Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Kebenaran dan Berjuang Melenyapkan Penderitaan
“Kepala saya terasa pusing dan saya merasa sedikit mual. Sepulang sekolah, saya biasa datang kemari untuk membantu ibu saya memetik hasil panen. Sekitar pukul tiga hingga empat sore, selepas bekerja saya sering merasa pusing dan gatal,” ucap pekerja tembakau.
Kita melihat kondisi pekerja tembakau di Indonesia. Ini sungguh merupakan penciptaan karma buruk yang tidak disadari. Mereka tidak menyadarinya karena tidak memahami kebenaran. Jika setiap orang memahami kebenaran, untuk apa mereka merokok? Selain menghamburkan uang, merokok juga bisa menyebabkan kanker. Selain diri sendiri kecanduan, tanpa disadari perokok juga mencelakai begitu banyak anak yang tak berdosa. Ini sungguh memprihatinkan. Kesesatan dalam kehidupan membuat manusia mudah menciptakan penderitaan dan sulit untuk menciptakan berkah.
Kita juga melihat seorang relawan yang sebelum bergabung dengan Tzu Chi, hanya tahu berfoya-foya. Jika ada pakaian bagus yang digantung, maka jika tidak langsung membelinya hari itu, saya tak akan bisa tidur pada malam harinya. Dahulu dia hanya tahu bersenang-senang, bahkan mungkin sampai tidak tahu apa marga ayahnya sendiri. Namun, kini, meski sedang sibuk, dia tetap bisa pulang ke rumah untuk merawat ibunya. Dia banyak berubah.
“Saat mencuci kaki ibu saya, saya berlutut di hadapan beliau dan menyatakan pertobatan. Saya berkata kepadanya, ‘Ibu, saya sangat menyesal dan bertobat.’ ‘Selama ini saya tidak menghormatimu dan selalu ketus saat berbicara.’ Lalu, ibu saya juga menangis. Ibu berkata, ‘Selama lebih dari enam puluh tahun, saya tidak mampu mendidikmu dengan baik.’ ‘Guru mana yang kini bisa mengajarimu hingga begitu baik?’ Saya lalu menjawab,’Beliau adalah Master Cheng Yen, guru saya,” ucap Lin Xuehua, relawan Tzu Chi.
“Mendengar nasihat Master, dia baru berubah. Terima kasih kepada Master,” ucap Chen Cixiong, suami Lin Xuehua.
Lihatlah, kehidupannya bisa berubah dimulai dari pikiran. Setelah memahami kebenaran, kita bisa mulai berintrospeksi dan memperbaiki diri. Kita harus melatih diri untuk dapat berpaling dari kesalahan, berintrospeksi, dan memperbaiki diri. Untuk itu, dibutuhkan ikrar dan tekad. Dengan adanya ikrar dan tekad, kita dapat menuju kehidupan yang indah dan membawa manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Dengan begitu, kita dapat kembali dikasihi dan dihormati orang lain. Janganlah menjadi orang yang hanya bisa mengejar kenikmatan, bertindak sesuka hati, dan tidak memedulikan prinsip serta etika. Orang seperti ini akan dikucilkan oleh orang lain.
Demikian pula dengan kebiasaan merokok. Kecanduan pada rokok membawa penderitaan. Ada orang yang sangat ingin dilantik menjadi relawan Tzu Chi, tetapi tidak bisa berhenti dari kebiasaan merokok. Mereka sangat ingin bergabung dengan Tzu Chi, hanya saja merasa sulit untuk mengubah kebiasaan buruk diri sendiri. Mereka melewati hari-hari dengan sia-sia dan terus merugikan kesehatan sendiri. Bahkan, anak-anak mereka pun berkata bahwa ayah mereka berbau tidak sedap akibat rokok.
Lihatlah, bahkan anak sendiri pun menjauh. Singkat kata, kita berkesempatan memiliki hidup yang bermakna, tetapi mengapa kita malah tidak bisa mengatasi godaan sebatang kecil rokok? Jika kebiasaan buruk ini saja tak dapat diubah, bagaimana kita bisa bertekad dan berikrar untuk menjadi Bodhisatwa? Jadi, kita harus melenyapkan tabiat buruk dan membangun ikrar agung. Dengan begitu, secara alami kita bisa memasuki Jalan Bodhisatwa. Benar, kehidupan memang penuh penderitaan. Dibutuhkan orang-orang yang dapat bersumbangsih dengan sepenuh hati. Ini sungguh dibutuhkan. Karena itu, kita perlu menginspirasi mereka yang mampu untuk mengembangkan cinta kasih dan bersumbangsih agar masyarakat kita menjadi lebih indah. Inilah yang Tzu Chi lakukan selama 50 tahun ini.
Dalam perjalanan selama 50 tahun ini, segala yang kita lihat membuat kita dipenuhi rasa syukur. Dimulai dari Taiwan, Tzu Chi menjalankan misi amal, kemudian misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis guna menjawab kebutuhan masyarakat. Selama 50 tahun ini, kita menjalankan ajaran Buddha yang humanis. Sungguh, ajaran Buddha harus diterapkan di dunia.
Di Kompleks Tzu Chi Suzhou, pada tanggal 15 Oktober diadakan upacara pembukaan sebuah kegiatan pameran kaligrafi dan artefak dalam rangka 50 tahun Tzu Chi. Pameran ini bertujuan agar orang-orang memahami semangat Buddhisme Humanistik yang ada di sana. Pada hari itu, sekitar dua ribu orang mengunjungi pameran tersebut. Pameran itu akan digelar hingga 30 Oktober. Besok adalah hari penutupannya. Saya juga sangat berterima kasih kepada Profesor Wang Liping yang bekerja sama dengan Master Yue Zhao dalam merencanakan pameran itu. Karya kaligrafi beliau sangat indah. Lukisan Master Yue Zhao juga sangat bagus. Tulisan dan lukisan beliau sama-sama bagus. Singkat kata, karya-karya itu tak ternilai dan sangat berharga, tetapi tidak dijual. Semuanya hanya dipamerkan di Kompleks Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih. Selain itu, Profesor Wang Zhiyuan juga memaparkan praktik Buddhisme Humanistik yang dijalankan oleh Tzu Chi. Beliau juga dengan tegas menyatakan bahwa ajaran Buddha seharusnya dipraktikkan di tengah masyarakat.
Semangat ini dimulai oleh Mahabhiksu Yin Shun dan terus dilanjutkan oleh Tzu Chi. Saya sungguh berterima kasih. Begitu banyak rasa syukur yang tak habis diungkapkan dengan kata-kata. Saya harus berterima kasih kepada banyak orang. Singkat kata, semangat Bodhisatwa dan ajaran Buddha yang humanis harus kita sebarkan di tengah masyarakat dengan sepenuh hati. Dalam hubungan antarmanusia, kita harus saling peduli dan bersumbangsih bagi dunia. Bodhisatwa datang karena adanya penderitaan. Inilah arah misi kita, yaitu menolong mereka yang menderita. Untuk itu, kita membutuhkan orang yang mampu untuk turut mengembangkan cinta kasih dan bersumbangsih. Dengan menyebarkan semangat ini, barulah kita bisa memiliki cukup kekuatan untuk membantu banyak orang yang menderita. Ini adalah sebuah lingkaran cinta kasih. Kita semua hendaknya lebih bersungguh hati.
Merokok merugikan kesehatan dan menciptakan karma buruk
Membalas budi orang tua dan menerapkan nilai luhur
Pameran diadakan dalam rangka 50 tahun Tzu Chi
Bodhisatwa menolong orang-orang yang menderita
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Oktober 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Oktober 2016