Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Sumber Daya Alam

Di dunia ini, kita hidup di bawah langit dan di atas bumi yang sama. Kita terus mendengar banyak bencana yang terjadi. Namun, masih banyak orang yang tenggelam dalam nafsu keinginan. Keserakahan seperti menyalakan api. Dahulu orang-orang bekerja atau menjalankan usaha demi menjalani kehidupan, tetapi sekarang demi kesenangan hidup dan ketenaran. Sungguh sangat menakutkan. Ketika mereka bersaing, mereka sudah kehilangan sifat hakiki yang murni. Mereka menganggap sumbangsih orang-orang adalah hal yang wajar. Itu sudah tidak benar. Kita seharusnya bersyukur.

Usaha yang kita jalankan bisa besar, kita harus berterima kaish kepada sekelompok orang yang telah membantu kita. Kita harus memiliki rasa syukur. Banyak orang yang telah mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga merusak lingkungan. Produk sisa dibuang dengan sangat cepat.

Proses produksi sudah menyebabkan polusi udara. Saat produk tak digunakan dan dibuang, juga menyebabkan polusi udara. Begitulah bumi ini dirusak. Awalnya bumi ini sangat sehat dan pohon-pohon sangat subur. Sebenarnya, setiap hutan berguna untuk mengontrol keseimbangan kualitas udara dan mengeluarkan zat yang segar.


Setiap manusia mengembuskan udara kotor saat bernapas. Ketika populasi manusia banyak, udara di dunia semakin tidak murni. Udara kotor yang diembuskan manusia bisa berkurang karena pohon dapat menyerap udara kotor dan mengeluarkan udara segar. Namun, sebagian besar hutan yang merupakan paru-paru dunia sudah ditebang sehingga fungsi konservasi air juga hilang. Karena itu, ketika turun hujan, gunung-gunung tak lagi dapat menahan air sehingga menyebabkan erosi tanah dan serangkaian kondisi buruk. Selain penggundulan hutan, banyak sumber daya dari gunung juga digali.

Sekarang populasi dunia sangatlah banyak, sudah mencapai 7,6 miliar jiwa. Udara kotor yang diembuskan manusia sudah membawa kekeruhan yang berlipat ganda. Orang-orang juga menambang sumber daya alam untuk dijadikan komoditas. Kita harus mengendalikan keinginan kita dan belajar dari Bodhisatwa lansia.

Dalam perjalanan kali ini, saya melihat sekelompok murid saya yang sudah berusia lanjut berbagi pengalaman dan berkata pada saya, "Master, tahun ini saya berusia 46 tahun. Saya berusia 35 tahun." "Saya berusia 38 tahun." Apakah mereka sudah tua? Karena telah menabung 50 tahun di "bank usia", mereka yang berusia lebih dari 90 tahun beranggapan bahwa mereka baru berusia lebih dari 40 tahun sehingga bersemangat untuk bersumbangsih.

Yang berusia lebih dari 80 tahun juga sama. Mereka membangun ikrar untuk tidak menjadi orang yang dijaga, melainkan harus menjadi orang yang menjaga orang lain dan bumi. Mereka menganggap diri mereka masih sangat berguna. Bagaimana mungkin saya tidak tersentuh dan tidak berterima kasih kepada mereka? Mereka sangatlah berharga bagi dunia ini. Sumbangsih dari Saudara sekalian sangatlah diperlukan.


Kita juga bisa melihat dua pengusaha besar dari Malaysia. Mereka datang ke sini bukan demi hal lain, melainkan demi mengunjungi saya. Mereka takut saya kekurangan gizi. Setelah tiba dan memberi penghormatan, mereka langsung menuju dapur untuk memasak dua macam sayur dan satu sup.

Bapak Chen Zhi-yuan dan Lin Wei-cai khusus datang dengan membawa ketulusan mereka. Mereka memberi persembahan dengan sangat tulus. Saya melihat mereka membawa sup itu penuh dengan rasa hormat. Sup itu masih sangat panas, tetapi mereka mengangkat tinggi dengan melewati hidung. Sikap mereka penuh dengan rasa hormat. Sikap mereka penuh dengan rasa hormat. Saya berkata bahwa saya selamanya akan mengingat makanan yang saya makan ini. Ini sungguh menyentuh.

Mereka bukan membawa barang yang berwujud, melainkan rasa hormat yang tak berwujud. Rasa hormat dan persembahan seperti itu sungguh membuat saya tersentuh. Sebagai pengusaha, mereka memiliki jaringan yang sangat luas. Saya berharap mereka dapat menginspirasi lebih banyak pengusaha bergabung dengan kita untuk menghimpun kekuatan cinta kasih guna melindungi bumi dan semua makhluk.

Singkat kata, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih di bumi ini. Semoga benih cinta kasih ini tersebar luas seperti segenggam benih yang terdiri atas benih pohon, bunga, dan rumput yang ditanam di ladang yang luas. Ketika benih rumput ditanam di tanah dan mendapat air hujan serta udara, dengan sendirinya akan tumbuh rumput-rumput hijau yang memenuhi tanah. Dari benih bunga juga akan tumbuh bunga-bunga yang bisa menambah keindahan bumi. Benih pohon kecil juga akan tumbuh menjadi pohon kecil. Benih pohon besar, setelah ditanam akan tumbuh menjadi pohon besar.

Saya ingat bahwa saya pernah berbagi cerita tentang sebuah pohon. Di bawah naungan pohon besar bisa diparkir 500 unit kendaraan. Intinya, apakah benih pohon besar, pohon kecil, bunga, atau rumput yang kita sebarkan, semua bergantung pada diri sendiri. Jika kita bertekad dan berikrar, kita bagaikan pohon besar yang dapat menaungi banyak orang. Dengan bersumbangsih secara sukacita, kita menjadi bagaikan rumput atau bunga yang memperindah alam. Intinya, untuk melindungi seluruh bumi, harus dimulai dari hati manusia.

Nafsu keinginan menyebabkan banyak bencana di dunia

Menghargai sumber daya air dan bumi

Memberi persembahan dengan penuh rasa hormat

Menjadi bagai tumbuhan yang memperindah alam

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 3 Agustus 2018

Editor: Metta Wulandari
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -