Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Kehidupan untuk Memperpanjang Cinta Kasih


Waktu berlalu sangat cepat. Kita tahu bahwa, Tzu Chi di Amerika Serikat telah menginjak usia 32 tahun. Lebih dari 30 tahun lalu, Stephen Huang mengenal saya. Saat itu saya memberinya sebuah misi. Kini, kita melihat banyak Bodhisatwa di AS. Begitulah mulanya.

Jalinan jodoh ini sangat dalam. Hati kalian begitu dekat dengan saya. Namun, saya ingin menyampaikan kepada kalian agar sungguh-sungguh menggenggam jalinan jodoh bukan hanya pada kehidupan sekarang.

Kita telah menanam sebab pada kehidupan lampau, sehingga berjodoh pada kehidupan sekarang. Kini, sebab dan kondisi yang ada juga terus berbuah. Saya berharap kita semua menuai buah kedekatan dan cinta kasih.

Selain kedekatan perasaan antar manusia, kita juga melihat kedekatan dengan alam. Kita melihat Kompleks Tzu Chi di Walnut. Kebun sayur di sana juga tumbuh dengan baik. Kita sungguh merasakan kekuatan alam di sana. Kekuatan kasih sayang itu sungguh besar.

Manusia menanam benih di tanah. Tanah menerima hangatnya cahaya matahari, kadar air, dan dukungan alam. Dengan perpaduan empat unsur ini, kita lihat bahwa seiring berjalannya waktu, tanpa kita sadari, benih sayuran itu membentuk kebun oyong. Buah tanaman oyong itu bisa bertumbuh hingga begitu besar.


Kita juga melihat tanaman sawi. Sebatangnya saja begitu besar. Itu sangat luar biasa. Saat kita membayangkan waktu yang dibutuhkan baginya untuk tumbuh dan bagaimana sebutir benih sawi yang kecil dapat bertemu dengan cahaya matahari dan air, sehingga dapat tumbuh sampai begitu besar, sesungguhnya luar biasa sekali.

Alam ini menyimpan banyak potensi dan keajaiban. Setinggi apa pun pengetahuan manusia dan sebesar apa pun kebijaksanaannya, tetap sulit untuk menggambarkan cara kerja alam. Jadi, belakangan ini saya terus mengingatkan tentang pelajaran besar.

Pandemi kali ini sungguh memberi umat manusia pelajaran yang amat besar. Saya terus berharap semua orang dapat meluruskan dan menyelaraskan pikiran masing-masing. Dari manakah kita memulainya? dari alam. Kita dapat kembali pada alam dan memetik pelajaran besar.

Kita dapat mengamati perubahan iklim dan fenomena lainnya serta sungguh-sungguh merenungkannya. Semua ini sungguh tak terbayangkan dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Namun, saya ingin mengatakan kepada insan Tzu Chi di AS bahwa saya telah melihat tanah itu dengan banyak orang yang berinteraksi dengan cinta kasih di dalamnya. Semuanya telah membangun jalinan kasih sayang.

Ingatlah untuk menjaga jalinan kasih sayang dan cinta kasih tanpa pamrih ini. Jalinan kasih sayang ini harus langgeng dan tidak dibiarkan terputus. Semua orang harus menjaga jalinan kasih sayang ini. Dengan demikian, barulah ia akan bertumbuh dan terus berlanjut.


Para Bodhisatwa di AS, saya telah melihat kalian bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Saya juga melihat orang-orang di sana begitu dekat dengan tanah tersebut. Saya melihat bagaimana orang-orang memanfaatkannya dengan sukacita.

Dengarlah dengan jelas bahwa sesuatu yang dapat dimanfaatkan sangatlah bernilai. Sebaliknya, manusia justru tidak rela dirinya dimanfaatkan, sehingga berbagai noda batin pun bangkit.

Saya malah berkata bahwa saat dimanfaatkan, berarti kita sangat bernilai. Tanah harus dimanfaatkan. Begitu pula dengan manusia. Untuk dapat bermanfaat, kita sendiri harus mengerahkan potensi kita. Bermanfaat dan berguna sangatlah penting.

Waktu terus berlalu detik demi detik. Demikian pula kehidupan manusia terus tergerus tanpa disadari. Manusia bisa beranjak tua, melemah, jatuh sakit, dan pada akhirnya meninggal dan menghilang dari dunia yang luas ini. Namun, saya berharap semangat dan filosofi kita tetap bertahan.

Begitu pula dengan jalinan kasih berkesadaran ini. Antara guru dan murid, kita juga memiliki jalinan kasih. Namun, kasih yang saya berikan kepada murid-murid saya adalah cinta kasih berkesadaran. Cinta kasih ini tidaklah bernoda atau tercemar.

Jadi, saya berharap setiap insan Tzu Chi mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin untuk bersumbangsih dan bersyukur satu sama lain. Semangat untuk bersumbangsih tanpa pamrih dan saling bersyukur ini merupakan wujud kasih sayang yang tak tercemar, paling teguh, dan paling kuat.


Saya berharap cinta kasih Tzu Chi yang berkesadaran ini dapat tersebar di Amerika Serikat. Semoga setiap butir benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga. Saya berharap setiap orang tidak meremehkan sebutir benih dalam diri masing-masing. Kita harus menumbuhkan sebutir benih milik kita menjadi tak terhingga dan membuat masing-masing benih itu kembali tumbuh menjadi tak terhingga pula.

Kalian memiliki jalinan jodoh dengan Amerika Serikat. Wilayah AS sangat luas dengan populasi yang besar. Asalkan kalian memiliki tekad, ajaran Buddha yang berisi kebijaksanaan ini dapat kalian sebarkan dan tanamkan di sana. Saat Amerika Serikat damai, barulah dunia bisa harmonis. Ini sangatlah penting.

Umat manusia memiliki banyak potensi dan kemampuan. Namun, jika pikiran menyimpang, potensi ini tidak dapat dikerahkan ke arah yang baik. Jadi, kita harus memiliki benih kebajikan untuk digunakan di mana pun demi menyediakan kebutuhan umat manusia.

Terima kasih atas kesungguhan kalian di sana dalam menggarap lahan dan melayani masyarakat. Semoga semua insan Tzu Chi dapat menggarap ladang berkah yang lebih luas dengan orang yang lebih banyak di sana. Inilah harapan saya terhadap kalian semua.

Menyebarkan benih kebajikan sampai menjadi tak terhingga
Memanfaatkan kehidupan dan belajar dari alam
Memurnikan hati dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Meneruskan cinta kasih dan menghargai kekuatan alam

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 03 Agustus 2021
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -