Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Guru dengan Tekun Melatih Diri

Kemarin, saya pergi ke Aula Jing Si Hualien untuk menghadiri pelatihan relawan. Pelatihan ini berlangsung selama 3 hari. Kita bisa melihat bahwa setiap orang sangat tekun dan bersemangat. Mereka naik ke atas panggung untuk berbagi pengalaman hidup mereka. Banyak di antara mereka yang pernah mengalami keterpurukan hingga akhirnya menemukan arah tujuan dan memasuki Jalan Tzu Chi. Mereka akhirnya melihat secercah harapan. Setelah menapaki Jalan Tzu Chi, mereka terbebas dari noda batin dan sikap perhitungan. Mereka telah memperbaiki diri. Kita bisa melihat ketulusan mereka dalam memulai hidup baru serta membangun tekad dan ikrar.

“Setelah bergabung dengan Tzu Chi serta tekun mempelajari Dharma dan mendengar ceramah Master, saya baru menyadari bahwa inilah yang benar-benar saya inginkan. Saya pun menemukan sandaran batin. Saya berusaha untuk memperbaiki diri. Saya pun sudah bervegetaris. Saya bertekad dan berikrar untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain serta mengembangkan potensi terbesar saya untuk menginspirasi lebih banyak orang menapaki Jalan Bodhisatwa di Tzu Chi dan mengikuti langkah Master untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi semua makhluk,” cerita Cai Xiu-ru, peserta kamp.

Kemarin, para relawan berbagi pengalaman hidup mereka dan bertekad untuk berbuat baik dari kini hingga masa mendatang. Saya bertanya pada setiap relawan yang turun dari panggung dan datang ke hadapan saya, “Apakah kalian berikrar dengan tulus?” Mereka menjawab, “Ya.” Saya berkata, “Janganlah melupakan ikrar yang kalian bangun hari ini. Selain jangan melupakan saat itu, kalian juga jangan melupakan tekad yang kalian bangun saat ini.”


Yang bertekad untuk berguru pada saya ialah calon Tzu Cheng dan komite wilayah utara yang berjumlah lebih dari 500 orang. Yang mendukung kamp pelatihan ini ialah insan Tzu Chi dari Taipei.

Lihatlah, mereka begitu tekun dan bersemangat. Saya berharap setiap orang dapat mempertahankan ketekunan dan semangat ini. Sutra Bunga Teratai telah membuka jalan yang praktis di dunia. Jika tidak menapaki jalan yang praktis ini, kita tidak akan terhubung dengan Jalan Bodhisatwa. Karena itulah, saya sering mengulas tentang membuka dan membentangkan jalan.

Jalan ini sudah lama terbentang. Sejak kapan? Sejak lebih dari setengah abad lalu, kita telah membentangkan jalan dengan semangat celengan bambu. Kita telah bersusah payah membentangkan jalan selama ini. Kini, kita bisa melihat Aula Jing Si yang sangat agung.

Saya menghargai semua relawan, baik yang di atas maupun di bawah panggung. Karena itulah, saya harus tekun dan bersemangat. Saya menghargai setiap anggota komite dan Tzu Cheng. Kapan pun upacara pelantikan diadakan, jika bisa melantik relawan secara langsung, berarti saya mewariskan tanggung jawab untuk memikul bakul beras bagi dunia di atas pundak para relawan kita.


Setiap relawan hendaknya mengemban tanggung jawab untuk memikul bakul beras bagi dunia dan terus menginspirasi relawan yang tak terhingga. Lebih dari 500 calon Tzu Cheng dan komite serta para relawan senior kita kembali mempelajari sejarah Tzu Chi untuk meneguhkan semangat mereka.

Setiap orang hendaknya bisa kembali mempelajari sejarah Tzu Chi dan mengetahui misi masing-masing. Setiap orang hendaknya memahami Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya berharap para relawan yang kini mengikuti pelatihan dengan tekun dan bersemangat dapat terus mengemban tanggung jawab dan tidak absen dari kegiatan Tzu Chi setelah dilantik, tidak seperti orang-orang yang diulas dalam Sutra Bunga Teratai, meninggalkan persamuhan Dharma saat Buddha akan mengulas inti sari Dharma. Saya berharap setiap orang memiliki tekad pelatihan yang teguh dan menunaikan tanggung jawab mereka.

Saat saya memasuki Aula Jing Si kemarin, yang membuat saya tersentuh bukan hanya Bodhisatwa lansia, tetapi juga anak yang menjadi tempat tangan saya bertumpu. Jangan mengira bahwa dia hanya mendampingi saya berjalan. Dia memberi saya kekuatan besar. Tanpa bertumpu pada tubuhnya, saya tidak bisa berjalan dengan stabil.


Anak kecil ini sudah beberapa tahun menjadi relawan, dari dia belum bersekolah hingga kini duduk di bangku SD. Pada hari libur, termasuk hari Sabtu dan Minggu, saat ibunya bersumbangsih sebagai relawan ladang berkah, dia akan datang untuk menjadi “tongkat” saya. Dia sangat perhatian dan menggemaskan.

Kemarin, saat bertumpu pada bahunya, saya berpikir, “Apakah masih bisa seperti ini pada tahun depan dan 2 tahun mendatang? Apakah nanti tinggi badannya masih pas untuk tempat bertumpu tangan saya?”

Hidup manusia terus mengalami perubahan. Dia akan terus bertumbuh dan PR-nya akan terus bertambah. Bagaimana dengan kesehatan saya? Demikianlah kehidupan.

Demi penutupan kamp pelatihan kemarin dan pelantikan di masa mendatang, saya sangat bekerja keras  untuk maju selangkah demi selangkah dan menyemangati diri sendiri setiap hari. Tidak ada yang bisa membantu saya dalam hal ini. Yang bisa orang lain lakukan untuk saya hanyalah menumbuhkan  jiwa kebijaksanaan mereka. Inilah harapan saya.

Dalam hidup ini, saya tidak memiliki harapan lain selain jiwa kebijaksanaan murid-murid saya bertumbuh dan mereka bisa memberi persembahan dengan Dharma. 

Bertekad menapaki Jalan Bodhisatwa
Berikrar mempertahankan tekad selamanya
Menjalankan misi Tzu Chi dengan tekad guru
Memberi persembahan dengan Dharma sebagai wujud balas budi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 09 Oktober 2019
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -