Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Dunia dengan Hati yang Lapang


Dalam rangka memperingati Tahun Baru Imlek, insan Tzu Chi dari berbagai negara kembali ke Hualien. Suasana terasa sangat meriah. Pandemi Covid-19 selama tiga tahun ini telah menimbulkan jarak di antara kita. Gunung yang tinggi dan lautan yang luas bukanlah rintangan. Yang menjadi rintangan ialah virus penyakit yang tidak terlihat. Hendaklah setiap orang melindungi diri sendiri dengan baik.

Saya terus berkata bahwa kita harus mengasihi diri sendiri dan orang lain. Menghadapi pandemi ini, kita harus melindungi diri sendiri dengan baik. Dengan demikian, kita juga melindungi orang lain. Saya berharap para insan Tzu Chi di setiap wilayah dapat menjalankan protokol kesehatan. Jika bisa demikian, semua orang akan aman dan selamat.

Selama Tahun Baru Imlek, semua orang merasa relaks dan bahagia. Saat melakukan telekonferensi dalam dua hari ini, semua orang mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek dengan tulus kepada saya. Di beberapa negara, para relawan kita berhimpun di berbagai kantor Tzu Chi setempat. Di Amerika Serikat saja, ada relawan Tzu Chi di sembilan kantor Tzu Chi yang terhubung secara daring. Cuaca sangat dingin, tetapi di setiap wilayah, orang yang berhimpun sangatlah banyak. Demikianlah yang terlihat di Amerika Serikat. Begitu pula dengan di Tiongkok.


Dalam telekonferensi kemarin, saya melihat dua Bodhisatwa lansia. Untuk menjangkau Sichuan dari Dazhou, mereka harus menempuh jarak lebih dari 500 kilometer dengan naik kendaraan lebih dari 30 jam. Mereka juga harus berkali-kali ganti kendaraan. Ini semua demi mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada saya. Melihat mereka, saya sungguh merasa akrab.

Saat berkata bahwa mereka merindukan saya, mereka berlinang air mata. Saya bisa merasakan secara mendalam kerinduan mereka terhadap saya. Mereka sungguh merindukan saya. Karena itu, mereka bersungguh-sungguh menjalankan pelestarian lingkungan dan menggalang Bodhisatwa dunia. Pelestarian lingkungan mereka sungguh dijalankan dengan baik. Tidak peduli betapa dinginnya cuaca, mereka tetap menjalankan pelestarian lingkungan setiap hari. Mereka semua merupakan Bodhisatwa. Kisah yang menyentuh sangatlah banyak.

Di Hong Kong, ruang hidup sangatlah terbatas. Ada banyak orang yang tempat tinggalnya hanya sebatas ranjang susun kecil. Ada pula banyak orang yang jauh dari kampung halaman dan hidup di tempat yang dikelilingi kardus. Itulah tempat tinggal jangka panjang mereka.


Para insan Tzu Chi membawa kehangatan bagi mereka, berjongkok untuk memperhatikan mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk menyampaikan kesedihan dalam hati mereka. Ini sungguh penuh kehangatan. Perhatian para insan Tzu Chi lebih hangat daripada bantuan yang berwujud. Sungguh, terdapat cinta kasih yang tulus di dunia ini.

Saya pernah mendengar relawan Tzu Chi Hong Kong yang kembali ke Hualien berbagi tentang kondisi setempat. Ada sekelompok murid saya di sana yang juga hidup kekurangan, tetapi mereka memiliki hati yang lapang dan kaya. Meski rumah mereka sangat kecil dan sederhana, tetapi hati mereka sangatlah lapang.

Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha berkata bahwa kita harus memiliki istana welas asih serta jubah kelembutan dan kesabaran. Dengan mengenakan seragam biru putih, bukankah para relawan kita bagai mengenakan jubah kelembutan dan kesabaran? Semua orang setara. Kita juga harus memiliki istana welas asih. Dengan membina cinta kasih dan welas asih agung di dalam hati kita, berarti kita memiliki istana welas asih.

Hati kita sangatlah lapang dan kaya. Kekayaan batin ini lebih berharga dari kekayaan materi. Jadi, dengan memiliki istana welas asih serta jubah kelembutan dan kesabaran, kita akan senantiasa bersikap lembut. Dengan senyuman di wajah, kita menjangkau orang yang menderita dengan akrab serta merangkul dan menghibur mereka. Relawan kita di Amerika Serikat juga pernah demikian. Di berbagai wilayah, para insan Tzu Chi mengerahkan cinta kasih dan kebijaksanaan untuk menolong orang-orang yang menderita. Ada banyak kisah penuh kehangatan tentang Bodhisatwa dunia.


Kita sering mendengar tentang penderitaan di dunia. Dunia ini memang penuh dengan penderitaan. Karena itulah, Bodhisatwa muncul di dunia ini. Dari manakah para Bodhisatwa dunia ini muncul? Dari hati Buddha. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan bisa mencapai kebuddhaan. Karena itu, kita hendaknya bersyukur kepada para penerima bantuan yang memberi kita kesempatan untuk bersumbangsih.

Menolong sesama mendatangkan kebahagiaan terbesar. Sesungguhnya, saat kita menolong seseorang, dia pun mendukung pencapaian kita. Tanpa orang-orang yang menderita, kita tidak bisa memperoleh kebahagiaan dari berbuat baik. Karena itu, kita harus bersyukur kepada mereka dengan tulus, bukan sekadar mengucapkannya.

Sejak Tahun Baru Imlek, saya terus mengungkapkan rasa syukur saya. Saya senantiasa mengucap syukur kepada setiap orang yang saya temui. Di mana pun berada, saya senantiasa bersyukur. 

Bersumbangsih di tengah dinginnya cuaca dengan tekad yang teguh
Jauhnya jarak tidak dapat membendung kerinduan insan
Tzu Chi terhadap Master Memiliki hati yang lapang dan senantiasa bersyukur
Menghibur orang-orang yang menderita dan melindungi Bumi         
                                                      
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 26 Januari 2023
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -