Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dan Menyebarkan Cinta Kasih Agung
Selamat Festival Kue Bulan!
Hingga kini, Konferensi Tahunan TIMA masih digelar pada Festival Kue Bulan. Pada saat-saat seperti ini, para anggota TIMA berkumpul di Hualien. Ini berawal dari anggota TIMA Filipina yang kembali ke Taiwan pada Festival Kue Bulan. Sejak saat itu, Festival Kue Bulan menjadi momen bagi anggota TIMA untuk berkumpul bersama di Taiwan.
Anggota TIMA bukan hanya dokter, tetapi juga apoteker, perawat, teknisi medis, dan lain-lain. Dalam jangka panjang, mereka setiap tahun menggelar berkali-kali baksos kesehatan di negara masing-masing dan menyelamatkan banyak orang. Mereka kembali setahun sekali.
Kita bisa melihat setiap orang sangat gembira bisa kembali ke Taiwan meski Konferensi Tahunan TIMA berkali-kali bertepatan dengan datangnya topan. Pada tahun 1996, meski turun hujan gerimis, mereka tetap merayakan Festival Kue Bulan di Hualien. Konferensi Tahunan TIMA pada tahun 2010 bertepatan dengan Topan Fanapi, tahun 2011 juga bertepatan dengan topan lain, tahun lalu bertepatan dengan Topan Dujuan, dan tahun ini bertepatan dengan Topan Meranti. Kini terbentuk lagi Topan Malakas. Meski demikian, terpaan angin dan hujan tidak bisa menghentikan mereka. Setiap tahun, mereka tetap berkumpul di Taiwan dengan tekad yang teguh. Mereka sungguh memiliki keteguhan tekad. Ini sangat menyentuh.
Selain tersentuh oleh keteguhan tekad anggota TIMA dari luar negeri, saya juga bersyukur kepada para relawan kita di Taiwan. Tzu Chi telah berdiri selama 50 tahun. Selama 50 tahun ini, setiap bangunan kita bisa didirikan berkat kekuatan cinta kasih relawan di Taiwan. Relawan dan staf dari empat badan misi Tzu Chi terus mendampingi saya menjalankan Empat Misi Tzu Chi selangkah demi selangkah.
Setiap tahun, para anggota Tzu Cheng dan komite sangat menghargai kegiatan yang akan dihadiri oleh relawan dari luar negeri. Mereka sangat menghargai setiap kegiatan yang berkaitan dengan relawan luar negeri. Untuk mengadakan kegiatan besar, relawan di Taiwan harus mengadakan rapat untuk melakukan perencanaan dan persiapan. Ada pula insan Tzu Chi yang ingin menjalin jodoh baik dengan semua orang.
“Simpul datar untuk mendoakan semua orang aman dan tenteram. Kita memasukkan sebuah manic bertuliskan “yuan” (jalinan jodoh) untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang, lalu membuat sebuah simpul permata dan enam buah simpul datar. Makna dari enam buah simpul datar ini adalah Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Kita membuat 2.000 buah gantungan. Kita membuatnya sekitar satu bulan. Berhubung memiliki pekerjaan, kita memanfaatkan waktu setelah pulang kerja untuk membuatnya di rumah,” kata seorang Relawan Tzu Chi, Zhou Jia-wei.
Para relawan dokumentasi harus membuat rencana agar bisa segera melaporkan perkembangan kegiatan setiap hari. Mereka tidak melewatkan satu pun kegiatan para anggota TIMA yang bisa menjadi sejarah Tzu Chi. Mereka mendokumentasi jejak langkah setiap orang.
Saat lantai tergenang air, para relawan kita juga segera membentangkan jalan dengan palet agar kaki setiap orang tidak basah. Para anggota Tzu Cheng juga memegang payung untuk melindungi setiap orang dari air hujan. Melihat pemandangan seperti ini, bagaimana bisa saya tidak tersentuh? Jadi, selain bersyukur kepada anggota TIMA yang bersumbangsih di negara masing-masing, saya juga bersyukur kepada para relawan di Taiwan yang terus mendampingi saya serta bersumbangsih siang dan malam selama bertahun-tahun untuk membangun Tzu Chi dari nol. Tekad pelatihan mereka tidak mundur. Ini berkat jalinan jodoh di kehidupan lampau.
Saya mendengar dr. Qua dari Filipina berbagi tentang apa yang beliau jawab saat ada orang yang menanyakan golongan darahnya.
“Ada orang yang berkata, “Apa golongan darahmu? Golongan darahmu A, B, atau O?” Saya berkata, “Golongan darah saya bukan A, bukan B, juga bukan O. Golongan darah saya adalah Tzu Chi. Golongan darah saya tidak akan berubah. Karena itu, saya akan mengikuti Master mengemban misi Tzu Chi seumur hidup, ujar Anggota TIMA Filipina dr. Josefino Qua.
“Saya belum memeriksa kesehatan saya. Setelah diperiksa, golongan darah saya pasti juga Tzu Chi,” kata Anggota TIMA Filipina dr. Robert Sy.
Mereka berkata bahwa golongan darah mereka tidak akan berubah sehingga mereka dapat mengikuti langkah saya dari kehidupan ke kehidupan. Hati mereka sangat dekat dengan saya. Selama bertahun-tahun, hati para dokter yang terkenal di Filipina ini sangat dekat dengan saya. Sungguh, banyak hal yang membuat saya merasa bersyukur dan tersentuh.
Kita juga melihat Kepala RS Lin di RS Tzu Chi Hualien menyiapkan masakan cabai kupas secara langsung. Tim tuan rumah mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk melayani para anggota TIMA. Sesungguhnya, para guru di Griya Jing Si juga menyiapkan makanan untuk menjalin jodoh dengan anggota TIMA. Inilah ketulusan setiap orang.
Ada seorang nenek di Hualien yang terkenal akan kuenya. Karena itu, relawan kita membeli kue nenek tersebut.
“Malam tadi, saya membuat sebagian hingga tengah malam. Sisanya baru saya buat pagi ini agar kalian bisa mengantarkannya tepat waktu. Ada begitu banyak dokter karena datang dari berbagai negara. Saya heran mengapa relawan Tzu Chi membeli lebih dari 1.000 potong kue sekaligus. Dia sering membeli kue saya dalam jumlah besar. Apa salahnya saya mendonasikannya sesekali?,” kata Nenek Yang Cha yang berusia 84 tahun.
“Saya sudah membawa uang untuk membayar, tetapi Nenek menolaknya dan berkata bahwa ingin mempersembahkannya kepada anggota TIMA. Saya sudah membayar, tetapi Nenek mengejar saya dan mengembalikannya. Jadi, saya merasa sangat tersentuh,”ungkap Wei Yi-ping seorang Relawan Tzu Chi
Nenek itu berkata, “Tolong, biarkanlah saya menjalin jodoh dengan mereka. Jarang ada begitu banyak dokter yang baik dari seluruh dunia berkumpul bersama”.
“Ini enak sekali, lezat sekali,” kata Nirdesh Shakya Anggota TIMA Nepal.
“Lezat,” kata Sarvesh Gyawali Anggota TIMA Nepal.
“Lezat sekali. Saya ingin makan satu lagi,” kata Mukunda Bista Relawan Tzu Chi
Lihatlah, semua orang merasakan sukacita. Kemarin, konferensi ini diakhiri sehari lebih awal. Banyak anggota TIMA yang telah pulang dengan naik pesawat dan tiba dengan selamat. Ada sekitar 300 anggota TIMA yang masih berada di Aula Jing Si Taoyuan. Hari ini, mereka juga akan mengikuti pelatihan sepanjang hari. Mereka tidak menyia-nyiakan satu detik pun. Mereka melanjutkan pelatihan di sana. Di sana juga ada yang menerjemahkan.
Kemarin, banyak relawan yang membantu menerjemahkan kembali ke Griya Jing Si. Sungguh banyak hal yang harus disyukuri. Saya tidak bisa menyebutkan semuanya. Siapa pun yang tidak saya sebutkan, harap maklum. Saya sungguh sangat tersentuh. Saya berterima kasih kepada relawan di Taiwan yang selama berhari-hari ini telah mengurus segalanya dengan cermat sehingga saya tidak perlu khawatir. Terima kasih.
Anggota TIMA dari berbagai negara berkumpul bersama
Memiliki golongan darah Tzu Chi dan tekad yang teguh
Menghargai waktu tanpa menyia-nyiakan satu detik pun
Bersumbangsih dengan penuh sukacita untuk menjalin jodoh Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 September 2016