Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Dunia dengan Menapaki Jalan Agung


“Saya bersyukur pada semua relawan di sini yang sangat antusias mengikuti retret 3 hari. Murid-murid Jing Si di Taiwan Tengah kembali melatih diri dalam persamuhan di Puncak Burung Nasar. Saat relawan perempuan mengikuti retret, relawan laki-laki datang untuk mendukung. Ketika relawan laki-laki mengikuti retret, para relawan perempuan yang mendukung. Sukacita Dharma yang seperti ini sangat menyentuh hati,”
kata Wang Kun-he relawan Tzu Chi.

“Saya sangat bersyukur pada para relawan perempuan kita. Mereka sungguh berani dan tekun. Mereka membantu sebagai panitia dengan kesungguhan hati. Mereka meminta petunjuk tentang bagaimana mengatur arus lalu lintas, melakukan pekerjaan logistik, dan menentukan posisi. Saya sangat terharu dengan kesungguhan hati mereka. Namun, kami para relawan laki-laki juga sangat tekun. Setelah menawarkan dukungan pada mereka, kami segera menenangkan hati kami. Ini adalah sebuah ujian, tetapi juga merupakan semacam pembelajaran. Ini poin yang sangat penting dalam pelatihan diri kita,” kata Luo Ming-xian relawan Tzu Chi.

Saya telah melihat betapa berdedikasinya kalian. Kalian telah menunjukkannya lewat tindakan. Saat relawan laki-laki mengikuti retret, relawan perempuan yang mendukung. Begitu pun sebaliknya. Ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh relawan Taiwan Tengah. Saya harap semuanya bisa menggenggam erat ajaran baik dan mempraktikkannya dengan tekun. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma dengan menjadi teladan.

Dalam hidup ini, tidak ada yang abadi, kecuali semangat dan filosofi kita. Namun, semangat dan filosofi juga akan lenyap jika tidak kita sebarkan. Saya harap kita dapat menyebarkannya dari mulut ke mulut. Untuk berbicara, tentu kita harus menggunakan mulut kita. Mulut hendaknya bukan digunakan untuk bergosip, melainkan untuk mewariskan Dharma. Itulah yang disebut dengan menciptakan pahala. Kita tengah bekerja keras menciptakan pahala.

Saat kita mempraktikkan kebenaran, barulah kita dapat membina keluhuran. Dengan membina keluhuran, kita akan memperoleh pencapaian. Dengan adanya praktik nyata, barulah kita bisa membina keluhuran. Karena itulah, dikatakan, "Dengan demikian, semua orang akan berbudi luhur." Hanya saat orang-orang bekerja sama dengan harmonis, barulah semua orang bisa berbudi luhur.

Saya sering mengatakan bahwa semuanya harus menabur berkah karena berkah dapat menciptakan energi positif. Lihatlah, ketika orang-orang berbuat kebaikan, mereka akan menabur banyak berkah dan menciptakan energi kebaikan. Sebagai insan Tzu Chi, kita hendaknya menciptakan energi kebaikan dengan menabur berkah.


Retret tiga hari ini sangat langka dan istimewa. Dalam hati saya, terdapat tiga perasaan. Perasaan pertama adalah perasaan malu. Bagaimana bisa kami mendapat dukungan dari begitu banyak relawan perempuan? Banyak orang yang memberikan dukungan sebagai tim akomodasi, konsumsi, lalu lintas, dan lain-lain untuk menyukseskan retret ini. Ini membuat saya merasa sangat malu. Berkah dari berapa kehidupankah yang membuat saya bisa mendapat dukungan seperti ini? Hingga kini, saya masih merasa sangat malu,” kata Zhang Huan-qi relawan Tzu Chi.

“Perasaan kedua adalah perasaan bersyukur. Mengadakan retret ini tidaklah mudah. Jadi, rasa syukur saya tak habis untuk diungkapkan. Kita semua dapat berkumpul di sini hari ini, saya juga sangat bersyukur. Perasaan ketiga adalah perasaan hormat. Kita sering mendengar, ‘Mempraktikkan Sutra Surangama untuk membangkitkan kebijaksanaan; mempraktikkan Sutra Teratai untuk mencapai kebuddhaan.’ Perasaan hormat mengingatkan saya bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan,” pungkas Zhang Huan-qi.

Dalam menyelami Dharma, kita para insan Tzu Chi mempraktikkannya secara langsung. Saya sering mengingatkan kalian untuk menapaki jalan yang dibentangkan dengan Sutra. Kita bukan membuangnya di atas tanah dan menginjaknya tanpa rasa hormat, melainkan bersungguh hati membentangkan jalan dengan Sutra dan menapaki jalan tersebut. Jika tidak menyebarkan Dharma yang kita dengar, kita mungkin akan melupakan ajaran itu begitu saja. Jadi, kita perlu menyebarkannya ke lebih banyak orang dan membentangkan jalan yang lapang.

Kita yang telah mendengar Dharma hendaknya memikul tanggung jawab untuk menyebarkan Dharma ke seluruh dunia agar Dharma tidak lenyap begitu saja. Bagaimana cara kita mewariskan Dharma? Lihatlah, setiap kata dalam buku-buku kita ini dapat terwariskan selamanya. Perkataan saya, pemahaman kalian, serta kapan dan bagaimana kita mengemban misi, semuanya tercatat dalam buku-buku ini. Semua hal ini dapat diwariskan selamanya.


“Setiap harinya, saya melakukan satu perbuatan baik dengan menyisihkan 50 dolar NT (Rp25 ribu). Saya mendorong cucu-cucu saya untuk menyisihkan 10 dolar NT (Rp5 ribu) setiap harinya. Mereka telah melakukannya. Meskipun tahun ini telah berusia 93 tahun, saya masih berkesempatan untuk mengadakan pameran kaligrafi,”
kata Zhuo Yun relawan Tzu Chi.

“Setelah sering mendengarkan ceramah Master, saya pun menulis kalimat-kalimat pendek yang berbunyi, ‘Belajar lewat bersumbangsih, memperoleh kesadaran darinya, dan membangkitkan kebijaksanaan. Membangkitkan kebijaksanaan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan serta menabur dan menikmati berkah.’ Master, terima kasih telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan saya. Walaupun saya telah berusia 93 tahun, otak saya masih belum tua,” pungkas Zhuo Yun.

Saya sangat senang dan ingin menyelamati dirimu yang memiliki hati dan pikiran yang sangat jernih. Anda menjalani kehidupan yang sungguh sehat dan indah. Lihatlah, di usianya yang sudah lebih dari 90 tahun, beliau begitu bijaksana. Ini karena beliau setiap hari menapaki jalan agung dengan keteguhan. Saya dipenuhi dengan rasa senang dan rasa syukur.

Beliau juga memotivasi semua orang dengan membagikan pemahaman saya. Inilah cara kita mempraktikkan kebajikan dan kebenaran serta membalas budi luhur orang tua. Dengan tubuh yang diberikan oleh orang tua, kita bersumbangsih bagi sesama dan menyebarkan ajaran Buddha. Inilah cara kita membalas budi luhur orang tua. Pada saat yang bersamaan, kita juga membalas budi luhur semua makhluk.


Tzu Chi adalah pintu Dharma bagi semua makhluk. Ketika memperoleh pemahaman, kita akan membagikannya ke semua orang. Dalam menjalankan misi yang menantang, semua orang menyatukan tekad dan mengembangkan bakat masing-masing. Contohnya, rekaman video kita yang telah mencapai belasan ribu. Setiap harinya, kalian telah merekam jejak cinta kasih saya dan segenap insan Tzu Chi. Hal ini sangat berharga karena dapat mewariskan keluhuran pada anak cucu kita.

Dengan menonton videonya, mereka dapat belajar dan menjadi berbudi luhur. Inilah mengapa sumbangsih kita bagi sesama harus didokumentasikan dalam bentuk teks dan video. Jadi, saat anak cucu kita mendengar dan menontonnya, berarti kita telah mewariskan keluhuran pada mereka. Teknologi adalah sarana yang paling berharga di zaman sekarang untuk menyebarkan Dharma dan memberi manfaat bagi sesama.

Saya hari ini mendengar anggota Tzu Cheng kita memuji relawan perempuan kita. Anggota Tzu Cheng memberikan dukungan saat mereka melatih diri dan saat anggota Tzu Cheng melatih diri, mereka juga memberikan dukungan. Jadi, kalian mendukung pelatihan diri satu sama lain. Para relawan di Taichung berbudi luhur karena telah bertindak secara nyata. Saya sangat kagum pada kalian. 

Tekun dan bersemangat melatih diri serta saling mendukung
Memupuk berkah dan keluhuran dengan tindakan nyata
Membalas tiga budi luhur dengan membawa manfaat bagi sesama
Mewariskan keteladanan dengan menapaki Jalan Agung

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Juli 2024
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -