Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Kehidupan untuk Mempraktikkan Kebajikan


Kita yang kini hidup tenteram dan sehat hendaklah bersyukur kepada semua orang yang ditemui. Kita bersyukur kepada semua orang yang menjaga kebersihan lingkungan sehingga kesehatan kita pun terjaga. Karena itulah, saya sering berkata bahwa saat membuka mata setiap pagi, yang pertama muncul dalam benak saya adalah rasa syukur.

Saya bersyukur masih hidup aman dan tenteram, masih bisa bangun dan turun dari tempat tidur, serta masih memiliki tubuh yang sehat dan bisa bergerak dengan leluasa. Saya memulai setiap hari saya dengan hati penuh rasa syukur.

Bodhisatwa sekalian, kalian hendaklah meneladan saya untuk senantiasa bersyukur. Mari kita bersyukur setiap waktu. Dengan membangkitkan rasa syukur, kita pasti akan terbebas dari kerisauan. Detik demi detik terus berlalu tanpa henti.

Tadi, saat menaiki tangga, setiap menginjak satu anak tangga, saya mengucap syukur di dalam hati. Bisa datang ke sini, duduk di sini, dan berbicara dengan kalian semua, saya juga sangat bersyukur. Rasa syukur mendatangkan kebahagiaan. Jadi, kalian hendaklah meneladan saya untuk bersyukur setiap waktu kepada setiap orang. Saat tubuh kita sehat dan bisa bergerak dengan leluasa, kita hendaklah bersyukur.


Tahun ini, Tzu Chi telah berusia 55 tahun dan misi pelestarian lingkungan kita telah dijalankan selama hampir 32 tahun. Sebagian besar relawan di sini merupakan relawan daur ulang. Kalian mendedikasikan diri dalam misi pelestarian lingkungan Tzu Chi dengan mengasihi dan melindungi Bumi serta menghargai sumber daya.

Bodhisatwa sekalian, kalian telah melakukannya. Berkat sumbangsih kalian, kebersihan komunitas bisa terjaga. Kita mengumpulkan barang daur ulang yang dianggap orang lain sebagai sampah dan mendaur ulang semua itu menjadi barang baru yang berguna. Inilah wujud menghargai sumber daya.

Demikianlah kita memulihkan nilai guna barang yang semula sudah tidak berguna. Kalian semua menghargai sumber daya dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Karena itulah, saya selalu bersyukur pada kalian.

Saya sering berkata bahwa kita harus menggenggam waktu. Karena menggenggam waktulah, kalian bisa melihat saya di sini dan saya juga bisa melihat kalian. Dalam setahun, saya hanya melakukan perjalanan sekali atau dua kali. Dahulu, saya melakukan perjalanan setiap bulan. Belakangan, berhubung tidak punya cukup waktu, saya hanya melakukan perjalanan dua kali dalam setahun.


Kini, melakukan perjalanan dua kali dalam setahun saja sangat sulit. Selain tidak punya cukup waktu, stamina saya juga tidak mendukung. Saya tidak menyadari perubahan yang halus ini. Seiring waktu, stamina dan fungsi tubuh saya menurun. Bukan hanya saya, semua orang tidak terhindar dari hukum alam ini.

Dahulu, setiap hari saya berpikir tentang apa yang harus saya lakukan keesokan harinya untuk membawa manfaat bagi dunia ini. Saat itu, setiap hari saya antusias memikirkan rencana untuk keesokan harinya.

Namun, kini saya bahkan tidak tahu pasti dalam satu jam ke depan, bisakah saya menyelesaikan ceramah saya, berjalan menuruni panggung, dan kembali ke tempat duduk saya. Saya tidak tahu pasti.

Buddha mengajari kita tentang ketidakkekalan. Kita hendaklah memahami kebenaran ini. Buddha mengajari kita bahwa kehidupan tidaklah kekal dan semua makhluk setara. Kita juga mendengar pelajaran besar terkait pola makan vegetaris yang mengingatkan kita untuk membangkitkan cinta kasih menyeluruh yang tulus. Buddha mengajari kita untuk mengasihi semua makhluk dan sumber daya.


Bodhisatwa sekalian, lewat misi pelestarian lingkungan, kita mengasihi semua sumber daya. Lihatlah kertas ini. Sisi ini masih bersih dan sisi ini penuh dengan huruf berwarna hitam. Di tangan saya, sisi yang bersih ini masih sangat bermanfaat. Saya bisa menggunakannya untuk menulis dengan pensil, lalu dengan pulpen, hingga akhirnya dengan mopit. Kertas ini bisa digunakan tiga kali bagai memiliki tiga nyawa. Jadi, secarik kertas saja bisa dimanfaatkan bagai memiliki tiga nyawa.

Kita hendaklah menggenggam kehidupan kita untuk membawa manfaat bagi orang-orang. Saat membuka mata setiap pagi, saya bersyukur masih bisa memanfaatkan kehidupan saya untuk bersumbangsih bagi dunia.

Bodhisatwa sekalian, kita memiliki satu arah yang sama, yaitu mengasihi Bumi. Kita hendaklah bersama-sama mempraktikkan kebajikan. Setiap orang yang mempraktikkan kebajikan adalah Bodhisatwa dunia. Karena itulah, saya selalu menyebut kalian "Bodhisatwa". Sungguh, kalian semua merupakan Bodhisatwa.

Meski kita terus menua seiring berlalunya waktu, tetapi saya merasa bahwa kalian semua bersumbangsih dengan tulus dan sungguh-sungguh berbuat baik. Semua itu sungguh menunjukkan keindahan. Kelurusan hati kalian sangatlah indah. Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang menghimpun kekuatan cinta kasih.     

Manusia menua seiring berlalunya waktu
Hati yang dipenuhi rasa syukur membuat kita terbebas dari kerisauan
Memanfaatkan kehidupan untuk mempraktikkan kebajikan
Menunjukkan kekompakan dalam mengasihi semua makhluk dan sumber daya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 05 November 2021
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -