Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Sesungguhnya, kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir? Sungguh, saya sangat berharap orang-orang dapat segera melepas masker agar merasa lebih damai dan tenang. Akan tetapi, kini kita harus mengenakan masker. Saat ini, setiap orang harus mematuhi protokol kesehatan. Jika setiap orang mematuhi protokol kesehatan, barulah pandemi bisa benar-benar berlalu, semua orang bisa hidup tenteram, dan dunia bisa bersih dari virus penyakit. Dengan demikian, kita tidak perlu cemas saat pergi ke luar.
Saat berinteraksi dengan orang lain, kita juga tidak perlu merasa waswas. "Ke mana dia pernah pergi?" "Apakah dia sehat?" Kini, saat berinteraksi dengan orang lain, orang-orang memiliki pemikiran seperti ini. Dalam ajaran Buddha, ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan merupakan lima penyakit batin.
Di antara lima penyakit batin ini, ketamakan ialah yang pertama. Bukankah setiap orang memiliki ketamakan? Setelah lahir, bayi akan diberikan kapas yang dicelupkan ke dalam air gula. Dalam ingatan saya, hal pertama yang akan dilakukan bayi adalah mengisap air gula dari kapas itu. Inilah hal pertama yang kita pelajari setelah terlahir di dunia ini. Sesungguhnya, kita melakukannya dengan alami tanpa perlu belajar. Bayi akan langsung mengisap apa yang diberikan. Demikianlah bayi yang baru lahir.
Selama puluhan tahun dari seseorang lahir hingga meninggal dunia, dia harus terus makan, tidak peduli berapa usianya. Makan adalah hal penting dalam hidup kita. Seumur hidup kita, kita makan setiap hari agar memperoleh gizi yang cukup dan kesehatan tubuh kita terjaga. Jadi, setiap hari, kita makan dua atau tiga kali untuk menjaga kesehatan tubuh kita.
Ada pula orang yang makan berkali-kali dalam sehari, bahkan mengonsumsi banyak camilan. Semua makanan masuk melalui mulut. Mulut kita bagaikan lubang tak berdasar yang selamanya tidak bisa terisi penuh. Meski diisi puluhan tahun, ia tetap tidak penuh. Ini sungguh menakjubkan. Demikianlah hukum alam.
Tubuh ini selamanya membutuhkan makanan. Jika kita tamak akan kenikmatan hidup, bisakah kita berpuas diri? Sangat sulit. Sesungguhnya, bisa makan kenyang hendaknya membuat kita berpuas diri. Setelah makan kenyang, kita hendaknya membangkitkan rasa syukur. Karena itulah, setelah makan kenyang, kita beranjali dan bersyukur.
Sebelum makan, kita juga beranjali dan merenungkan dari mana makanan kita berasal. Pikirkanlah dari mana nasi kita berasal. Tentu berasal dari beras. Dari mana beras berasal? Dari petani yang menanam semai padi dan melakukan irigasi sehingga padi dapat bertumbuh seiring waktu dengan cahaya matahari, air, dan tanah yang mendukung.
Intinya, empat unsur harus selaras. Dibutuhkan tanah, air, cuaca, dan cahaya matahari yang mendukung untuk memperoleh hasil panen yang berlimpah guna memenuhi kebutuhan manusia dan hewan di dunia ini. Selain itu, juga butuh kontribusi manusia dan hewan. Contohnya kerbau. Kerbau harus menarik kereta dan membajak sawah. Namun, apakah manusia bersyukur pada mereka?
Kita hendaknya tahu bersyukur dan membalas kebaikan mereka. Kita harus bersyukur dan memahami kebenaran. Kita hendaknya menghargai hubungan dengan kerbau dan mengungkapkan rasa syukur kita. Sebagai manusia, kita hendaklah menyadari kebenaran. Artinya, kita hendaklah menyadari kerja keras di balik kenyamanan yang kita nikmati sekarang. Inilah yang disebut menyadari kebenaran.
Kita harus bersyukur atas segala sesuatu di dunia ini yang terwujud berkat kerja sama antara manusia, hewan, dan alam. Kita hendaknya bersyukur atas berkah yang dimiliki. Jadi, saat menikmati berkah, janganlah kita melupakan pelajaran besar yang didatangkan oleh pandemi kali ini, yakni pelajaran dalam hal makan. Makan adalah hal penting. Jadi, kita harus terlebih dahulu membimbing orang-orang untuk menyucikan mulut dengan tidak mengonsumsi daging. Bangkitkanlah niat yang jernih dan murni untuk tidak membunuh ataupun melukai hewan.
Saat semua orang bervegetaris, hewan-hewan tidak akan dibunuh. Berhubung manusia gemar mengonsumsi daging, hewan-hewan pun diternakkan untuk disembelih guna memenuhi nafsu makan manusia. Apakah orang yang mengonsumsi daging memperoleh manfaat? Tidak. Sebaliknya, mereka meningkatkan kemungkinan masuknya bakteri atau virus penyakit ke dalam tubuh lewat daging yang dikonsumsi. Jadi, kita hendaknya bersyukur kepada bumi yang menyediakan biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan bagi kita.
Ketamakan adalah sumber dari penyakit fisik dan batin
Memperoleh kedamaian dengan berpuas diri dan mengurangi nafsu keinginan
Bersyukur bisa makan kenyang dan menghindari konsumsi daging
Menumbuhkan welas asih dan kebijaksanaan untuk melindungi semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 02 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 02 Agustus 2021