Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan Bijak

Saya merasa bahagia. Saya telah tiba di Pingtung dan merasa sangat gembira. Setibanya di Pingtung, saya melihat banyak relawan lansia. Ketika saya memasuki pintu, keadaan sangat ramai seperti sedang merayakan Tahun Baru. Ya, perjalanan saya kali ini ialah untuk menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun yang menandakan bahwa tahun baru akan segera tiba.

Dengan hati yang tulus, kita mengantarkan hari-hari lalu yang telah kita lewati dengan tenteram. Kita harus mensyukuri hari-hari lalu. Selain itu, dengan hati yang tulus, kita menyambut tahun yang baru. Selain mensyukuri masa lalu, kini kita menantikan masa depan yang tenteram. Hidup tenteram berarti penuh berkah.

Kita perlu bersyukur setiap hari karena iklim telah bersahabat. Biro Cuaca sering melaporkan tentang peringatan topan. Ini membuat saya sangat khawatir sehingga saya mengimbau orang-orang untuk mawas diri dan tulus serta bersatu hati untuk mendoakan ketenteraman dunia.

Setiap hari, kita harus memiliki hati yang tulus dan mawas diri. Ketulusan berasal dari lubuk hati. Kita harus memiliki keyakinan. Apa pun agama yang kita yakini, kita harus tulus. Kita harus tulus dalam berkeyakinan. Bersumbangsih dengan sepenuh hati disebut tulus.

“Sekitar pukul 12:40, saya akan mengumpulkan barang daur ulang di pasar. Apabila saya datang terlambat, sekitar pukul 13:00, mereka akan membuangnya sebagai sampah. Mereka semua mengetahui bahwa pencemaran laut sangat parah. Saat mereka melihat saya mengumpulkan barang daur ulang setiap hari, mereka bersedia memilahnya dengan baik,” kata Cai Rui-zhen, relawan Tzu Chi.

“Satu barang juga baik.”

“Baik.”

“Ini akan mengurangi satu sampah.”

“Baik.”

“Terima kasih.”

“Setelah para relawan menggunting bagian merahnya, ini dapat didaur ulang. Hanya Tzu Chi yang mendaur ulang kantong plastik karena ada relawan yang bersumbangsih tanpa pamrih. Usahakan untuk menggunakan kembali kantong plastik. Kalau bisa, jangan gunakan plastik, bawalah kantong belanja saat berbelanja. Untuk kaleng dan botol plastik, ada orang yang akan memungutnya. Namun, kantong plastik tidak ada yang mau, maka kita mengumpulkan kantong plastik. Kita mengumpulkan kantong plastik bukan demi uang, melainkan mendaur ulang sumber daya sehingga tidak menjadi sampah. Apabila kita tidak bergerak, “cintai Bumi” hanyalah slogan.”

Dalam perjalanan, saya melihat kantong plastik dibuang di luar. Kantong plastik bisa didaur ulang, akan sayang jika dibuang. Saya bertanya “Apa boleh saya mengambilnya?” Dia mengiakan asalkan saya datang setiap hari.

Kita telah melihat edukasi pelestarian lingkungan. Kita telah melakukan usaha untuk melindungi bumi. Barang hasil daur ulang dapat kita tunjukkan sebagai alat edukasi kepada dunia. Ini sangat membantu bagi keadaan iklim dan merupakan  kekuatan besar untuk melindungi bumi.

Tadi pagi, dalam perjalanan dari Kaoshiung, dahulu, sepanjang jalan saya dapat melihat sawah dan kebun. Namun, kini saya melihat rumah-rumah yang dibangun sepanjang jalan besar dan kecil. Pembangunan rumah menandakan bertambahnya populasi dan berkurangnya sawah dan kebun. Kita perlu semakin mencintai dan melindungi bumi. Kita perlu melestarikan lebih banyak sawah, kebun, dan hutan.

Dengan meningkatnya populasi manusia dan banyaknya orang yang mencari kemudahan, apa yang paling banyak kita miliki? Sampah. Karena banyak orang yang mencari kemudahan hidup dan membuang berbagai barang, membuat tanah tercemar dan penuh beban. Kita selalu menguras sumber daya di bumi. Kita telah banyak menambang minyak bumi untuk memproduksi plastik.

Kini, kehidupan kita tak lepas dari plastik. Produk plastik murah sehingga setelah digunakan, akan langsung dibuang. Tanah tidak dapat mengurai sampah plastik hingga ratusan atau ribuan tahun. Plastik tidak dapat terurai dalam ratusan tahun. Apabila kita semakin banyak menggunakan dan membuang plastik, berapa banyak sisa tanah yang dapat digunakan sebagai sawah atau kebun?

Jadi, kini saya terus berkata bahwa kita perlu sadar. Kini perubahan iklim sangat ekstrem. Semua makhluk di dunia menghirup udara yang sama dan hidup di tanah yang sama. Meski dipisahkan oleh laut dan gunung, tetapi kita hidup di atas Bumi dan menghirup udara yang sama. Udara telah tercemar dan bumi telah terluka dan rusak.

Intinya, dengan pola dan gaya hidup saat ini, manusia terus menguras dan merusak Bumi. Produk yang kita gunakan telah memenuhi bumi dan menyebabkan bumi tidak dapat bernapas sehingga tanah mengeras. Kini, kita memiliki banyak relawan daur ulang yang mengelilingi tumpukan barang daur ulang dan memilahnya satu per satu. Barang-barang yang telah dipilah dapat didaur ulang menjadi barang lain, seperti kain, sepatu, bahan konstruksi, dan lainnya. Kita dapat menghasilkan banyak barang.

Singkat kata, melalui DA.AI Technology, Tzu Chi mengembangkan banyak produk hasil daur ulang yang berguna. Barang-barang yang dikumpulkan dapat didaur ulang dan menghasilkan barang yang berguna. Janganlah kita terus mengeksploitasi alam. Dengan proses daur ulang, banyak produk yang dapat dihasilkan. Ini disebut sebagai siklus masa pakai barang.

Manusia memiliki kelahiran kembali, barang juga bisa didaur ulang. Karena itu, saya menggunakan banyak kesempatan untuk berterima kasih kepada relawan daur ulang. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian. Kita telah memanfaatkan sumber daya dengan sebaik-baiknya.


Bersyukur dengan hati yang tulus dan melindungi bumi
Menyambut tahun baru dan berharap iklim bersahabat Mendaur ulang barang untuk memperpanjang usia sumber daya Memanfaatkan sumber daya dengan bijak

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Desember 2019      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Desember 2019

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -