Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Luhur Buddha dan Orang Tua


Pada Hari Waisak setiap tahunnya, kita memperingati tiga hari besar sekaligus. Salah satunya adalah Hari Ibu. Berhubung orang tua telah melahirkan dan membesarkan kita, kita harus ingat akan budi luhur orang tua, terlebih seorang ibu yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak dengan susah payah hingga anaknya dapat tumbuh dewasa, berkeluarga, dan berkarier.

Entah bagaimana menghitung betapa besarnya cinta kasih dan perhatian orang tua terhadap anak. Harapan orang tua hanyalah satu, yaitu anaknya dapat hidup dengan tenang dan damai. Orang tua tidak memiliki pamrih. Namun, saya tidak tahu apakah seorang anak dapat mengingat kembali saat dia kecil, bagaimana orang tuanya menyayanginya, menggendongnya, dan menggandengnya.

Pemberian orang tua kepada anak sulit dihitung. Ketika seorang anak telah dewasa, apakah dia akan mengingat hal ini? Sungguh, sangat sedikit orang yang mengingat budi luhur orang tua. Oleh karena itu, kita harus membimbing semua orang.


Kita dapat melihat bagaimana siswa di Nepal mengungkapkan rasa syukur kepada orang tua dan guru yang telah mendidik mereka. Setelah orang tua mereka duduk, mereka membawa air ke hadapan orang tua, berlutut dengan penuh rasa hormat, dan mulai membasuh kaki orang tua atau orang yang lebih tua dari mereka. Pendidikan seperti ini sungguh menyentuh.

Apakah seorang anak dapat mengingat bagaimana seorang ibu melindungi, membesarkan, dan merawatnya dengan sepenuh hati? Apakah mereka membalas budi orang tua? Saya tidak tahu bagaimana perasaan mereka. Namun, dengan pendidikan Tzu Chi seperti ini, banyak orang yang telah melupakan budi orang tuanya pun akan terinspirasi.

Baik anak kecil maupun orang dewasa, sedikit banyak pasti ada yang akan tersadarkan. Mungkin sebagian orang tidak hanya tersentuh karena anaknya membasuh kakinya, tetapi juga bertobat karena sejak kecil hingga membina keluarga sendiri, mereka tidak pernah bersyukur kepada orang tua. Saat ini, melihat bagaimana anaknya membasuh kakinya, mereka berintrospeksi diri dan bertobat. Apa pun yang mereka rasakan saat itu, mereka pasti merasa tersentuh. Selain tersentuh, mereka juga bersyukur kepada insan Tzu Chi yang telah datang dari tempat yang jauh walau tak mengenal warga setempat.


Dalam waktu yang singkat, relawan Tzu Chi Singapura dan Malaysia telah membawa pendidikan bakti ke sekolah dengan mengajari para siswa makna di balik isyarat tangan lagu "Lukisan Anak Kambing Berlutut". Mereka semua sangat bersungguh hati. Relawan Tzu Chi Singapura dan Malaysia bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin agung.

Mereka juga menggunakan waktu dan uang pribadi untuk membawa manfaat bagi warga setempat. Mereka terjun ke setiap komunitas dan pedesaan untuk memahami kondisi di sana. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan tempat bagi kita untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Lebih dari 200 guru Dharma dari 15 negara datang untuk berpartisipasi dan menginspirasi warga setempat untuk mengikuti upacara. Upacara itu berjalan dengan sangat agung. Terlebih lagi, kita dapat melihat betapa agungnya rupang Yang Maha Sadar Di Alam Semesta yang ada di lokasi upacara.

Perlu diketahui bahwa rupang-rupang Buddha ini merupakan milik relawan Malaysia dan Singapura yang biasanya dipuja di rumah mereka dengan hati yang tulus setiap hari. Berhubung upacara yang agung ini memerlukan rupang Buddha, mereka pun membawanya hingga ke Nepal. Mereka juga membawanya hingga ke India.


Lihatlah, insan Tzu Chi Singapura dan Malaysia sangat bersungguh hati. Terlebih lagi, mereka bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin agung. Mereka sungguh mempraktikkan Dharma di tanah kelahiran Buddha. Mereka telah membawa Dharma ke sana dan menunjukkan keagungan Dharma. Bahkan, guru Dharma setempat pun memuji kesungguhan hati insan Tzu Chi dalam menyerap Dharma ke dalam hati dan membawanya ke tanah kelahiran Buddha. Guru Dharma setempat juga sangat kagum.

Saya bersyukur kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia, terlebih para relawan yang kali ini membawa Dharma ke Nepal dan India. Saya sungguh bersyukur atas kesungguhan hati dan cinta kasih para relawan kita. Saya bersyukur kepada kalian yang memberi saya banyak dukungan. Kalian telah membawa Dharma sekaligus niat saya untuk membalas budi luhur Buddha di sana. Saya bersyukur kepada kalian yang telah bersumbangsih dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih, giat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, dan membalas budi luhur Buddha. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua.     

Memperingati tiga hari besar sekaligus dan berbakti terhadap orang tua
Mengingat budi luhur orang tua
Berikrar mengemban misi di tanah kelahiran Buddha
Menyerap Dharma ke dalam hati dan menapaki jalan agung  

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 18 Mei 2023
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -