Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Setiap Detik untuk Melatih Diri

Dalam hubungan antarsesama, kita harus mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa mengingatkan diri pada setiap niat yang timbul. Dalam berinteraksi dengan orang atau menangani suatu hal, kita jangan memiliki hati yang membeda-bedakan. Janganlah kita demikian. Selain mengasihi sesama manusia, kita juga harus mengasihi semua makhluk hidup. Selain itu, kita juga harus memiliki hati yang tulus.

Semua perbuatan kita akan menghasilkan benih karma yang tersimpan di dalam gudang kesadaran kita. Saat kehidupan ini berakhir sesuai dengan hukum alam, kita tak pergi dengan membawa apa pun kecuali benih karma. Benih karma yang tersimpan di dalam gudang kesadaran kita akan selalu mengikuti kita. Tempat lahir kita selanjutnya ditentukan oleh benih karma dan jalinan jodoh kita.

Benih karma ini menentukan di mana kita akan terlahir selanjutnya untuk menerima buah karma pengondisi dan buah karma langsung. Jadi, kita tidak bisa memilih dan tidak tahu akan terlahir di alam mana. Karena itu, kita harus senantiasa berhati-hati.

Belakangan ini, kita melihat relawan Tzu Chi di berbagai negara yang mengadakan ritual namaskara dan upacara pemandian rupang Buddha dengan penuh kesungguhan hati. Relawan Tzu Chi di Taiwan juga demikian. Staf medis RS Tzu Chi Dalin, Taipei, dan Taichung juga mengadakan kegiatan untuk melatih diri.

doc tzu chi

Sebelum upacara pemandian rupang Buddha, para staf RS Tzu Chi dan relawan Tzu Chi setempat mengembangkan kebijaksanaan mereka untuk menata lokasi upacara. Saya sangat tersentuh. Di Inggris juga demikian. Lokasi di Inggris tidak begitu memadai. Karena itu, relawan Tzu Chi mengadakan ritual namaskara di sebuah bukit. Meski lingkungan tidak memadai, tetapi dengan niat yang teguh, mereka menyatukan tekad untuk melatih diri.

Para relawan mengadakan ritual namaskara di sebuah bukit. Mereka semua memiliki niat yang sama. Meski lingkungan tidak memadai, tetapi mereka tetapi ingin memperingati Tiga Hari Besar. Yang terpenting dari upacara pemandian rupang Buddha adalah sebersit niat yang tulus. Meski upacara di sana tidak berskala besar, tetapi para hadirin di sana membina berkah dan kebijaksanaan dengan tulus. Lokasi upacara di Afrika juga sangat tidak memadai, tetapi upacara di sana sangat menyentuh hati.

Di Afrika Selatan, dalam peringatan Tiga Hari Besar ini, mereka menghabiskan waktu tiga tahun untuk mementaskan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas. Mereka membagi pementasan Sutra itu menjadi tiga tahun. Di tahun 2015, mereka mementaskan Bab Sifat Luhur Bodhisatwa.


doc tzu chi

Sepenuhnya memahami kebenaran di balik sifat dan wujud
Membawa kesejukan Dharma, mencerahkan kegelapan batin
Mencurahkan ajaran Mahayana bagi semua makhluk
Menyebarkan benih kebajikan di seluruh ladang pahala kebajikan

Di tahun 2016, mereka mementaskan Bab Pembabaran Dharma. Meski tidak seperti kita yang mengadakan pementasan berskala besar, tetapi mereka sungguh telah menunjukkan ketulusan hati mereka.

Ada sebuah pintu Dharma bernama Makna Tanpa Batas
Membuat Bodhisatwa mencapai pencerahan tertinggi

Mereka dapat menyanyikan lirik lagu Sutra Makna Tanpa Batas dalam bahasa Mandarin dan melakukan pementasan di atas panggung. Di tahun ketiga, yakni pada tahun ini, mereka mementaskan Bab Sepuluh Pahala.

Dengan memahami satu Dharma akan dapat memahami segala Dharma
Hendaknya giat melafal dan mempelajarinya
Sehingga dapat memahami kebenaran yang tanpa batas
Jasa pahala ketujuh tak terbayangkan
Enam Paramita terpapar secara menakjubkan
Menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia
Membebaskan semua makhluk dari penderitaan


doc tzu chi

Demikianlah mereka mementaskan Bab Sepuluh Pahala. Mereka sungguh mengagumkan. Anggota Tzu Ching setempat membagi diri dalam 5 kelompok dan setiap kelompok bertanggung jawab untuk mementaskan satu bagian dari lima racun batin. Mereka mementaskan kesombongan, kebiasaan buruk, pembunuhan, kebencian, dan ketamakan. Setiap kelompok Tzu Ching menggunakan kondisi masyarakat sekarang untuk mementaskan lima racun batin. Pementasan mereka membangkitkan kesadaran banyak orang. Ini sungguh tidak mudah.

Relawan Tzu Chi di Afrika Selatan sangat istimewa. Saya selalu sangat berterima kasih kepada mereka. Kita dapat melihat relawan dari wilayah lain di Afrika melakukan perjalanan jauh ke Afrika Selatan untuk mempelajari cara mengadakan upacara pemandian rupang Buddha.

Sebanyak 21 relawan dari Swaziland sengaja berkunjung ke Afrika Selatan untuk mempelajari cara mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Setelah mempelajari caranya, mereka segera kembali ke Swaziland untuk mempersiapkan upacara pemandian rupang Buddha. Relawan yang bertanggung jawab membimbing relawan Tzu Chi di Swaziland adalah Gladys. Usia Gladys yang lebih tua dari relawan lainnya bagaikan ibu yang penuh cinta kasih.

Gladys menderita sakit pada lututnya. Selama beberapa waktu, saya melihatnya mengikuti kegiatan sambil membawa alat bantu jalan. Kali itu, relawan Tzu Chi dari Swaziland tergesa-gesa untuk kembali. Meski setiap hari Gladys menderita sakit pada lututnya, tetapi dia memanfaatkan setiap detik untuk melakukan kegiatan Tzu Chi. Gladys memperlakukan relawan dari Swaziland bagai anak-anaknya sendiri serta membimbing mereka untuk mengembangkan jiwa kebijaksanaan. Mengetahui bahwa relawan lain akan pulang, Gladys segera membuat roti kukus. Saat roti kukusnya sudah siap, dia mendengar bahwa relawan lain sudah masuk ke dalam mobil. Karena itu, dia membawa roti kukus kesukaan orang Swaziland sambil berlari keluar. Meski lututnya sangat sakit, tetapi dia tetap berlari keluar tanpa bantuan alat bantu jalan. Dia berlari karena khawatir relawan lain berangkat meninggalkannya.

Dengan hati penuh cinta kasih, dia menjaga relawan lain bagaikan induk ayam yang mengepakkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya. Dengan bersungguh hati, Galdys membimbing setiap benih relawan itu agar dapat bertumbuh besar. Gladys mendedikasikan dirinya untuk mewujudkan tekad pelatihan orang-orang. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Kisah yang menyentuh hati seperti ini sangat banyak.

Benih karma tersimpan di dalam gudang kesadaran masing-masing orang
Mengadakan ritual namaskara dan upacara pemandian rupang Buddha
Relawan Tzu Chi Afrika Selatan melakukan pementasan adaptasi Sutra
Memanfaatkan setiap detik untuk melatih diri

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Mei 2017

Editor: Metta Wulandari

Dengan memahami satu Dharma akan dapat memahami segala Dharma

Hendaknya giat melafal dan mempelajarinya

Sehingga dapat memahami kebenaran yang tanpa batas

Jasa pahala ketujuh tak terbayangkan

Enam Paramita terpapar secara menakjubkan

Menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia

Membebaskan semua makhluk dari penderitaan
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -