Ceramah Master Cheng Yen: Memandang Semua Orang di Dunia Bagai Keluarga Sendiri
Kita dapat melihat kebakaran di Prefektur Niigata yang melahap lebih dari 140 unit rumah. Melihat banyaknya rumah yang hangus, entah bagaimana nasib penghuninya. Ini sungguh mengkhawatirkan. Selain khawatir, kita juga harus senantiasa memperhatikan orang-orang di sekitar.
Kita juga melihat proyek pembangunan Sekolah Menengah Dasi di Taoyuan. Dua hari lalu, perancahnya tiba-tiba roboh dari lantai lima sehingga menyebabkan lima orang pekerja jatuh dan terkubur di dalam semen. Dengan sangat cepat, relawan Tzu Chi segera menuju lokasi kejadian. Mereka juga pergi berdoa sekaligus menghibur keluarga korban. Inilah ketidakkekalan hidup.
Tidak ada orang yang tahu kapan ketidakkekalan akan terjadi. Insiden itu terjadi secara tiba-tiba, bagaimana keluarga korban dapat menerimanya? Karena itu, kita harus memberi penghiburan dan pendampingan.
Saat terjadi insiden seperti itu, kita harus memberikan pendampingan jangka panjang. Semua orang di dunia adalah satu keluarga. Kita semua adalah satu keluarga.
Hari ini, Ketua misi kesehatan Tzu Chi, dr. Lin, Kepala RS Tzu Chi, dr. Chien, serta belasan dokter lainnya akan berangkat ke Yordania untuk mengadakan baksos kesehatan. Mereka pergi untuk melayani para pengungsi dan orang kurang mampu. Kali ini, para staf medis dari RS Tzu Chi Taipei juga membantu menyiapkan peralatan medis dan obat-obatan yang diperlukan. Setelah mengemas barang-barang yang diperlukan, mereka mengirimkannya ke Taoyuan. Malam ini, tim medis kita akan berangkat ke Yordania. Inilah cinta kasih.
Kita dapat melihat berbagai penderitaan di dunia. Perang saudara di Suriah telah menyebabkan banyak orang dewasa dan anak-anak terpaksa mengungsi ke negara lain. Selain hidup kekurangan, mereka juga hidup dalam kondisi tidak sehat dan aman. “Anak-anak bisa mati kedinginan di sini. Salju turun tanpa henti dan di dalam tenda tidak ada penghangat ruangan. Kabarnya ada organisasi kemanusiaan akan datang membantu, tetapi hingga kini kami belum melihat mereka. Kami kembali ke tenda. Saya merangkul anak saya hanya dengan sehelai selimut. Ada beberapa bayi yang lahir di tenda pengungsian. Ada pula beberapa anak kecil yang menderita penyakit.”
Relawan Tzu Chi di Yordania membantu mengatur sekelompok anak pengungsi itu untuk menjalani pengobatan, operasi, dan lain-lain. Hingga kini sudah ada lebih dari 100 anak yang menjalani operasi.
Kita juga melihat seorang gadis kecil. Saat dia baru lahir, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan bom. Karena terkejut, sang dokter tak sengaja mematahkan kakinya. Sejak lahir, anak ini menderita penderitaan akibat fisiknya. Dalam waktu tiga tahun, dia menjalani operasi sebanyak enam kali, tetapi kondisinya tak kunjung membaik. Setelah menerima kasus ini, relawan Tzu Chi menyerahkannya kepada dr. Monzer, seorang dokter Suriah yang juga merupakan pengungsi. Gadis kecil yang berusia 3 tahun lebih itu kembali menjalani 2 kali operasi.
Kini kakinya sudah sembuh. Lihatlah, dia datang ke hadapan relawan Tzu Chi dengan kedua tangan terbuka lebar untuk merangkul relawan Tzu Chi. Inilah satu keluarga. Semua orang di dunia ini adalah satu keluarga tanpa memandang hubungan darah. Lihatlah, kini dia sudah dapat berjalan dan berlari. Bantuan kita sungguh bermakna. Meski kita telah menjalankan operasi bagi beberapa anak sepertinya, tetapi masih ada lebih dari 300 orang anak yang menunggu untuk memperoleh pengobatan. Mereka masih menunggu untuk menjalani operasi.
Saat acara Pemberkahan Akhir Tahun, Relawan Ji Hui kembali dari Yordania untuk menceritakan kisah para pengungsi di sana. Setelah mendengarnya, selain Rumah Sakit Tzu Chi, beberapa sekolah Tzu Chi juga bergerak untuk membantu. Ada yang mengadakan bazar, ada pula yang mendonasikan celengan bambu. Ada seorang anak yang mulanya menabung untuk membeli mainan yang disukainya. Namun, setelah mendengar hal ini, dia pun mendonasikan tabungannya. “Mulanya saya ingin membeli mainan dengan hasil tabungan saya. Akan tetapi, saya melihat video tentang anak-anak di Suriah yang sangat kasihan dan hidup tidak bahagia. Karena itu, saya ingin mendonasikan celengan saya untuk mereka,” ucap Cai Meng-jie, siswi TK Tzu Chi.
Anak-anak juga ikut bersumbangsih. Selain Taiwan, relawan Tzu Chi di Malaysia dan Filipina juga bergerak untuk membantu. “Mengetahui bahwa kami membuat kue lobak untuk menggalang dana untuk penyaluran bantuan bencana internasional, banyak orang datang untuk membeli. Ada orang yang membeli untuk dicoba. Setelah mencobanya, pada keesokan harinya, dia kembali datang membeli 40 kue lobak. Kami melakukannya dengan gembira,” tutur Lü Li-qing, relawan Tzu Chi.
Mereka mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk membantu anak-anak pengungsi melenyapkan penderitaan fisik. Kita harus bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Malam ini mereka akan pergi berangkat ke Yordania untuk membagikan barang bantuan dan mengadakan baksos kesehatan berskala besar.
Kita sering mengadakan baksos kesehatan gigi secara rutin. Kali ini, dokter dari beberapa spesialis akan berangkat bersama-sama. Semoga mereka dapat kembali dengan selamat dan penuh sukacita. Belakangan ini, di Yordania dan Turki terjadi masalah pengungsi yang menyebabkan sedikit pergolakan. Saya sungguh khawatir. Karena kekuatan cinta kasih yang sangat besar, mereka bersikeras untuk berangkat ke sana.
Saya terus mengingatkan mereka untuk menjaga keselamatan. Semoga mereka dapat kembali dengan aman dan selamat. Mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk memberi manfaat bagi semua makhluk merupakan arah tujuan kita. Inilah kekuatan cinta kasih. Terima kasih.
Mengadakan baksos kesehatan di Yordania
Melenyapkan penderitaan dan memberikan kebahagiaan kepada semua orang
Badan misi Tzu Chi bergerak untuk mengerahkan kekuatan cinta kasih
Himpunan niat bajik dapat memberi manfaat bagi semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Desember 2016