Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Jiwa Kebijaksanaan dan Mengembangkan Nilai Kehidupan

“Saya mulai melakukan daur ulang pada tahun 1997. Pada tahun 2006, seorang relawan mengajak saya mengikuti pelatihan relawan. Kakak Xiu-mi mengatur agar saya bisa mengikuti pelatihan relawan rumah sakit. Sejak saat itu, saya tidak pernah berhenti berdedikasi. Saya hanya mendedikasikan diri selama 12 bulan dalam setahun. Setelah menjadi relawan rumah sakit, saya melihat banyak penderitaan pasien sehingga saya bisa menyadari berkah. Jadi, saya berikrar untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan dan bersumbangsih hingga napas terakhir,” tutur Jian Ye Wen-su, relawan Tzu Chi berusia 80 tahun.

“Sejak RS Tzu Chi Dalin beroperasi, kami menjadi relawan rumah sakit setiap bulan. Saat putra saya mengajak saya pergi berekreasi, saya memberitahunya bahwa saya harus memeriksa jadwal saya terlebih dahulu. Saya lalu memeriksa apakah itu berbenturan dengan jadwal saya atau tidak. Jadwal bertugas menjadi relawan rumah sakit. Jika ada yang mengajak saya mengikuti suatu kegiatan, saya juga akan memeriksa apakah kegiatan itu berbenturan dengan jadwal saya menjadi relawan. Jika berbenturan, saya akan menolaknya. Saya terus bersumbangsih. Saya bersungguh hati mengikuti langkah Master,” cerita Zhu Wang Rui, relawan Tzu Chi berusia 77 tahun.

Dedikasi para relawan kita merupakan dukungan besar bagi saya. Tanpa adanya begitu banyak relawan yang hatinya begitu dekat dengan hati saya, bagaimana saya bisa mengemban misi Tzu Chi?

Tadi siang, beberapa relawan lansia berbagi pengalaman mereka. Ada seorang relawan yang berkata, “Master, saat saya berbagi tentang kegiatan daur ulang, Master belum datang. Jadi, Master tidak mendengarnya. Sekarang saya akan berbagi dengan Master.”

doc tzu chi

Dia sudah berusia 91 tahun. “Saya mulai mengemban misi Tzu Chi pada usia 65 tahun. Sekarang saya sudah berusia 91 tahun. Terkadang, saya merasa sedih di malam hari karena orang tua saya sudah tiada. Namun, sekarang saya sangat gembira karena ada Master sebagai sandaran saya,” tutur Chen Xu Jin-tu. “Kamu bisa bersandar pada saya,” ucap saya.

“Saya bekerja keras melakukan daur ulang. Terkadang, saya bisa mengumpulkan dua hingga tiga troli barang daur ulang dalam sebulan. Saya mengangkutnya bersama relawan ini. Saya meletakkan karung di empat titik. Semua orang sangat mengasihi saya. Setelah memasukkan barang ke dalam karung, mereka baru menghubungi saya. Dengan troli, saya bisa mengangkut lima karung sekaligus. Meski saya berlari, barang-barang itu juga tidak jatuh,” lanjutnya. Lalu saya berkata, “Jangan menarik troli sambil berlari.” Ia menambahkan, “Saya sudah bangun pada pukul 04.30 pagi.”

Saya kemudian memujinya, “Saya bangun lebih pagi darimu. Saya sudah bangun pada pukul 03.30 pagi. Namun, kamu bisa menarik troli sambil berlari, saya tidak bisa. Saya kalah darimu dalam hal ini.”

Tadi, dia berkata bahwa dia bisa menarik troli sambil berlari. Teringat akan diri sendiri, saya sungguh tertinggal jauh. Saya tidak bisa menyusuli relawan yang berusia 91 tahun di depan saya dan ada relawan berusia 70-an tahun yang sedang menyusuli saya dari belakang. Kalian semua memiliki tubuh yang sehat dan bersumbangsih dengan sukarela. Inilah nilai kehidupan yang sesungguhnya.

doc tzu chi

Sesungguhnya, saya juga tidak menyerah pada usia. Usia kita memang terus bertambah, tetapi saya merasa bahwa saya harus mempertahankan tekad saya dan terus menjalankan misi saya. Tadi, relawan kita terus berkata bahwa mereka akan bersumbangsih hingga napas terakhir. Sungguh, itulah yang harus kita lakukan untuk mengembangkan nilai kehidupan kita.

Bersumbangsih selama kita mampu bersumbangsih, inilah nilai kehidupan kita. Lihatlah para relawan lansia. Mereka bisa menjadi teladan kita. Jika mereka bisa melakukannya, orang yang lebih muda dari mereka tentu juga bisa melakukannya. Kita harus meneladani yang lebih tua dan membimbing yang lebih muda. Jadi, setiap anggota Tzu Cheng dan komite harus memiliki semangat misi.

Saya mendengar seorang kepala desa mengungkapkan rasa syukur kepada insan Tzu Chi. Saya juga mendengar bahwa pascabencana, yang dibutuhkan korban bencana adalah melihat insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi selalu muncul saat orang-orang membutuhkan bantuan.

Saya juga mendengar bahwa saat melihat insan Tzu Chi, para korban bencana tidak mengenal relawan kita secara pribadi, tetapi mereka bisa mengenali seragam biru putih, Bazhengdao, dan Qipao yang dikenakan oleh para relawan kita. Jadi, mereka mengenali relawan kita dari seragam yang relawan kita kenakan. Melihat insan Tzu Chi, orang-orang bisa merasa tenang. Ini karena kita memiliki hati penuh welas asih serta bersikap lembut dan sabar. Karena itu, kalian harus yakin pada diri sendiri, baru bisa memiliki keyakinan terhadap Tzu Chi. Untuk itu, dibutuhkan Dharma.

doc tzu chi

Kalian harus mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati, baru bisa memiliki keyakinan. Tentu, jika kalian tidak bisa mengikuti ceramah pagi saya sekitar pukul 5 pagi, kalian bisa mendengarnya lewat siaran Da Ai TV. Jadi, tidak ada alasan tidak bisa bangun pagi, tidak punya alat transportasi, dan sebagainya. Dengan menyalakan televisi di rumah, kalian bisa mendengarkan ceramah saya dan menyerap Dharma ke dalam hati. Jika kalian bisa mengikuti ceramah saya setiap hari, kalian bisa langsung mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia hari ini. Jika bisa demikian, kalian akan memahami bahwa Bodhisatwa dunia sangat dibutuhkan.

Singkat kata, di Tzu Chi, kita bersungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, setiap orang harus yakin pada diri sendiri dan jangan meremehkan diri sendiri. Hidup manusia hanya puluhan tahun dan bagaikan sebuah mimpi. Karena itu, kita harus menggenggam waktu. Berhubung hidup bagaikan mimpi, maka kita harus memiliki mimpi yang bernilai.

Seperti yang Buddha katakan, bahkan saat sedang tidur, kita harus bermimpi bahwa kita mendengar Dharma, tekun melatih diri, membabarkan Dharma, dan diprediksi oleh Buddha bahwa kita akan menjadi Buddha di masa mendatang.

Hidup manusia bagaikan mimpi. Kini kita bermimpi bahwa kita sedang menyelamatkan sesama. Kita adalah Bodhisatwa dunia yang menolong orang-orang yang menderita. Bencana apa pun yang terjadi, saat ada yang membutuhkan bantuan, relawan kita segera bergerak untuk membantu. Saat bergerak untuk memberikan bantuan, kalian juga harus memperhatikan keselamatan diri. Saya berharap saat menyalurkan bantuan bencana, kalian bisa memperhatikan keselamatan diri. Kalian harus menjaga keselamatan diri agar saya tidak merasa khawatir.

Bab Praktik Damai dan Sukacita mengajari kita bahwa meski bermimpi, kita juga harus memiliki mimpi yang bernilai. Saya berharap setiap orang bisa mengembangkan nilai kehidupan. Meski berada di wilayah pedesaan, pengetahuan para relawan kita sangat tinggi. Jadi, kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan mengembangkan nilai kehidupan, mengerti? (Mengerti) Baik, terima kasih. Saya mendoakan kalian.

Saya berharap setengah tahun mendatang, saya bisa berkunjung ke sini lagi dan melihat kemajuan kalian. Kita harus melindungi dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan untuk memulihkan spirit Tzu Chi. Kita harus yakin pada diri sendiri dan keluarga besar Tzu Chi yang disatukan oleh jiwa kebijaksanaan.

Menjadi relawan dengan penuh sukacita dan perhatian
Bersumbangsih secara sukarela untuk mengembangkan nilai kehidupan
Meneladani relawan senior dan membimbing relawan junior untuk mengemban misi
Melindungi jiwa kebijaksanaan serta menjalankan praktik damai dan sukacita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juli 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Juli 2017
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -