Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Suka Duka Dunia dan Menyebarkan Cinta Kasih

Bayangkan, dalam kehidupan ini, banyak orang yang hidup sezaman dengan kita, yang berada jauh dari tempat kita berada, mengalami penderitaan di negara yang bergejolak atau di daerah yang tertinggal. Bayangkan, mereka berada di tempat yang jauh. Meski ingin, kita tidak bisa menolong mereka. Mendengar pun kita bukan mendengar langsung. Begitulah penderitaan.

Inilah yang dikatakan Buddha, yakni kehidupan penuh penderitaan. Sungguh banyak penderitaan di dunia. Penderitaan ini memenuhi seluruh dunia. Banyak suka duka di dunia ini. Di tengah banyaknya suka duka ini, harus ke manakah kita untuk memahami semua itu?

Saat ini ada banyak hal yang terjadi, terutama wabah COVID-19 yang merebak belakangan ini. Akibat wabah ini, banyak orang kehilangan pekerjaan dan banyak usaha yang tutup. Ini berdampak besar bagi perekonomian manusia. Yang terpenting, ini berdampak pada banyaknya nyawa manusia yang hilang.

Di Indonesia, jumlah kasus positif COVID-19 sangat banyak. Kondisi ini telah memengaruhi banyak bidang usaha. Banyak pekerja terpaksa dirumahkan. Banyak orang kesulitan untuk bertahan hidup. Hal pertama yang harus Tzu Chi lakukan ialah membantu orang-orang yang kehilangan pekerjaan di berbagai bidang usaha. Bukan hanya itu, kita juga harus memperhatikan orang-orang yang beban kerjanya meningkat dan mungkin sudah hampir tidak tahan lagi karena tidak bisa beristirahat. Hati mereka mungkin juga dipenuhi gejolak.

 

“Kami membawa teman jenazah jenazah ini sudah puluhan, setiap hari. Minta tolong, kita juga punya keluarga, kita punya tetangga, kita punya kehidupan, kehidupan seperti ini tidak masuk, mana ada kehidupan seperti ini terus. Kita harus bersosialisasi. Minta tolong kepada masyarakat untuk diam di rumah,”kata M. Nursyamsura sopir mobil jenazah.

Inilah seruan dari seorang sopir mobil jenazah. Mereka harus menjalankan tugas. Kehidupan mereka juga jauh dari kelimpahan. Karena itu, mereka harus mengerjakan pekerjaan yang tidak mudah itu. Jika tidak, mereka tidak akan memiliki pekerjaan. Mereka harus menjalankan pekerjaan itu. Inilah kondisi yang berlaku saat ini. Banyak orang tidak punya pilihan.

Namun, sekitar bulan April dan bulan Mei bertepatan dengan bulan Ramadan. Mereka harus berpuasa di siang hari, tetapi masih harus mengerjakan pekerjaan kasar. Bagaimana mereka bisa bekerja dengan baik? Mereka sungguh harus berusaha keras. Jadi, Sekretariat Presiden RI mengajukan kerja sama dengan Tzu Chi untuk memberi perhatian dan penghiburan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Pemerintah setempat menganggap segala yang telah dilakukan Tzu Chi sangat membantu orang-orang yang kekurangan. Terlebih lagi, selain memberi bantuan materi, Tzu Chi juga sangat baik dalam membawa perhatian dan penghiburan bagi warga kurang mampu. Dalam masa wabah kali ini, selain bantuan materi, juga dibutuhkan perhatian dan penghiburan untuk menenangkan batin semua orang. Inilah cara yang diperlukan untuk membantu warga kurang mampu. Jadi, relawan Tzu Chi menyiapkan lebih dari 600 paket barang bantuan untuk dibagikan kepada para petugas pemakaman, termasuk penggali makam.

 

Saya ingat bahwa di Indonesia, terdapat jurang yang besar antara kaya dan miskin. Banyak warga miskin sangat tidak mampu, tetapi banyak pula orang yang kaya raya.  Banyak warga kurang mampu terpaksa hidup berdesakan di tempat yang padat. Bagaimana mereka dapat menjaga jarak fisik? Merupakan tantangan tersendiri untuk meminta mereka diam di rumah yang luasnya hanya sekitar tujuh meter persegi dan dihuni oleh enam sampai tujuh orang. Bagaimana mereka dapat menjaga jarak fisik? Ini tentu sangat sulit.

Singkat kata, wabah kali ini sungguh merupakan pelajaran yang sangat besar bagi umat manusia. Kita tidak boleh tidak memahami ketidakkekalan. Wabah ini terjadi tiba-tiba tanpa pernah diperkirakan. Wabah kali ini juga merupakan bencana besar. Kapankah sesungguhnya wabah ini akan berakhir?

Banyak orang harus hidup di tengah kesulitan ekonomi dan terpaksa tinggal di ruangan yang tidak layak, dengan luas hanya 7 sampai 9 meter persegi. Ruangan-ruangan itu tidak dibatasi tembok, melainkan hanya dibatasi kain atau jerami. Ruangan-ruangan itu berderet dan sangat tidak layak. Setiap keluarga menempati satu ruangan sempit dengan jumlah orang yang tidak sedikit. Bagaimana mereka dapat menjaga jarak fisik? Kondisinya sangat memprihatinkan. Inilah penderitaan dalam kehidupan. Beginilah dunia makhluk awam.


Namun, cahaya Buddha mampu menerangi dunia dan menjangkau semua makhluk yang menderita di sudut yang gelap. Cahaya ini membuat kita bisa melihat kondisi kehidupan orang-orang dari berbagai status sosial dan ekonomi. Setelah melihat dan menyadari kenyataan ini, kita dapat memahami dengan jelas segala suka duka di dunia serta memahami kebenaran abadi di dunia ini, yakni ketidakkekalan.

Berkat cahaya Buddha, kita dapat melihat semuanya dengan jelas. Cahaya ini tidak hanya menunjukkan sisi kebahagiaan saja, melainkan juga penderitaan dan ketidakkekalan. Setelah memahaminya, kita harus menyerap kebenaran ini ke dalam hati agar pikiran kita tidak membangkitkan noda batin saat menghadapi kondisi luar. Kita harus berusaha melatih batin kita untuk tidak tergoyahkan oleh kondisi.

Sebagai Bodhisatwa yang bertekad untuk menjangkau semua makhluk yang menderita, kita tak boleh membiarkan berbagai kondisi di luar membuat kita membangkitkan noda batin.

Cahaya Buddha menerangi seluruh dunia
Memahami kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang
Memberi cinta kasih kepada semua makhluk
Membantu mereka yang membutuhkan dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Mei 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 05 Mei 2020     
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -