Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi dengan Tulus dan Menolong Sesama

Setiap hari, ada orang yang mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek lewat telekonferensi. Kita bisa melihat di tempat yang sangat jauh, para relawan kita sangat bersungguh hati, tekun, dan bersemangat. Yang sangat istimewa tahun ini adalah bisa melihat penerima bantuan. Saat mereka menghadapi kesulitan, insan Tzu Chi mendampingi dan menolong mereka. Karena itu, mereka juga hadir untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka terhadap Tzu Chi. Kelak, mereka juga ingin menolong sesama. Benar, betapa pentingnya menolong sesama.

Kita terlahir di dunia yang penuh dengan penderitaan dan bencana. Bodhisatwa sekalian, saya selalu menyebut kalian sebagai Bodhisatwa. Bodhisatwa merupakan makhluk yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Kita memiliki kasih sayang yang tak berujung. Kita harus memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih.

Tidak mudah terlahir sebagai manusia. Karena itu, kita harus memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Setiap orang hendaknya bersumbangsih bagi sesama dengan penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Kita juga harus membangun Empat Ikrar Agung, yakni menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas, melenyapkan noda batin yang tiada akhir, mempelajari pintu Dharma yang tidak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Benar, untuk meneladani Buddha dan mencapai kebuddhaan, kita harus memiliki hati Buddha. Jadi, kita harus senantiasa mempertahankan hati Buddha. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus memiliki hati Buddha. Setiap orang harus senantiasa mawas diri. Para relawan di Taiwan yang berada di dekat saya mendengar Dharma dan bersumbangsih bagi masyarakat setiap hari. Relawan yang berada di tempat yang jauh juga demikian.

Kita bisa melihat para relawan di berbagai Negara mengasihi semua makhluk tanpa mementingkan jalinan jodoh. Mereka dapat bersumbangsih bagi sesama tanpa memandang perbedaan ras. Kita bisa melihat pemandangan seperti itu. Jadi, kita jangan hanya mendengar Dharma, tetapi juga harus melakukan praktik nyata. Saat hidup kita aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur serta membangkitkan tekad dan ikrar.

Kini, yang sangat mengkhawatirkan adalah kondisi di Tainan. Gempa bumi telah berlalu lebih dari 100 jam. Betapa panjangnya 100 jam ini. Buddha berkata bahwa waktu sekejap bisa terasa bagai satu kalpa dan satu kalpa juga bisa terasa bagai sekejap. Bagi para korban yang terperangkap di bawah reruntuhan, satu detik terasa bagaikan satu tahun. Bayangkanlah, sehari terdiri atas lebih dari 80.000 detik.

Kemarin, alat-alat berat telah digerakkan di lokasi bencana. Namun, untuk menyelamatkan para korban yang terperangkap di bawah reruntuhan, dibutuhkan kesungguhan hati setiap orang dan adanya keajaiban. Kita sungguh harus berdoa bagi mereka.

Saya sangat berterima kasih kepada relawan luar negeri yang sangat perhatian, terutama relawan di Nepal yang juga diguncang gempa bumi tahun lalu. Saat mereka dilanda bencana besar, yang mendampingi mereka adalah insan Tzu Chi yang membawa cinta kasih dari Taiwan. Kini, relawan di Nepal ingin membalas budi. Bagaimana cara mereka membalas budi? Dengan hati yang tulus, mereka berdoa bersama bagi Taiwan. Mereka tidak dapat datang ke sini, tetapi niat mereka dapat memengaruhi alam semesta. Jika semua orang di seluruh dunia dapat berdoa bagi Taiwan dengan hati yang tulus, maka gema doa ini pasti akan mendatangkan berkah besar bagi Taiwan.

Relawan di tempat yang jauh saja bersedia berdoa bagi Taiwan. Jadi, saya berharap setiap orang di Taiwan juga dapat berdoa seperti ini. Sesibuk apa pun, saya berharap setiap orang dapat bergabung dengan saluran Da Ai TV setiap siang untuk berdoa bersama. Jika setiap orang di segala penjuru dunia dapat menghentikan kegiatan selama 5 hingga 6 menit dan beranjali untuk berdoa dengan tulus, maka saya yakin, gema doa ini dapat menjangkau para dewa, Buddha, dan Bodhisatwa.

Kita berharap mimpi buruk Tainan ini dapat segera berlalu. Para korban yang masih terperangkap di lokasi bencana membuat kita merasa sangat tidak tega. Kita terus berdoa dengan tulus semoga mereka dapat diselamatkan dan mimpi buruk ini dapat segera berlalu. Para anggota tim penyelamat dan keluarga korban membutuhkan uluran tangan kita untuk merangkul dan menghibur mereka.

Kini kita mulai mencari tahu berapa banyak orang yang terkena dampak bencana, apakah rumah mereka masih bisa ditempati, apakah ada bangunan yang berbahaya, dan apakah gempa bumi kali ini membawa dampak bagi kehidupan warga. Kini, para Bodhisatwa dari wilayah selatan Taiwan yang sudah berpengalaman mulai menuju lokasi bencana. Kemarin, insan Tzu Chi dari wilayah utara dan tengah Taiwan juga pergi ke wilayah selatan Taiwan. Setiap orang membagi tugas untuk menjangkau lebih banyak orang yang terkena dampak gempa bumi kali ini dan mengalami kesulitan.

Insan Tzu Chi juga memberikan pendampingan di rumah sakit. Yang dilakukan insan Tzu Chi sangatlah banyak. Perjalanan menyalurkan bantuan pascagempa masih sangat panjang. Jadi, kita semua harus membangkitkan ketulusan hati untuk bersumbangsih semampu kita bagi para korban gempa bumi.

Mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek dan berdoa bersama dengan tulus lewat telekonferensi

Membalas budi dengan kasih sayang yang tulus dan mengungkapkan rasa terima kasih

Insan Tzu Chi di berbagai Negara berdoa bagi korban gempa bumi di Taiwan

Mencurahkan perhatian pascagempa dan menolong orang-orang yang membutuhkan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Februari 2016

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -