Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Semua Makhluk di Dunia

Dalam hubungan antarmanusia, saat berjumpa satu sama lain, orang saling mendoakan ketenteraman. Semoga semua orang dapat tenteram.

Perkataan baik ini hendaknya senantiasa kita ucapkan sebagai bentuk doa dari lubuk hati. Inilah yang saat ini kita butuhkan.

Pikiran semua orang masih berfokus dan menaruh perhatian pada sebuah masalah yang kita ketahui bersama, yakni wabah novel koronavirus. Virus ini menyebar dari Tiongkok ke Qom. Seorang pengusaha asal Qom meninggal akibat COVID-19. Sebelum meninggal, beliau sering pergi ke Tiongkok. Meski penerbangan langsung Tiongkok–Iran dan sebaliknya telah ditutup, tetapi pengusaha ini  menggunakan penerbangan transit.

Seluruh masyarakat sangat khawatir. Banyak daerah yang telah diisolasi. Berbagai universitas dan sekolah sudah ditutup. Jalanan sepi. Benar. Wabah penyakit seperti ini berbahaya karena penderitanya tidak merasakan gejala dan masa inkubasinya panjang, yakni 14 hari.

Saya juga mendengar kabar bahwa dalam beberapa kasus, setelah masa inkubasi selama 20 hari, penyakit baru terdeteksi. Ada juga yang menjalani tes beberapa kali dan baru positif setelah tes yang ke-3 kali. Intinya, virus ini memiliki masa inkubasi yang panjang dan penderitanya tidak merasakan gejala.

Di Tiongkok, berbagai kota, kabupaten, desa, dan kecamatan diisolasi. Aktivitas masyarakat juga dibatasi. Demi mencegah penyebaran wabah, sehingga dilakukanlah pengontrolan ketat. Orang-orang juga seharusnya jangan sering beraktivitas di luar.

 

Kini kita dapat melihat bahwa jumlah mobil telah berkurang dan tidak ada orang yang beraktivitas di jalan. Kita harus meningkatkan kewaspadaan. Yang terpenting, kita harus menjaga kebersihan dalam keseharian dalam menghadapi wabah koronavirus yang masih terus meluas.

Saat ini, insan Tzu Chi harus berusaha untuk menggalakkan pola hidup vegetaris demi melindungi semua makhluk di Bumi. Untuk melindungi semua makhluk, kita harus bervegetaris sehingga semua makhluk hidup tenteram. Sebenarnya, setiap hari hewan-hewan hidup dengan ketakutan apakah hari ini adalah gilirannya untuk dibunuh. Mereka juga takut manusia akan mendatangkan bencana bagi mereka.

Manusia takut akan bencana alam. Hewan takut akan bencana akibat ulah manusia. Jadi, seharusnya kita bertoleransi dengan tidak membunuh. Kita membutuhkan ketenteraman serta kesehatan fisik dan batin. Hewan juga membutuhkan alam yang luas agar dapat hidup bebas di habitat alami. Jadi, seharusnya kita menenangkan pikiran dan memikirkan kembali pola hidup buruk kita pada masa lalu, yakni demi kesenangan pribadi, segalanya dihalalkan.

Bukankah dahulu saya sering berkata bahwa jika berbuat dengan sukacita, kita harus menerima hasilnya dengan sukarela? Berbuat dengan sukacita di sini berarti berbuat apa pun sesuka hati. Saat buah dari karma datang menghampiri, kita harus menerimanya dengan sukarela. Saat seseorang tidak takut akan hukum sebab akibat dan menciptakan sebab buruk, orang itu harus menerima akibat buruknya. Inilah yang disebut berbuat dengan sukacita dan menerima hasilnya dengan sukarela.

 

Demi kesenangan, seseorang tidak takut akan hukum sebab akibat. Akhirnya, dia harus menerima akibat buruknya dengan sukarela. Seharusnya, kita berbuat dengan sukarela dan menerima hasilnya dengan sukacita. Jangan takut akan penderitaan. Saat ada yang menderita, kita pergi untuk menolongnya. Inilah keikhlasan kita dalam menghadapi berbagai rintangan.

Saat kita bersumbangsih dengan ikhlas, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Ini disebut menerima dengan sukacita. Kita berbuat dengan sukarela dan menerima hasilnya dengan sukacita. Makhluk awam berbuat dengan sesuka hati dan harus menerima hasilnya dengan sukarela. Dua kalimat tadi memiliki arti yang berbeda. Kalian harus mendengarnya baik-baik.

Kita harus berbuat dengan sukarela. Kita juga harus berbuat dengan senang hati. Sukarela berarti senang hati. Tanpa perasaan menderita, dengan senang hati kita mengeluarkan imbauan dan bersumbangsih dengan ikhlas untuk mencabut penderitaan orang lain. Apa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah penyebaran wabah? Kita bukan petugas medis. Saat ini, para petugas medis hanya dapat melakukan langkah pencegahan dengan ketat dalam menghadapi para pasien dan melawan koronavirus.

 

Kita yang berada di belakang, selain menjaga kesehatan, juga harus mengimbau orang-orang untuk menjaga kebersihan dengan ketat, yakni memakai masker dan mencuci tangan. Kita juga harus  menyosialisaikan pola hidup vegetaris. Ini disebut menaati sila dan menjaga pola makan. Menaati sila berarti tidak membunuh. Menjaga pola makan berarti bervegetaris.

Bodhisatwa sekalian, saya terus menyampaikan ini dalam beberapa hari belakangan karena inilah prinsip kebenaran. Kebenaran memiliki arti mendalamdan sulit dimengerti oleh orang awam. Meski sudah mengerti, juga sulit menjalankannya. Kita harus terus mengimbau orang-orang untuk menjalankan kebenaran ini.

Di tengah karma kolektif semua makhluk, jika kita tidak menyerukan tindakan nyata, keamanan kita juga dalam bahaya. Jadi, jika kita tidak menyerukan langkah pencegahan, kesehatan kita juga terancam. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan.

Di tengah bencana yang menggemparkan, kita harus sadar dan memetik hikmah darinya. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus berusaha keras menyosialisasikan pola hidup vegetaris dan melindungi semua makhluk di Bumi. Inilah satu-satunya cara yang dapat membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta melindungi dunia.

Perbuatan sesuka hati akan berakibat buruk
Keselamatan diri sulit dijaga akibat karma kolektif semua makhluk
Menyerukan dan menyosialisasikan pola hidup vegetaris
Melindungi semua makhluk di dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Februari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 27 Februari 2020
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -