Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dan Melindungi Bumi
Sungguh, pencapaian diraih seiring waktu. Hari ini adalah hari bersejarah. Tanggal 13 Agustus 2000 adalah hari persemian RS Tzu Chi Dalin. Hari bersejarah itu terjadi pada tanggal yang sama dengan hari ini.
Kita dapat melihat bangunan rumah sakit yang megah. Pada saat upacara peresmian itu, kita melihat Kepala Misi Kesehatan, dr. Lin, serta Kepala Kehormatan RS, dr. Chen Ing-ho, bekerja sama untuk meletakkan plakat yang yang bertulis "Melindungi kesehatan, melindungi kehidupan, dan melindungi cinta kasih" di lobi rumah sakit. Inilah yang terjadi pada hari ini 16 tahun lalu.
Lihatlah, rumah sakit ini sungguh telah melindungi kehidupan, melindungi kesehatan, dan melindungi cinta kasih. Kini, rumah sakit ini telah memikul tanggung jawab untuk menangani penyakit-penyakit berat dan telah menyelamatkan banyak orang di daerah setempat. Kita juga melihat kisah Ibu guru Huang yang mengalami sebuah kecelakaan lalu lintas.
“Saya mengalami patah tulang kominutif atau remuk. Mulanya, lengan saya harus diamputasi. Namun, para dokter berdiskusi dan merasa saya masih cukup muda, sangat disayangkan jika harus kehilangan lengan. dr. Hsu yang merupakan ahli bedah plastik berpendapat agar saya diberi kesempatan,” kata Ibu guru Huang.
Tim medis yang terdiri atas ahli bedah, ahli tulang, ahli bedah plastik, dll. bekerja sama untuk menyelamatkan lengannya. Tantangan utama untuk menyelamatkan lengannya adalah dia juga mengalami pendarahan internal, sedangkan untuk menyelamatkan lengannya agar bisa berfungsi lebih baik dibutuhkan waktu yang sangat panjang, bahkan mungkin membahayakan jiwanya.
“Beruntung, saat itu kami memiliki tim. Jika hanya sendiri, keputusan yang diambil mungkin berbeda. Berhubung para ahli ada dalam tim itu, maka kami semua dapat berdiskusi dan membuat keputusan bersama yang kami rasa merupakan keputusan terbaik. Pada saat itu, dr. Chang juga setuju untuk segera melakukan tindakan. Operasi di bagian perut dan lengan dijalankan secara bersamaan. Dengan cara itulah kami berhasil menyelamatkan lengan pasien itu,” kata dr. Xu Hong-da.
Tanpa kerja sama tim seperti itu, jika hanya mengandalkan satu orang, hasil seperti ini tidak akan terwujud. Meski telah mengatakan bahwa lengan sang pasien mungkin perlu diamputasi, tetapi para dokter tetap merasa tidak tega. Pasien itu masih muda, bagaimana mungkin dibiarkan kehilangan satu tangan? Karena itu, mereka mengusahakan yang terbaik untuk menyelamatkan lengan pasien yang sudah remuk itu.
“Saya sudah bisa mengangkat tangan sampai setinggi ini. Sikunya juga bisa ditekuk,” kata Ibu guru Huang.
“Kamu harus berlatih setiap hari. Yang penting bagian ini harus sering ditekuk. Lihat, kamu bisa menekuknya sendiri,” ujar dr. Xu Hong-da.
“Saya merasa para dokter sangat sabar. Saya merasa beruntung ada mereka yang telah menyelamatkan hidup saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka,” kata Ibu guru Huang.
Melihat kisah ini, saya sungguh merasa badan misi kesehatan Tzu Chi sungguh penuh budaya humanis. Mereka menunjukkan kerja sama yang harmonis. Beberapa hari ini, RS Tzu Chi Dalin mengadakan perayaan ultah ke-16 dengan berbagai kegiatan seperti lari maraton. Intinya, sejak awal bulan Agustus ini, berbagai kegiatan sudah diadakan dalam rangka ultah RS Tzu Chi Dalin ke-16. Semua orang di sana penuh dengan semangat budaya humanis dan bekerja dengan satu tekad yang sama.
Dalam acara doa bersama, gerakan mereka juga begitu serempak. Mereka berpartisipasi dalam acara itu bagaikan mengikuti kegiatan peningkatan kerja sama tim. Ini juga menjadi hiburan dan latihan keterampilan bagi mereka. Kegiatan ini juga menyehatkan, sangat indah, dan penuh dengan Dharma. Di sana juga ditampilkan sebuah drama yang mendidik, yang menunjukkan mengapa kita harus mengasihi semua makhluk hidup. Inilah budaya humanis yang ditampilkan para staf RS kita.
Dalam adegan induk babi diseret dan akan disembelih, saya membayangkan yang mengalaminya adalah ibu saya sendiri. Perasaan saat ibu kita sendiri diseret seperti itu dan kita tidak berdaya melakukan apa-apa, itulah yang ingin saya sampaikan kepada para penonton. Hewan-hewan juga memiliki perasaan. Bayangkan, bukankah hewan-hewan itu juga seperti manusia yang memiliki perasaan? Namun, manusia bisa melakukan tindakan yang tidak berperasaan. Kita sungguh bisa merasakan bahwa hati manusia seakan mati rasa dan kekurangan empati.
Kita juga melihat di Malaysia, para guru di TK Tzu Chi membagikan "paspor vegetarian" kepada para murid. Para murid diajarkan untuk jujur. Jika mereka bervegetaris dalam satu hari, mereka boleh memberi tanda centang dalam paspor itu, tetapi jika mereka ada makan daging, mereka harus memberi tanda silang.
“Shitai Shangren (Master Cheng Yen), saya tak sengaja makan daging, saya akan menebusnya. Setelah kegiatan ini berakhir, saya akan terus bervegetaris,” ujar salah seorang murid di TK Tzu Chi di Malaysia.
Bahkan, keluarga dari anak ini juga tersentuh oleh tekadnya sehingga turut bervegetaris. Lihatlah, bervegetaris bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dijalankan. Anak umur 5 tahun saja bisa melakukannya. Saudara sekalian, apakah kita bisa mempertahankan tekad kita menjadi vegetarian? Kita tentu akan mengalami ujian. Sebagai manusia, jika kita tidak bisa melenyapkan sedikit saja nafsu keinginan kita ini, bagaimana kita bisa mengikis karma buruk? Bagaimana kita bisa melindungi bumi? Ini sungguh mengkhawatirkan.
Kita sungguh harus mawas diri dan tulus. Ketidakselarasan iklim berkaitan erat dengan kehidupan kita. Sepertinya setiap hari saya mengulang ajaran yang sama. Benar, saya terus mengulangi nasihat yang sama. Namun, meski sudah saya ulangi setiap hari, untuk benar-benar membuat kalian semua mau mendengar dan menjalankannya tidaklah mudah. Contohnya adalah seruan untuk bervegetaris ini.
Para ahli juga sudah menyatakan bahwa hanya dengan menurunkan temperatur Bumi, barulah kondisi iklim dapat kembali normal. Kini, temperatur air laut juga meningkat. Bumi ini sungguh tengah mengalami demam. Karena itu, terjadilah berbagai ketidakselarasan. Kita harus memahami mengapa bumi kita ini mengalami hal ini. Kita semua hidup bergantung pada bumi ini. Kita hidup bergantung pada sumber daya yang disediakan oleh alam. Kehidupan kita bergantung pada bumi ini. Namun, kita manusia malah terus merusak bumi ini.
Manusia terus mengeksploitasi alam seakan sumber daya tidak akan habis. Sumber daya alam tentu bisa habis. Ada awal pasti ada akhir. Saat sesuatu terbentuk, pasti ada saatnya untuk rusak dan hilang. Segala benda materi di dunia akan melewati fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Ditambah lagi, manusia mempercepat kerusakan itu. Dengan bertambah cepatnya kerusakan, kehancuran juga akan semakin cepat.
Kini kita berada di antara fase kerusakan dan kehancuran. Jika manusia tidak sungguh-sungguh mengendalikan pola hidup, bersyukur, dan membalas budi dengan menyayangi bumi, maka kita tidak akan memiliki tempat untuk hidup tenteram.
RS Tzu Chi Dalin mempertahankan misi selama 16 tahun
Tim dokter dari berbagai keahlian bersatu hati menyelamatkan pasien
Bertobat dan bervegetaris dengan hati semurni anak kecil
Tulus bervegetaris demi membalas budi bumi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Agustus 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 14 Agustus 2016