Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Ladang Pelatihan dan dan Menyebarkan Dharma
Kita melihat kenyataan
di dunia ini, berbagai bencana terjadi silih berganti. Bodhisatwa sekalian, Setelah
Buddha mencapai pencerahan, dengan pikiran, kesadaran, dan pemahaman-Nya,
Buddha melihat kebenaran dengan jelas. Kebenaran ini tak lain adalah
penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri
penderitaan. Inti dari Empat Kebenaran Mulia ini tak lepas dari ketidakkekalan.
Berhubung dunia ini tak lepas dari ketidakkekalan dan penderitaan, maka Buddha
harus memberi ajaran.
Penderitaan di
dunia tak lepas dari hukum sebab akibat. Buah karma pasti diterima oleh diri
sendiri. Kini, saat kita menerima buah karma, kita juga menanam benih baru.
Kita pernah hidup dalam kesesatan di masa lalu. Akibat pengaruh tabiat buruk
masa lalu, hidup kita menjadi penuh kesesatan. Berkat adanya jalinan jodoh,
kita bertemu ajaran Buddha sehingga dapat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa secara
nyata. Dapat menjalankan praktik nyata berarti menanam benih baru. Kita harus
menggenggam jalinan jodoh ini.
Sulit untuk
bertemu ajaran Buddha dan berada dalam organisasi Bodhisatwa. Bodhisatwa tak
dapat diperankan oleh kita seorang. Dibutuhkan banyak orang. Jadi, saya
berharap ajaran Jing Si kita dapat diwariskan. Insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa
masa kini. Dharma ini ini diwariskan dari zaman Buddha. Meski Dharma ini terus
diwariskan, tetapi wujud nyatanya di dunia ini belum benar-benar terstruktur.
Jika struktur
ini dibangun di atas dasar yang kuat, maka kita dapat melihat perkembangannya. Ia
bagaikan bambu muda yang tumbuh dan perlahan-lahan membentuk hutan bambu. Bambu
miliki rongga dan beruas-ruas. Jadi, di masa kini, insan Tzu Chi tengah
membangun struktur Bodhisatwa dan terus mengembangkannya tanpa henti.
Lima puluh dua
tahun yang lalu, Tzu Chi dimulai dengan himpunan tetes demi tetes sumbangsih
dari setiap orang, barulah ada pencapaian hari ini. Saya juga berharap para
insan Tzu Chi yang ada saat ini benar-benar memikul tanggung jawab sebagai
murid generasi pertama. Saya sendiri adalah generasi pertama Tzu Chi. Saya
memiliki tanggung jawab mewariskan Dharma. Apakah kalian juga demikian? (Ya) Ya.
Jadi, saya harus mewariskan Dharma ini kepada orang-orang di sekeliling saya.
Mereka harus
menjaga ladang pelatihan ini dan bersemangat untuk menyebarkan Dharma. Mereka
harus membuat Dharma berakar di dalam diri masing-masing, lalu menyebarkannya
ke luar. Inilah "menjaga ke dalam dan menyebarkan ke luar". Selain
itu, yang terpenting adalah perkembangan Tzu Chi bergantung pada para umat
perumah tangga.
Para Bodhisatwa
perumah tangga sekalian, generasi masa depan di masyarakat adalah generasi
penerus kalian. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati. Kita harus
membangun keteladanan. Di antara sesama relawan, kita harus saling mendukung dan
saling memberi teladan. Kita juga perlu menjadi teladan di rumah agar kita
dapat membimbing anak cucu kita. Inilah keberhasilan yang sesungguhnya.
Jadi, berhubung
keluarga di masa depan dan masyarakat masa depan berisi anak-anak kalian, maka
kita harus mewariskan nilai-nilai budi pekerti kepada mereka. Kita juga
berharap anak cucu kita juga mewarisi nilai-nilai ini. Dengan demikian, berarti
kita mewariskan nilai-nilai keluarga dan juga mewariskan Dharma. Belakangan ini
saya terus berkata bahwa kita harus menggenggam waktu yang ada. Kita harus
memanfaatkan waktu setiap hari dan mempertahankan tekad hingga selamanya.
Jiwa
kebijaksanaan yang abadi, siapa yang dapat mengembangkannya? Nutrisi untuk itu
adalah ajaran Buddha. Kita sendiri yang harus memupuk nutrisi ini. Jika kita
memiliki keteguhan hati, maka nutrisi batin ini akan terus berkembang dan kita
tak akan kehabisan nutrisi batin. Datang ke Tzu Chi, kita memperoleh banyak
Dharma. Ini bergantung pada apakah kita sendiri mau menerimanya atau tidak. Akankah
akar bambu ini tumbuh dan bertunas, semuanya bergantung pada diri kita sendiri.
Jadi, saya
berharap di setiap daerah, setiap
relawan di Taipei, termasuk para senior, tetap memikul tanggung jawab, tidak
boleh tidak. Kita sadar bahwa usia kita terus menua. Bukan hanya kalian, saya
pun begitu. Jadi, saya ingin menyampaikan kepada kalian bahwa kita harus
mewariskan Dharma. Mewariskan bukan berarti kalian sudah tidak berguna dan
harus pensiun. Kita selamanya tidak akan pensiun. Relawan lanjut usia pun tetap
berguna. Terlebih lagi, apakah kita mengaku tua?
Janganlah kita
mengaku tua. Kita bukan pensiun, Kita membina sumber daya manusia. Kita memberi
kesempatan kepada insan-insan berbakat. Sebagai anggota komite, seumur hidup kita tetap anggota komite. Kita tetap anggota
komite Tzu Chi yang mendengar, mewariskan, dan membabarkan Dharma. Kita harus
terus berada dekat dengan sumber Dharma. Ini tidak boleh terputus.
Jadi, tadi kita
mendengar relawan berbagi, "Saya dahulu pernah bertanggung jawab di bagian
ini." Itu adalah tanggung jawab fungsional saja. Inti dari memikul
tanggung jawab adalah terus belajar. Saat sudah mahir dalam suatu bidang, kita
harus mempelajari bidang lain sehingga kita dapat berbagi pengalaman kepada
orang lain. Kita bukan memimpin orang lain dengan kuasa. Kita hendak menjalin
jodoh baik. Bukan hanya jodoh baik, melainkan juga jodoh Dharma.
Semua pengalaman
ini dapat kita pelajari di dunia ini. Dalam Delapan Jejak Dharma Tzu Chi, terdapat
banyak bagian fungsional. Kita dapat mempelajari semuanya. Seperti seorang
dokter, sebelum menentukan spesialisasi atau memiliki izin praktik, dia harus
magang di berbagai departemen. Setelah melewati berbagai rotasi, barulah dia
dapat memiliki izin praktik.
Untuk menjadi
Bodhisatwa, kita juga harus menjalani rotasi serupa. Ini serupa dengan yang Buddha katakan tentang Bodhisatwa.
Bodhisatwa harus menjalani pelatihan dari kehidupan ke dari kehidupan ke
kehidupan tanpa henti. Jadi, kembali ke sumber Dharma kita, kita harus terus
mewariskannya pada kehidupan mendatang. Jadi, kita mungkin pernah berjalan
menyimpang akibat kegelapan batin. Kini, setelah kembali ke jalan yang benar, kita
harus mempelajari Dharma untuk kembali pada hakikat sejati, yaitu hakikat
kebuddhaan dan menjadi Bodhisatwa yang berikrar untuk terus menyelamatkan semua
makhluk.
Memahami kebenaran dan melenyapkan tabiat buruk
Menjalankan praktik nyata di Jalan Bodhisatwa
Menjaga ladang pelatihan dan menyebarkan Dharma
Kembali pada kesadaran yang hakiki
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Januari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina