Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Masyarakat dengan Cinta Kasih Berkesadaran

“Saya adalah Cai Yue-ying dari Puli. Selama belasan tahun, penyakit jantung saya mendatangkan rasa sakit. Meski demikian, saya tetap bersumbangsih. Saya bersumbangsih di posko daur ulang setiap hari,” ujar Cai Yue-ying, relawan Tzu Chi.

“Kakak Yue-ying tetap bersumbangsih meski didera rasa sakit. Di posko daur ulang, beliau menggunakan palu untuk memukul barang-barang dari logam. Kakak Yue-ying datang seperti ini di pagi hari dan bersumbangsih hingga seperti ini di sore hari. Berjalan beberapa langkah saja bisa membuatnya sesak napas. Beliau sering diopname. Saat beliau keluar dari rumah sakit, kami selalu menjenguknya di rumah. Keesokannya, beliau kembali ke posko daur ulang untuk bersumbangsih lagi. Beliau bukan hanya datang untuk melihat-lihat. Semangat Bodhisatwa seperti ini sungguh menyentuh. Beliau datang untuk bersumbangsih karena merasa bahwa rasa sakit itu tetap ada meski beliau beristirahat di rumah,” terang relawan Tzu lainnya yang mendampingi Cai Yue-ying.

“Baik beristirahat maupun bersumbangsih, rasa sakit itu tetap ada. Dengan keluar untuk melakukan daur ulang, saya merasa bahwa waktu lebih cepat berlalu,” ujar Cai Yue-ying.

“Beliau telah bersumbangsih belasan tahun. Beliau merupakan salah satu pelindung Bumi di Posko Daur Ulang Tzu Chi Puli,” kata relawan lainnya yang mendampingi Cai Yue-ying.

 

Pengalaman yang kalian bagikan sungguh memberikan berbagai kesan. Saat ini, dengan 1.710 sambungan di 17 negara dan wilayah, hendaknya ada lebih dari 2.000 relawan yang mengikuti acara ini dalam jaringan. Mereka dapat memetik pelajaran besar dari pengalaman kalian yang mencakup Empat Misi Tzu Chi, yakni misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Selain itu, yang terpenting ialah pelajaran besar mengenai pelestarian lingkungan yang dilandasi cinta kasih yang tulus. Ini sungguh tidak mudah.

Di dunia ini, membina ketulusan tidaklah mudah. Namun, saya bisa melihat kalian menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tulus. Lihatlah ketulusan para relawan kita. Semua orang bersatu hati untuk mencurahkan perhatian kepada warga kurang mampu dan lansia sebatang kara dengan penuh cinta kasih.

“Hari ini, saya ingin berbagi dengan Master tentang duka di balik botol minuman keras. Seorang ibu penerima bantuan kita menjadi seorang alkoholik setelah bercerai sehingga menderita ensefalopati dan tidak dapat mengurus diri sendiri. Lurah setempat menghubungi relawan kita yang juga merupakan kepala sekolah, Xu Kun-long, dan meminta insan Tzu Chi untuk membantu membersihkan rumah ibu itu. Berhubung putranya akan kembali bersekolah, beliau berharap putranya dapat memiliki rumah yang bersih,” tutur Chen Mei-hui, relawan Tzu Chi.

 

“Kakak Xu Kun-long menerima permintaan Lurah pada tanggal 11 September. Berhubung masih berada dalam masa pandemi, pada tanggal 12 September, kita meminta para relawan laki-laki untuk terlebih dahulu melakukan disinfeksi di lingkungan sekitar. Pada tanggal 13 September, kita sangat bersyukur dalam waktu sehari, ada 50 relawan yang berpartisipasi dalam upaya pembersihan ini. Saat melihat rumah penerima bantuan ini, saya sungguh terkejut. Di kamar mandi, wastafel dan sekitarnya penuh dengan tisu bekas. Ini bagai yang diulas dalam Sutra Ksitigarbha, neraka yang penuh dengan kotoran. Melihat kondisi rumahnya, kami sangat tidak tega,” tambahnya.

Rumahnya sangat kotor dan berantakan, bagai neraka penuh kotoran yang diulas dalam Sutra. Namun, kalian tetap membersihkannya dengan kesabaran.

“Saya juga berpartisipasi dalam pembersihan dan melihat kondisi rumahnya secara langsung. Saya ingin memberi tahu Master bahwa Kakak Mei-hui mengupah orang untuk membersihkan rumahnya sendiri,

tetapi bersama tim Caotun, dia turut berpartisipasi untuk membersihkan rumah penerima bantuan ini. Saat melihat tikus dan kecoak, dia berteriak. Meski kami memberitahunya bahwa tak perlu takut, tetapi dia tetap meloncat-loncat dan berteriak. Itu sangat menarik,” kata Peng Xiu-zhen, relawan Tzu Chi.

 

Ada relawan yang terkejut dengan apa yang terlihat di sana. Relawan yang biasanya mengupah orang untuk membersihkan rumah sendiri juga pergi ke sana untuk membantu upaya pembersihan. Meski tubuh dan tangan kalian sudah terlindungi, hati kalian tetap merasa takut. Namun, berkat adanya cinta kasih, kalian dapat mengesampingkan rasa takut dan tetap bersumbangsih. Untuk apa kalian melakukannya?

Untuk membawa cinta kasih yang murni tanpa noda bagi penerima bantuan. Dengan membersihkan rumah ibu itu, kalian juga menyucikan hati diri sendiri. Saat membersihkan lingkungan, kalian juga menyucikan hati diri sendiri. Ini sungguh tidak mudah. Kalian sungguh luar biasa.

Saya yakin bahwa di 17 negara dan wilayah dengan lebih dari 1.700 sambungan, relawan yang mengikuti acara ini dalam jaringan terus bertambah. Melihat sumbangsih para Bodhisatwa di Kabupaten Nantou, saya yakin mereka dapat memperoleh manfaat dan memetik pelajaran besar darinya. Demikianlah Bodhisatwa dunia.

Antarsesama Bodhisatwa saling membimbing, bagai permata yang terus diasah. Permata yang diasah akan bersinar cemerlang. Permata perlu diasah. Jadi, para relawan kita bagaikan butir demi butir permata. Kalian tidak harus bersumbangsih, tetapi karena adanya cinta kasih, kalian bersedia membuka hati dan dapat mengatasi ketakutan kalian untuk berpartisipasi dalam upaya pembersihan itu. Dengan berbuat demikian, kalian bagaikan permata yang tengah diasah.

 

Kalian bersumbangsih dengan tulus. Anak itu mungkin selamanya tidak akan melupakan hal ini. Perceraian membuat ibunya menjadi seorang alkoholik dan kehilangan arah. Beruntung, ada para relawan Tzu Chi yang mencurahkan perhatian padanya bagai Bodhisatwa dunia. Berhubung telah memahami semangat dan filosofi ajaran Buddha, kalian bisa menjadi makhluk berkesadaran. Karena itulah, kalian dapat menganggap semua anak di seluruh dunia sebagai anak sendiri dan semua orang yang seumur sebagai saudara sendiri.

Berhubung tidak tega melihat makhluk lain menderita, kita bersedia bersumbangsih. Bersedia mengatasi rintangan batin untuk menjalankan misi dan bersumbangsih seperti ini, ini sungguh tidak mudah. Saya yakin di negara mana pun, setiap orang yang melihatnya akan sangat tersentuh. Terlebih, ada banyak relawan kita, baik pengusaha maupun orang terpelajar, yang juga melepas status sosial mereka untuk bersumbangsih, termasuk melakukan daur ulang.

Saat ini, kita sungguh harus memandang ke seluruh dunia dengan wawasan yang lebih luas. Sungguh, kini setiap orang hendaknya meningkatkan kesadaran untuk mengasihi dan melindungi Bumi. Jadi, Bodhisatwa sekalian, cinta kasih ini sungguh sangat berharga. Banyak hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi kalian telah melakukannya. Kalian sungguh luar biasa. Orang lain tidak dapat melakukannya, tetapi kalian telah melakukannya. Jadi, saya bersyukur kepada kalian.

Mengesampingkan rasa takut dan bersumbangsih dengan cinta kasih
Mempraktikkan kesabaran dengan membersihkan tempat yang kotor dan berantakan
Tantangan yang dihadapi membuat insan Tzu Chi bagai permata yang bersinar cemerlang
Melindungi masyarakat dengan cinta kasih berkesadaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 November 2020
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -