Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Kehidupan untuk Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Bersungguh hati mendengar Dharma tidak bisa dibuktikan dengan ucapan. Bagaimana membuktikan kesungguhan kita? Dengan melakukan tindakan nyata yang membawa manfaat bagi orang lain. Dengan demikian, kita juga bisa memperoleh pencapaian.
Saat orang lain memperoleh manfaat dari sumbangsih kita, apa yang kita rasakan? Melihat orang lain bersukacita dan mendapat bantuan, tujuan kita pun tercapai. Saat berbagi Dharma dengan orang lain, kita juga memperoleh pencapaian. Jadi, orang lain memperoleh manfaat, kita juga memperoleh pencapaian. Inilah yang disebut menyerap Dharma ke dalam hati.
Bersungguh hati saja tidaklah cukup. Dengan kesungguhan hati, kita hanya bisa memahami. Saat seseorang memahami Dharma, berarti dia bersungguh hati dan berfokus mendengar Dharma. Namun, jika kita hanya memahaminya tanpa mempraktikkannya, maka semua itu akan sia-sia karena kita akan melupakannya dalam waktu singkat. Jadi, bersungguh hati saja tidak cukup. Dharma harus dipraktikkan secara nyata.
Setelah mendengar Dharma dengan tulus, kita harus mempraktikkannya untuk membawa manfaat bagi sesama. Kita harus mempraktikkan Dharma yang kita pelajari dan menyerapnya ke dalam hati. Itulah Dharma yang nyata. Setelah bersumbangsih bagi sesama, kalian akan memperoleh pencapaian.
Kalian berkata bahwa kalian bersumbangsih demi saya. Sekarang saya ingin menjelaskan bahwa apa pun yang kalian lakukan, kalianlah yang akan memperoleh manfaat. Jika kalian tekun dan bersemangat, maka jiwa kebijaksanaan kalianlah yang akan bertumbuh. Meski kalian berkata bahwa kalian melakukan semuanya demi saya, tetapi itu hanya sebagai wujud perhatian kalian pada saya. Sesungguhnya, semuanya demi diri sendiri.
Saat mendengar Dharma, kalian harus menyerapnya ke dalam hati dan mempraktikkannya untuk bersumbangsih. Dharma yang didengar adalah pengetahuan. Setelah bersumbangsih, kalian akan memperoleh pencapaian. Itulah kebijaksanaan yang sesungguhnya. Apakah kalian paham? (Paham) Kalian harus bersungguh hati menyerap ajaran saya. Jika kalian tidak mempraktikkannya, maka ajaran saya tidak akan membawa manfaat. Jadi, kalian harus mempraktikkannya untuk bersumbangsih bagi orang lain. Berhubung banyak makhluk yang menderita, maka sebagai Bodhisatwa, kita harus menjangkau mereka.
Sebagian orang menderita karena noda batin. Untuk melenyapkan penderitaan seperti ini, kalian harus menerima ajaran saya dengan tulus dan berbagi dengan mereka untuk menasihati, mengasihi, dan melindungi mereka. Inilah yang disebut berbagi Dharma dengan sukacita. Setelah mendengar Dharma dan mendapati bahwa itulah kebenaran, kita harus segera berbagi dengan orang-orang untuk menghapus keraguan dan noda batin mereka.
Menghapus keraguan orang-orang juga berarti melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan bagi mereka. Kita hendaknya menghapus noda batin dan memahami bahwa Buddha datang ke dunia ini untuk mengajari kita menapaki Jalan Bodhisatwa dengan mempraktikkan Enam Paramita dan menjangkau semua makhluk yang menderita. Karena itu, di mana pun makhluk yang menderita berada dan membutuhkan bantuan kita, kita harus segera bersumbangsih.
Melihat orang lain berpikiran terbuka dan bersukacita setelah mendengar Dharma, kita juga memperoleh pencapaian. Kita dipenuhi sukacita karena telah melakukan hal yang benar. Inilah yang disebut pencapaian pribadi. Saat ada yang menderita, kita segera bersumbangsih untuk mengatasi kesulitan mereka. Saat kesulitan mereka teratasi, kita juga memperoleh pencapaian dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Kita bersumbangsih dengan Dharma yang kita pelajari. Demikianlah kita memperoleh pencapaian dan dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Inilah yang disebut mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kita menyerap Dharma dengan pengetahuan dan bersumbangsih dengan penuh tekad. Pencapaian yang kita peroleh lewat bersumbangsih adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini adalah kebijaksanaan kita. Kita menggunakan pengetahuan untuk memperoleh kebijaksanaan. Bodhisatwa bersumbangsih tanpa pamrih. Bukan hanya bersumbangsih tanpa pamrih, mereka bahkan bersyukur.
Karena kondisi luar, kita terinspirasi untuk bersumbangsih secara nyata di Jalan Bodhisatwa. Ini berkat perpaduan sebab dan kondisi. Jadi, kita harus bersyukur. Semua orang adalah setara. Jangan merasa sombong. Kita hendaknya bersumbangsih dan bersyukur ada yang membutuhkan bantuan kita. Tanpa orang yang membutuhkan bantuan, bagaimana kita bisa mengembangkan potensi untuk bersumbangsih? Jadi, kita harus senantiasa bersyukur.
Namun, dalam sebuah organisasi besar seperti ini, ini tidak mudah untuk dijalankan karena kita masih memiliki pikiran manusia awam. Pikiran kita bagaikan cermin, mudah buram jika tidak dilap. Karena itulah, dalam melatih diri, kita harus bersungguh hati menghapus noda batin. Kita harus menghapus semua noda masa lalu. Janganlah menyimpan perselisihan masa lalu di dalam hati. Terlebih, kini kita berada di Jalan Bodhisatwa.
Kita harus menggenggam waktu untuk menjalin jodoh baik. Jangan menjalin jodoh yang tidak baik lagi. Jangan membawa pandangan pribadi, emosi, dan perselisihan ke dalam organisasi kita. Kita harus tahu bahwa seiring berlalunya waktu, kehidupan kita juga terus berkurang. Usia hidup manusia hanya puluhan tahun. Belakangan ini, saya berkata bahwa kehidupan kita terus berkurang. Kita harus memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Jika kita membiarkan satu hari berlalu sia-sia, maka kehidupan
kita tetap berkurang, tetapi jiwa kebijaksanaan kita tidak bertumbuh. Namun,
jika kita memanfaatkan kehidupan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan
mempraktikkan Enam Paramita, maka jiwa kebijaksanaan kita akan terus bertumbuh.
Dengan menyia-nyiakan satu hari, jiwa kebijaksanaan tidak akan bertumbuh meski
waktu telah berlalu. Namun, lain halnya jika kita menggenggam waktu untuk mempraktikkan
Enam Paramita.
Meski hanya tindakan kecil, jiwa kebijaksanaan kita juga akan bertumbuh meski hanya sedikit. Jadi, siapa yang melatih diri, dialah yang memperoleh pencapaian, bukan orang lain. Kita harus jelas akan tujuan hidup kita. Inilah yang ingin saya sampaikan.
Mendengar dan mempraktikkan Dharma serta memahami kebenaran
Giat membersihkan noda batin dan memperbaiki kesalahan masa lalu
Mempraktikkan Enam Paramita untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Siapa yang melatih diri, dialah yang memperoleh pencapaian
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 6 Maret 2018