.

Melalui akumulasi waktu, kita bisa mencapai banyak hal di dunia, termasuk misi Tzu Chi. Semua itu dicapai seiring berlalunya waktu. Sekelompok Bodhisatwa yang saat itu masih berusia paruh baya, sekarang sudah memasuki usia lanjut. Jadi, sekarang saya harus menggenggam waktu. Dalam setahun, hanya ada dua kali jadwal saya melakukan perjalanan. Jadi, saya harus teguh.

Ketika mengunjungi Taipei, saya mendengar laporan dari TIMA. Setiap kali mau mengadakan baksos kesehatan, mereka harus menyeberangi lautan untuk pergi ke Kinmen dan Penghu. Inilah semangat cinta kasih. Dokter dari berbagai spesialisasi berkumpul di sana. Itu seperti rumah sakit berjalan yang besar. Itu seperti memindahkan seluruh departemen medis ke sana.

Mereka menyediakan layanan yang sangat komprehensif dan memberi pelayanan dengan cinta kasih. Setelah menonton video dan mendengar laporan dari mereka, saya sungguh sangat tersentuh. Orang yang berbagi cerita juga menahan air mata saat menceritakan kasus-kasus tersebut. Saya berkata bahwa itu menunjukkan sisi lembut mereka. Mereka mendeskripsikan penderitaan masyarakat setempat yang menderita penyakit, kemiskinan, serta kekurangan sumber daya medis dan obat-obatan.


Ketika harus naik gunung di hari hujan, mereka tak merasa takut dengan jalan yang licin. Para dokter itu seperti Buddha hidup. Kita bisa melihat mereka mendedikasikan diri dengan sangat tulus. Mereka memiliki welas asih dengan semangat senasib dan sepenanggungan. Mereka menganggap pasien lansia sebagai orang tua mereka sendiri dan menganggap pasien anak-anak atau pasien muda sebagai anak mereka sendiri. Mereka melayani pasien dengan penuh perhatian dan penuh cinta kasih. Jika bukan Buddha hidup dan Bodhisatwa hidup, siapa yang bersedia memberi perhatian dalam jangka panjang seperti itu?

Tekad sekelompok dokter ini tak pernah mundur. Jumlah dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain terus bertambah. Selain itu, juga ada relawan yang bergabung karena di setiap lokasi tak hanya membutuhkan dokter, tetapi juga membutuhkan ahli listrik, ahli saluran air, dan lain-lain. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada mereka.

Setiap kali datang ke Taipei dan mendengar para profesional medis berbagi pengalaman mereka, saya sangat berterima kasih kepada mereka. Saya sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa yang telah membantu saya menggalang dana untuk pembangunan rumah sakit, termasuk kalian yang telah ikut berpartisipasi. Rumah sakit kita dibangun dari batu bata, pasir, dan semen yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Tanpa akumulasi usaha dari semua orang, kita tidak dapat menyelesaikan pembangunan rumah sakit kita.

Sekarang, setiap hari para dokter dapat menyelamatkan nyawa dan menjaga kesehatan orang-orang di rumah sakit yang kukuh ini. Mereka melindungi kehidupan dengan cinta kasih. TIMA berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menjangkau orang-orang yang tak bisa keluar untuk berobat dan membawa peralatan medis yang diperlukan dari berbagai departemen di RS.


Insan Tzu Chi mengeluarkan uang dan tenaga serta memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih. Insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa dunia. Jika bukan Bodhisatwa, tidak akan dapat melakukannya. Mereka harus menghabiskan banyak uang, tenaga, waktu, dan begitu bersusah payah untuk melewati jalan pengunungan yang licin dan sulit ditempuh. Mereka bersedia untuk sering pergi ke daerah terpencil. Setiap bulan mereka dapat menolong ribuan orang di daerah terpencil.

Saya sungguh sangat berterima kasih kepada mereka. Saya tak dapat menahan rasa syukur saya. Orang-orang telah menjalankan misi Tzu Chi dengan tindakan nyata. Saya sungguh sangat bersyukur. Ada banyak hal yang harus saya syukuri. Semoga orang-orang dapat menghimpun kekuatan cinta kasih dan menggenggam waktu dengan baik.

Tzu Chi telah melewati setengah abad

Misi Tzu Chi berkembang seiring terhimpunnya jalinan jodoh

Barisan TIMA semakin panjang

Melindungi kehidupan dan menghimpun cinta kasih

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 September 2018

Editor: Khusnul Khotimah

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -