Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Guru dengan Praktik Nyata
Begitulah kehidupan. Ada manusia yang menderita karena tak dapat menghindari bencana yang terus terjadi di tempat tertentu. Di sisi lain, Bodhisatwa tidak sampai hati. Di mana pun bencana terjadi, mereka akan mengerahkan kekuatan cinta kasih mereka. Jadi, saya sering berkata bahwa saya sulit berkata-kata. Saat ini, kita harus bersama-sama memikirkan cara untuk bersumbangsih.
Insan Tzu Chi selalu memiliki rasa hormat. Mereka akan menyusun laporan dan melaporkannya kepada saya. Pertama, ini dilakukan agar saya merasa tenang. Kedua, setiap kali akan bergerak, dalam hati mereka selalu berpikir selama saya memberi doa restu, mereka akan merasa tenang. Mereka akan mengerahkan seluruh kemampuan mereka dan bersumbangsih dengan kekuatan besar untuk membantu banyak orang. Saya percaya semua orang memiliki cinta kasih. Cinta kasih menciptakan berkah. Dengan cinta kasih, barulah kita dapat menciptakan berkah. Dengan bersumbangsih, kita akan menghimpun energi berkah.
Lihatlah para siswa Sekolah Tzu Chi saling bergantian memberikan cerita mereka untuk bersumbangsih melawan pandemi.
“Kakek Guru, karena pandemi sangat menakutkan, kami ingin menggalang hati dan cinta kasih untuk Kakek Guru membeli vaksin Pfizer-BioNTech. Kami mencari barang tidak terpakai yang masih dapat digunakan di rumah dan menjualnya di bazar.”
“Bibi juga mengajari kami membuat mantau berbentuk rusa untuk dijual. Kakek Guru, kami juga pergi ke bukit kecil untuk memungut biji pinus dan dedaunan untuk membuat pohon Natal.”
“Saya juga membuat tahu kecap, susyi, bacang, dan telur teh untuk menggalang cinta kasih.”
“Kamu pergi ke mana lagi untuk menggalang cinta kasih? Coba katakan kepada Kakek Guru.”
“Saya pergi ke depo daur ulang untuk menggalang cinta kasih. Dana yang tergalang bisa untuk membeli vaksin. Asalkan orang dewasa diberi vaksin, mereka akan terlindungi.”
“Anak-anak yang memakai masker juga dapat melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain.”
Mereka lalu berkata bersama-sama: “Kakek Guru, kami adalah kunang-kunang kecil. Dengan cahaya yang kecil, kami menyalakan harapan besar. Terima kasih, Kakek Guru.”
Dalam pandemi kali ini, saya sungguh bersyukur. Semua orang perlu bersikap tenang dan menjaga diri. Kita juga membutuhkan sekelompok orang yang bertekad teguh untuk menghimpun kekuatan guna menenangkan hati orang-orang dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Selanjutnya, kita juga harus meningkatkan kewaspadaan dan berhati tulus. Kita juga harus melangkah dengan lebih mantap. Kita harus makin memperteguh tekad untuk menjaga niat baik semua orang. Untuk itu, kita membutuhkan Dharma. Inilah yang disebut memiliki Dharma untuk membimbing.
Bodhisatwa harus membimbing semua makhluk dan membuat semua makhluk dapat membangkitkan tekad. Membangkitkan di sini berarti menumbuhkan niat baik. Kita harus membimbing mereka dengan Dharma.
Bodhisatwa sekalian, Tzu Chi haruslah memandang ke seluruh dunia. Hati dan pikiran serta tekad kita haruslah besar. Pikiran kita haruslah ditujukan bagi alam semesta. Saat membaca Sutra, kita sering menemukan ungkapan "seluas hamparan alam Dharma". Intinya, kita harus memperhatikan seluruh dunia. Jadi, kita hendaknya berusaha untuk memahami hal ini dan melapangkan hati kita. Saat berada dalam ketenteraman, kita harus bersumbangsih.
Dengan bersumbangsih, barulah kita bisa hidup tenteram. Ini adalah sebuah siklus. Dengan terus menciptakan berkah, kita juga memperoleh kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, manusia tidak mau menciptakan berkah. Jadi, berkah mengarahkan kita pada kebijaksanaan dan kebijaksanaan membuat kita menciptakan berkah. Inilah yang disebut memutar roda Dharma.
Dengan kebijaksanaan, kita menyebarkan Dharma. Kita harus bersungguh hati untuk memutar roda Dharma. Jadi, hati dan pikiran harus digunakan secara bersamaan. Selain menciptakan berkah, kita harus menumbuhkan kebijaksanaan. Dengan adanya kebijaksanaan, segala yang dilakukan akan berada pada arah yang benar dan tidak menyimpang. Jadi, Bodhisatwa disebut sebagai makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Cinta ini bukanlah cinta yang menyesatkan, melainkan yang berkesadaran. Jadi, kita harus sangat bersungguh hati dalam menggenggam jalinan jodoh baik yang ada untuk berhimpun sebagai Bodhisatwa dunia dan menciptakan pahala yang tak terhingga.
Saya juga berterima kasih kepada para relawan di Kaohsiung. Salah satu kegiatan komunitas di kantor perwakilan kita ialah kelas bedah buku.
“Terima kasih kepada Master yang mendaur ulang diri saya sehingga saya dapat mendengar Dharma, terjun ke tengah masyarakat, serta melihat penderitaan dan menyadari berkah di Tzu Chi. Master bagaikan tetua dalam Sutra Teratai yang terus memanggil-manggil kami dengan harapan kami dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan menumbuhkan kebijaksanaan,” ungkap Li Xin-fu, relawan Tzu Chi.
“Saya dapat merasakan bahwa Dharma yang master babarkan, semuanya adalah permata. Ketika memeriksa kehidupan sendiri, saya akhirnya menyadari bahwa setiap orang adalah sebuah kitab. Dharma yang Master babarkan bagaikan sumsum Dharma yang memungkinkan kami untuk memproduksi darah Dharma dan membuka jalan bagi diri sendiri,” tutur Zhu Yan-lun, relawan Tzu Chi.
Dharma ini hanya satu, tetapi satu dapat melahirkan yang tak terhingga. Ya, jangan menyimpang. Dalam menghadapi segala sesuatu, ingatlah bahwa satu bisa melahirkan yang tak terhingga.
Bodhisatwa sekalian, apa yang saya katakan hendaknya kalian dengarkan dengan sepenuh hati. Jadi, setelah mendengar Dharma, kalian harus mengingat dan menyebarkannya. Selain itu, kalian harus mempraktikkannya dan menjadi teladan bagi orang lain. Inilah insan Tzu Chi yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Inilah yang disebut Bodhisatwa. Jadi, kita semua harus menganggap diri sebagai Bodhisatwa.
Sebagai Bodhisatwa, kita memiliki sebuah tanggung jawab, yakni menjangkau semua makhluk yang menderita. Melihat semua makhluk yang menderita, kita menjangkau mereka dan menolong mereka. Kita tentu harus menolong semua makhluk hidup. Nyawa binatang juga harus kita tolong. Inilah yang disebut menolong semua makhluk.
Orang-orang selalu berseru untuk menolong semua makhluk, tetapi malah memakan daging dari makhluk hidup lain. Orang-orang tidak menyadari hal ini. Kita tidak hanya ingin menolong nyawa manusia. Kita selalu berkata kita mengasihi semua makhluk. Semua makhluk merujuk pada berbagai makhluk hidup dengan wujud yang berbeda-beda. Inilah yang disebut sebagai semua makhluk.
Sungguh, setelah mendengar cerita kalian, saya merasa di Kaohsiung ada banyak sekali relawan yang mudah menerima Dharma dan bersedia untuk mempraktikkannya. Karena itu, setiap kali datang ke Kaohsiung, saya selalu merasa semua orang berada di dalam Dharma dan saling berbagi Dharma. Ini adalah persembahan terbesar bagi saya. Inilah yang paling membuat saya merasa sukacita.
Kalian tidak perlu memberikan apa-apa kepada saya. Kalian cukup mendengar Dharma dan menerima ajaran. Orang-orang berkata, "Orang tua ingin anak-anak menerima nasihat." Melihat anak-anak hidup rukun, bahagia, dan saling menghormati, orang tua akan merasa sukacita. Hati saya pun bagaikan hati orang tua. Melihat para murid menerima Dharma dan dapat mempraktikkannya dalam sumbangsih nyata, saya sungguh bersukacita. Saya sangat menikmati momen berbagi Dharma bersama kalian semua dalam suasana hangat yang penuh bakti dan cinta kasih.
Membimbing semua makhluk untuk membangkitkan niat baik
Mengembangkan cinta kasih berkesadaran seluas alam semesta
Membalas budi guru dengan praktik nyata
Memutar roda Dharma dengan membina berkah dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 30 Januari 2022