Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Jalan Agung dan Memperoleh Kesadaran lewat Proses Belajar


“Kami tidak berani menggunakannya,”
kata warga

“Ya, ini sangat berbahaya,” kata relawan Tzu Chi.

“Ada banyak gempa susulan. Saya sangat takut. Bahkan, untuk pergi ke toilet pun saya takut,” kata warga.

“Apa yang dapat dibantu, pasti kami bantu,” kata relawan Tzu Chi.

“Ini terus berjatuhan. Saat ada gempa, ini akan terus jatuh dan kami akan menyapunya. Rumah ini sudah tua, sekitar 70 tahun. Hati-hati. Banyak ubin yang retak. Ini semua telah retak. Saat masuk, kalian harus berhati-hati,” kata warga lainnya.

“Ukurannya 40x40,” kata relawan Tzu Chi.

“Perlu 40 lembar dengan ukuran 40x40,” kata relawan Tzu Chi lainnya.

Gempa kali ini adalah gempa yang terjadi secara berkala. Oleh karena Bumi memiliki kehidupan, saya sering berkata bahwa bumi ini bernapas. Saya juga sering berkata bahwa kita harus melangkah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi. Saya selalu mengingat ini setiap hari.

Niat awal saya ialah mencintai dan menghargai bumi. Melangkahlah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi. Saat ini, saya membicarakan tentang konsep ini agar semua orang dapat turut mencintai dan menghargai bumi. Semua orang hidup berdampingan di bumi ini. Manusia bertumbuh dan segala sesuatu di bumi berkembang dalam ruang dan waktu ini.

“Griya Jing Si adalah rumah bagi semua insan Tzu Chi. Jadi, kita harus segera datang dan melakukan perbaikan sehingga semuanya dapat selesai sebelum perayaan ulang tahun Tzu Chi pada tanggal 2 Mei,” kata Wu Qin-tang relawan Tzu Chi.


Bencana kali ini telah mengajarkan kepada kita tentang gempa yang sesungguhnya. Bumi ini telah terguncang. Begitu pula semua orang dan saya. Meski kita tahu bahwa gempa berarti Bumi berguncang, tetapi ketika hal itu tiba-tiba terjadi, semua orang juga terguncang. Semua orang memiliki reaksi yang sama, merasakan perasaan yang sama, dan memahami prinsip yang sama. Bagaimana cara membuat Bumi ini stabil?

Saya sering berkata bahwa kita harus bermawas diri, tulus, dan menjaga sila. Tidak peduli agama Islam, Katolik, Kristen, maupun Buddha, semuanya tidak terlepas dari sila. Menjaga sila berarti mematuhi aturan. Setiap agama memiliki sila. Ketika semua orang dapat mematuhi aturan, dunia akan akan harmonis. Oleh karena itu, saya selalu berkata bahwa kita lebih tulus, terlepas dari apa pun agama yang kita anut, selama ajaran itu benar dan tidak menyimpang. Benar berarti kita memiliki pengetahuan dan pandangan yang benar. Pemahaman yang benar berarti tidak percaya pada takhayul.

Kita harus bertindak sesuai dengan ajaran yang benar. Jangan tunggu hingga kita butuh atau kesulitan, barulah kita memohon perlindungan Tuhan, Allah, atau Buddha. Ketika kita hanya meminta bantuan saat sesuatu terjadi, itu tidak ada gunanya. Kita harus menerima ajaran setiap saat. Jadi, apa pun agama Anda, jangan percaya pada takhayul. Bagaimana cara kita membuktikan bahwa kita tidak percaya pada takhayul? Dengan menunjukkan cinta kasih.

Hendaknya Anda memiliki cinta kasih terhadap orang lain dan apa pun yang Anda lakukan harus membawa manfaat bagi orang lain. Inilah "benar" yang sesungguhnya— pengetahuan benar, pandangan benar, perhatian benar, dan kesadaran benar.


Belakangan ini, saya selalu berkata tentang 2 kata, salah satunya ialah "belajar". Saat kalian mengajar, sasaran kalian adalah "anak-anak. Anak-anak" perlu "belajar". Sebagai manusia, apa pun agama kita, kita semua perlu belajar. Oleh karena beberapa orang masih belum memiliki pemahaman benar tentang agama, kita hendaknya membimbing mereka ke arah yang benar.

“Cendera mata bertulis ‘kedamaian’ ini sudah saya terima,” kata Ibu Ke salah seorang warga.

“Semoga Anda damai selalu,” ucap relawan Tzu Chi.

“Hari ini, dia tidak tersenyum sedikit pun. Ketika melihat kalian datang, dia jadi banyak bicara. Saya merasa sangat terhibur. Kedatangan kalian sangat menghibur kami. Orang biasa tidak akan bersumbangsih dengan cinta kasih tulus seperti ini. Orang pada umumnya berpikir, ‘Itu urusan keluarga kalian.’ Saya juga makhluk hidup, benar? Ketika melihat berita, hati saya terasa sangat sakit. Namun, insan Tzu Chi bisa datang langsung ke lokasi ini dan mencurahkan perhatian kepada kami. Saya merasa sangat tersentuh,” kata Ibu Ke.

“Kita perlu mengaplikasikan semen terlebih dahulu agar batunya bisa menempel di dinding,” kata relawan Tzu Chi.

“Kalian telah memperbaiki rumah saya yang terkena gempa. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Semuanya sangat profesional dan sangat memiliki cinta kasih,” kata warga.

“Semoga seluruh keluarga Anda hidup dalam damai,” kata Salah seorang relawan Tzu Chi.

“Saat terjadi gempa, semuanya sangat ketakutan. Relawan datang untuk melayani dan mencurahkan perhatian. Hal ini membuat kami merasa bahwa Hualien adalah tempat yang penuh kehangatan,” kata Ibu wang warga.

“Ini adalah doa dari Master,” kata Lü Qiu-xia relawan Tzu Chi.

“Hanya ada satu celengan?” tanya warga.

“Ya, hanya satu. Apakah tidak cukup? Tidak apa-apa. Jika Anda butuh lebih, kami akan membawakannya,” pungkas Lü Qiu-xia.

“Saat relawan Tzu Chi datang, dia memberi saya pelukan yang hangat. Saya sangat berterima kasih kepadanya karena telah membawa kehangatan bagi saya,” kata Ibu Ye warga.


Ajaran Buddha menunjukkan jalan yang harus kita lalui dan harus kita pahami dengan jelas. "Jelas" berarti "sadar". Lihatlah aksara Tionghoa "sadar". Seorang "anak" yang penuh kebimbangan telah "melihat" prinsip kebenaran sehingga menjadi orang yang "tersadarkan". Dibutuhkan "pembelajaran" untuk mencapai "kesadaran". Semuanya perlu belajar. Intinya, semua orang perlu melihat kebenaran dan belajar.

Insan Tzu Chi juga menjalani praktik pengenalan dan pelatihan. Pengenalan dan pelatihan ini dilakukan agar mereka yang sebelumnya tidak tahu tentang Tzu Chi dapat belajar. Dengan melihat langsung, mereka belajar. Dengan adanya pembelajaran, mereka dapat melihat tujuan, yaitu Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa adalah cinta kasih agung.

Bodhisatwa sekalian, belajar tidak ada batasnya. Hendaknya kalian semua belajar dengan baik. Jalan Bodhisatwa membawa kita kepada kesadaran. Kita perlu melihat semua hal dengan jelas dan belajar dengan baik. Hendaknya kita merendahkan hati untuk belajar seperti anak-anak yang tengah menerima pendidikan.

Kita harus belajar untuk bersumbangsih bagi dunia. Ini disebut dengan orang yang penuh kesadaran, yaitu Bodhisatwa. Inilah pendidikan dari Buddha. Intinya, begitulah agama. Saya berharap bahwa semuanya dapat menuju ke arah ini. Dengan demikian, praktik kita tidak akan salah. Saya mendoakan semuanya agar dapat bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Terima kasih. 

Menghargai alam semesta dan merasakan apa yang dialami orang lain
Mematuhi aturan dan menjaga sila dengan ketulusan
Membawa manfaat dengan welas asih, pengetahuan benar, dan pandangan benar
Memahami jalan agung dan memperoleh kesadaran lewat proses belajar

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 02 Mei 2024
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -