Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

Wilayah ini merupakan lokasi bencana sekaligus wilayah kurang mampu. Berhubung pendapatan warga terbatas, sebagian besar rumah di sini dibangun tanpa izin mendirikan bangunan atau bisa disebut sebagai bangunan liar. Hampir semua bangunan mengalami kerusakan. Saat ini, kami sedang membersihkan puing-puing rumah yang runtuh. Saya berusaha mengikuti program bantuan lewat pemberian upah setiap hari agar saya berkesempatan untuk menolong sesama sekaligus keluarga saya sendiri. Ini membuat saya merasa sangat gembira. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Gempa di Ekuador telah berlalu genap satu bulan. Di sana, kita mengajak warga untuk membersihkan lingkungan dengan memberikan upah 15 dolar AS per hari. Di bawah bimbingan dan ajakan insan Tzu Chi, baik dokter, anggota legislatif, maupun pengacara, semuanya bersedia berpartisipasi. Dengan upah sebesar 15 dolar AS per hari yang mereka terima setelah mengikuti program bantuan, barulah mereka memiliki sumber pendapatan, bisa bangkit kembali, dan memulihkan kampung halaman mereka. “Saya akan terus berusaha untuk memulihkan Manta. Ini bukan demi mendapatkan upah, melainkan karena saya adalah seorang pekerja keras dan saya ingin terus melangkah maju bersama keluarga saya dan warga kota ini yang begitu baik dan mengagumkan,” kata Nelly Solorzano, salah seorang warga. “Saya turut berpartisipasi bukan demi mendapatkan upah. Saya berpartisipasi demi memulihkan kota kami. Lima belas dolar AS ini dapat memulihkan kampung halaman dan kondisi ekonomi kami,” kata Joshelin Padilla, warga lainnya.

Di sana, ada seorang pengacara yang menderita tumor otak. Namun, demi bertahan hidup, dia mau tak mau harus berpartisipasi dalam program bantuan kita. Setelah menerima upah, dia kembali keesokan harinya dan menyisihkan sedikit dari upahnya untuk didonasikan. Relawan kita berkata, “Mengapa Anda mau berdonasi di saat seperti ini?” Dia berkata, “Saya sudah mendengar dan memahami bahwa pencapaian kalian hari ini berawal dari 50 sen.” Jadi, dia tahu bahwa setiap orang bisa berbuat baik dengan dana kecil. Seorang dokter TIMA kita juga mengembangkan potensi kebajikannya di lokasi bencana pada waktu yang tepat. Penderitaan orang yang jatuh sakit bisa teringankan berkat dokter tersebut. Kita bisa melihat tim tanggap darurat kita memberikan bantuan di sana dengan sepenuh hati.

Cinta Kasih yang Terbangkitkan

Di Jepang, penyaluran bantuan bencana telah berakhir kemarin. Meski penyaluran bantuan telah berakhir, tetapi masih ada banyak orang yang berada di tempat penampungan. Berhubung banyak bangunan yang runtuh, banyak orang yang tidak berani pulang ke rumah. Inilah yang terjadi di Jepang. Singkat kata, bencana seperti ini tidak bisa diprediksi dan terjadi dalam sekejap. Kapan wilayah yang mengalami kerusakan dapat dipulihkan kembali? Kita tidak bisa memprediksinya.

Namun, bagaimanapun juga, orang-orang di seluruh dunia harus menghimpun cinta kasih agar para korban bencana dapat merasa tenang. Saat hati mereka tenang, barulah akan tercipta kekuatan. Dengan terciptanya kekuatan, mereka baru bisa memulihkan kampung halaman. Jadi, untuk memulihkan kampung halaman mereka, kita harus menenangkan hati mereka. Ini membutuhkan peranan banyak orang. Orang yang hidup aman dan tenteram sekarang hendaknya membangun tekad dan ikrar luhur untuk menciptakan berkah bagi dunia. Hanya dunia yang penuh berkahlah yang bisa terbebas dari bencana. Saat pikiran manusia damai dan tenang, barulah dunia bisa aman dan tenteram dan masyarakat bisa harmonis. Setiap orang hendaknya percaya bahwa menolong sesama sangat menyenangkan.

Kita juga bisa melihat banjir besar di Myanmar pada bulan Agustus tahun lalu. Setelah menerima bantuan Tzu Chi, warga setempat bisa membalas budi. Yang terpenting adalah kekayaan batin mereka telah terbangkitkan. Mereka menyisihkan beras setiap hari. Meski merupakan petani kurang mampu, mereka bersedia menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak untuk menolong sesama. Semangat cukup makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persen untuk menolong sesama langsung mereka praktikkan begitu menerima bantuan bibit padi dari kita. Mereka tidak menunggu hingga bibit padi yang Tzu Chi berikan membuahkan hasil baru membalas budi. Selama berbulan-bulan ini, sejak menerima bantuan bibit padi dari Tzu Chi, warga kurang mampu di seluruh desa saling membantu. Kita bisa melihat mereka tinggal di rumah yang begitu bobrok. Dengan semangat memenuhi lumbung padi dengan butiran beras, mereka bisa menolong banyak orang. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Janganlah kita melewatkan kesempatan untuk melakukan kebajikan kecil. Semua itu bisa diakumulasi untuk melakukan amal besar. Saya sungguh sangat tersentuh.

Kita juga melihat anggota TIMA kita sering menggelar baksos di pedesaan. Dalam baksos kesehatan di Gongliao, kita bisa melihat pemandangan yang penuh kehangatan. Kemarin, mahasiswa-mahasiswi jurusan pengobatan Tiongkok dari Universitas Tzu Chi mengikuti upacara kelulusan dari Universitas Tzu Chi dengan sangat tertib. Kita bisa melihat para calon dokter yang begitu meyakinkan. Bayangkanlah, di masyarakat kita akan bertambah begitu banyak dokter. Dalam upacara kelulusan kemarin, kita bisa merasakan suasana yang agung. Selain itu, orang tua dan keluarga murid yang menghadiri upacara kelulusan itu jauh lebih banyak daripada murid. Yang harus kita syukuri sangatlah banyak. Kita harus senantiasa dipenuhi rasa syukur.

Seorang staf dari Rumah Sakit Tzu Chi Taipei juga berbagi tentang seorang lansia yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) karena jatuh sakit. Meski dia datang tanpa didampingi siapa pun, tetapi dokter kita segera memeriksa kondisinya. Perlahan-lahan, kakek tersebut mulai kehilangan kesadarannya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tumor otak kakek tersebut telah pecah. Jika tidak segera menjalani operasi, maka nyawa sang kakek akan terancam. Meski dia tidak didampingi siapa pun, dokter kita tetap memutuskan untuk menjalankan operasi baginya. Akhirnya, sang kakek berhasil diselamatkan. Kita terus mencari anggota keluarga kakek tersebut. Kemudian, kita menemukan kerabatnya yang telah belasan tahun kehilangan kontak. Jadi, kerabatnya telah ditemukan dan sang kakek sedang dalam tahap pemulihan. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Kini, untuk memberikan pengobatan, para tenaga medis harus memberikan penjelasan kepada anggota keluarga pasien dan memperoleh persetujuan dari mereka.

Namun, dalam kasus kakek itu, anggota keluarganya tidak hadir sehingga kita tidak bisa memberikan penjelasan, kepada siapa kita harus menjelaskan? sedangkan nyawa sang kakek terancam. Apa yang harus kita lakukan?  Dengan penuh welas asih dan bijaksana, dokter kita memutuskan untuk menjalankan operasi bagi sang kakek. Inilah kekuatan cinta kasih. Intinya, tidak peduli bagaimana kondisi masyarakat saat ini, menyelamatkan nyawa pasien akan selamanya menjadi misi para tenaga medis.

Bencana selalu datang dalam sekejap dan tidak dapat diprediksi

Memulihkan sendi kehidupan korban bencana dengan program bantuan lewat pemberian upah

Memberikan pengobatan dengan penuh cinta kasih dan mengutamakan pasien

Melindungi semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 Mei 2016

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -