Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Kebenaran dan Menciptakan Lingkaran Kebajikan

Kondisi iklim yang tidak bersahabat membawa dampak besar bagi tanaman pangan. Karena itu, pada tanggal 16 Oktober yang merupakan Hari Pangan Sedunia ini, kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa makanan tidak bisa diperoleh hanya dengan mengulurkan tangan. Sungguh, semua itu tidak mudah diperoleh. Setiap butir beras dan setiap tetes minyak berasal dari kerja keras banyak orang. Jadi, kita harus menghargainya karena semua bahan pangan sangat berharga. Terlebih lagi, pada zaman sekarang ini, sektor pertanian menghadapi ancaman besar karena banyak anak muda yang meninggalkan pedesaan. Yang tetap tinggal di pedesaan hanyalah para lansia. Dengan kondisi iklim yang tidak bersahabat dan kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian, bagaimana kebutuhan pangan begitu banyak orang bisa terpenuhi? Singkat kata, kita harus berusaha menjaga keseimbangan antara lahan pertanian dan tenaga kerja yang bersedia menggarap sawah serta menyelaraskan pikiran manusia. Jika bisa demikian, mungkin kebutuhan pangan manusia bisa terpenuhi untuk waktu yang lebih panjang dan perubahan iklim yang ekstrem juga dapat mereda.

Kita bisa melihat kekuatan Topan Koppu semakin meningkat. Topan ini juga mungkin akan terus bergerak mendekati Taiwan. Jadi, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Lihatlah kondisi Myanmar belakangan ini. Banjir di sana terus merambat ke wilayah lain. Sebelumnya, untuk menjangkau lokasi bencana, insan Tzu Chi dari Yangon harus menempuh perjalanan selama belasan jam. Kini banjir juga merambat ke wilayah lain yang berjarak satu hingga dua jam dari Yangon. Dari sini bisa diketahui betapa luasnya lokasi bencana. Setelah relawan Tzu Chi di Myanmar dan relawan Tzu Chi dari Malaysia menyurvei lokasi bencana, mereka melaporkan bahwa yang dibutuhkan di sana adalah bibit padi. Karena itu, kita harus memberikan bantuan berupa bibit padi. Sebelumnya, pemerintah setempat memiliki persediaan bibit padi yang akan dibagikan kepada para petani. Namun, berhubung kekurangan bahan pangan, mereka pun menggiling padi-padi itu menjadi beras untuk memenuhi kebutuhan warga. Karena itu, kita hanya bisa membeli bibit padi dari wilayah lain.

Sebelum menggelar pembagian bantuan, kita terlebih dahulu melakukan survei. Kita mendengar banyak kesulitan petani. Banyak di antara mereka yang kurang mampu dan harus meminjam bibit padi dari orang lain. Sebanyak dua kali berturut-turut, bibit padi yang mereka tanam dan sudah mulai bertunas rusak akibat tergenang banjir. Karena itu, mereka berencana untuk meminjam bibit padi lagi. Namun, setelah insan Tzu Chi pergi ke sana, mereka tidak perlu meminjam bibit padi lagi. Kita memberikan bibit padi kepada mereka. Mereka sangat bersyukur. Kali ini, mereka tidak perlu meminjam bibit padi dan tidak perlu mengeluarkan modal berkat cinta kasih dan sumbangsih insan Tzu Chi.

Kita juga bisa melihat Relawan U Thein Tun. Sejak menerima bantuan dari Tzu Chi dan mengenal Tzu Chi, dia dengan penuh rasa syukur menyisihkan segenggam beras setiap kali memasak. Pada saat yang sama, dia juga tidak menyemprot pestisida dan bertutur kata baik kepada tanamannya setiap hari. Kini dia telah menjadi relawan Tzu Chi. Kali ini, saat relawan lain mengunjunginya, kita bisa melihat bahwa wilayahnya tidak tergenang banjir. Selain itu, panen kali ini sepertinya juga akan melimpah. Dia juga mengimbau orang-orang agar tidak menggunakan pestisida. Dia berbagi pengalamannya dengan orang-orang. Setelah mendengar kisahnya, banyak orang yang bersedia melakukan hal yang sama dengannya, yakni menyisihkan segenggam beras setiap kali memasak dengan penuh cinta kasih dan bertutur kata baik kepada tanaman di sawah setiap hari dengan penuh rasa syukur.

“Saat menabur bibit padi, saya mulai membangkitkan niat baik. Jika saya merawat tanaman dengan cinta kasih, saya yakin saya akan mendapatkan hasil panen yang baik. Saya juga tidak ingin membunuh. Karena itu, saya berkata kepada serangga-serangga di sawah, ‘Setelah selesai makan, pergilah dari sini.’ Jadi, saya tidak menggunakan pestisida karena mereka akan pergi sendiri dan tidak akan membahayakan tanaman saya,” ucap U Min Than, seorang petani.

Kita bisa melihat setiap petani di sana mendapatkan hasil panen yang melimpah. Kini, Bapak U Thein Tun telah mengenakan pakaian seragam Tzu Chi. Lihatlah, setelah menerima ajaran kebajikan, hatinya dipenuhi rasa syukur dan terus berusaha untuk membalas budi. Dia juga mampu menolong sesama. Kini banyak keluarga yang turut menyisihkan segenggam beras untuk menolong sesama. Melihat lingkaran kebajikan ini, saya sungguh merasa gembira. Tidak ada hal yang tidak bisa dicapai. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Sesama manusia hendaknya saling memperhatikan, saling mengasihi, dan saling melindungi.

Di Long Island, Amerika Serikat, anggota TIMA juga bersumbangsih dengan semangat seperti ini. Para anggota TIMA menggelar baksos kesehatan bagi para warga kurang mampu tanpa melukai harga diri mereka. Saya sangat tersentuh melihatnya. Bukan hanya di Amerika Serikat, di Filipina juga demikian. Baksos berskala besar juga digelar di sana bagi penderita penyakit mata. Banyak orang kurang mampu yang menderita penyakit mata. Mendengar tentang baksos kesehatan ini, mereka merasa bagaikan melihat masa depan yang cerah dan sangat gembira. Saya sungguh sangat bersyukur. Dunia ini sungguh membutuhkan cinta kasih. Tidak peduli di negara mana pun, kekuatan cinta kasih selalu bisa mendatangkan berbagai manfaat.

Kekuatan cinta kasih bagaikan kehangatan sinar matahari di musim dingin. Tzu Chi telah berada di Lesotho selama 20 tahun. Benih cinta kasih terus menyebar di sana. Di Lesotho saja, kita sudah memiliki sekitar 1.500 relawan Tzu Chi. Para relawan di Lesotho merupakan relawan lokal. Sifat hakiki manusia adalah bajik. Melihat mereka bersumbangsih dengan gembira, kita turut bergembira untuk mereka. Sungguh, setiap orang mengungkapkan rasa syukur terhadap Taiwan dan Tzu Chi. Melihat cinta kasih bisa menyebar seperti ini, saya sangat gembira.

Setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan terhadap krisis bahan pangan

Mengikuti ajaran Master dan menabur benih kebajikan

Menciptakan lingkaran kebajikan dengan hati penuh rasa syukur

Memberikan pengobatan dengan penuh cinta kasih

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Oktober 2015

Ditayangkan tanggal 18 Oktober 2015

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -