Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dan Menghargai Jiwa Kebijaksanaan


Waktu berlalu dengan sangat cepat. Acara Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan sekali setahun sudah kembali tiba. Manusia memiliki umur yang terbatas. Berhubung umur saya juga terbatas, meski harus menguras energi untuk berbicara, kini saya tetap menggenggam waktu yang ada.

Perjalanan kali ini tidak mudah bagi saya. Dari Taiwan Utara sampai Taiwan Tengah, saya telah melakukan perjalanan langkah demi langkah seperti ini. Saya melihat ladang pelatihan yang begitu khidmat, terutama ketika para anggota Sangha turut hadir di sini. Buddha, Dharma, dan Sangha berkumpul di satu tempat.

Saya juga melihat relawan Tzu Chi dari berbagai lapisan masyarakat yang bertekad dan berikar bersama-sama untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Ketika masuk, saya merasakan energi pelatihan yang sangat khidmat. Saat menuruni tangga selangkah demi selangkah dari atas, saya merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal.

Seiring waktu, fungsi tubuh saya menurun dengan sangat cepat. Berapa banyak lagi waktu yang tersisa untuk saya? Saya tidak tahu. Namun, saya hanya tahu bahwa saya harus menggenggam waktu saat ini. Tidak peduli berapa banyak waktu yang ada, saya tetap sangat bersyukur.

Belakangan ini, saya terus mengingatkan para insan Tzu Chi untuk menginventarisasi kehidupan masing-masing. Dahulu saya juga sering berkata, "Saat menengadah ke langit, kita hendaknya bertobat." Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan?


Setiap orang pernah memiliki pikiran yang keliru, mengatakan hal yang yang buruk, ataupun melakukan hal yang buruk akibat ketamakan. Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan lewat tubuh, ucapan, dan pikiran? Karena itu, hendaklah kita senantiasa memiliki hati yang bertobat. Pertobatan membawa kemurnian. Bukankah begitu? Pertobatan tentu saja dapat membantu kita menjadi sadar.

Namun, ada pula orang yang bertanya, "Master, meskipun dahulu saya melakukan hal-hal seperti itu, tetapi saya telah mengikuti kata-kata Master untuk berubah dan bertobat, mengapa karma buruk saya masih begitu berat? Master, saya juga telah menciptakan banyak berkah, mengapa saya tetap mengalami kesusahan?"

Manusia selalu berpikir tentang "aku" atau diri sendiri, merasa kondisi diri sendiri tidak sesuai harapan, merasa diri sendiri kesulitan, dan bertanya-tanya mengapa keadaan tidak membaik.

Lalu, saya menjawab, "Itu semua adalah akibat dari perbuatan yang telah kalian lakukan di masa lampau. Datang ke dunia ini dalam ketidaktahuan, kalian seharusnya merasa sangat beruntung karena dapat bertemu ajaran Buddha, terlebih dapat bergabung bersama Tzu Chi."

Dengan mendalami ajaran Buddha, kita dapat memahami hukum sebab akibat. Kita harus memiliki pengetahuan tentang hukum sebab akibat. Kita tidak boleh percaya takhayul, melainkan harus meyakini hukum sebab akibat.

Sekitar satu tahun terakhir ini, kita telah melihat ketidakselarasan iklim. Ketidakselarasan ini dipicu oleh tidak selarasnya empat unsur, yakni unsur tanah, air, api, dan angin. Setiap hari, saya menyaksikan berita tentang banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia. Melihat semua itu, hati saya sulit untuk merasa tenang. Yang paling kita harapkan saat ini ialah tidak perlu mengenakan masker ini lagi.


Lihat, saya berada di atas panggung. Berhubung ada jarak di antara kita, saya bisa tenang tanpa mengenakan masker. Semua orang mengenakan masker demi menjaga kesehatan diri sendiri, keluarga, komunitas, dan setiap orang di masyarakat. Jadi, setiap orang di dunia ini harus menjaga diri sendiri dengan baik.

Kita hendaklah membina keluhuran dan jiwa kebijaksanaan. Keluhuran adalah pencapaian. Apa yang ingin kita capai? Kita hendaknya membina keluhuran. Jadi, orang yang membina keluhuran akan memperoleh pencapaian. Sudahkah kita membina keluhuran? Bagaimana cara kita mencapai keluhuran? Dengan bersumbangsih. Bukan demi keuntungan kita sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak.

Ketika mengenakan masker, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri, melainkan juga melindungi orang lain. Kita harus menaati protokol kesehatan dan menjadi teladan bagi masyarakat. Jadi, kita tidak boleh melanggar peraturan.

Di tengah pandemi ini, saya sungguh berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi. Saya merasa saya tidak mengukur kemampuan sendiri. Saya tidak tahu dana ada di mana, tetapi saya yakin bantuan akan datang dari orang-orang yang memiliki cinta kasih.

Begitu saya memberi seruan, semua orang akan menyatukan tetes-tetes kekuatan untuk memujudkan kedamaian dan ketenteraman. Sumbangsih dari semua orang bagai tetesan air yang dapat membentuk sungai atau butiran beras yang dapat mengisi penuh sebuah lumbung. Dengan demikian, terbentuklah kekuatan yang besar.


Bodhisatwa sekalian, kita harus menggenggam waktu. Saya mendengar para ilmuwan memperingatkan kita tentang varian baru dari Covid-19 ini di masa depan. Jadi, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Satu hal yang harus kita lakukan sekarang ialah membangkitkan ketulusan. Tidak ada obat mujarab untuk pandemi ini.

Sepanjang perjalanan saya dari utara ke selatan, para tenaga medis mengingatkan saya untuk menjalankan karantina dan menjaga jarak. Jadi, mengenakan masker sangatlah penting, bahkan yang lebih penting ialah menjaga kebersihan diri.

Intinya, setiap orang harus menaati protokol kesehatan dan menerapkan pola makan vegetaris dengan tulus. Dengan pola makan vegetaris, kita tidak perlu membunuh hewan sehingga udara pun menjadi lebih bersih. Jika kita tidak makan daging, tidak akan ada yang mengembangbiakkan hewan ternak. Ketika jumlah ternak berkurang, udara pun tidak akan begitu kotor.

Bodhisatwa sekalian, pikirkanlah hal ini baik-baik. Untuk menernak seekor ayam selama setengah tahun, berapa banyak pakan yang dibutuhkan? Kita perlu menernaknya selama setengah tahun, barulah bisa memakan dagingnya. Apakah itu setimpal dengan sumber daya yang dihabiskan? Kita semua harus merenungkannya baik-baik.

Hendaklah semua insan Tzu Chi memiliki misi untuk mengimbau semua orang untuk menerapkan pola makan vegetaris. Mengasihi dan melindungi kehidupan berarti menyelamatkan nyawa hewan. Dengan demikian, kita dapat memupuk pahala.  

Para Bodhisatwa berhimpun dalam energi pelatihan yang teguh
Memurnikan tiga pintu karma dan menyadari ketidakkekalan
Meyakini hukum sebab akibat dan menghargai jiwa kebijaksanaan
Melindungi kehidupan dengan tulus demi mewujudkan keharmonisan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 23 November 2021
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -