Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Luhur dengan Mempraktikkan Kebajikan


Belakangan ini, cuaca sungguh panas. Cuaca panas yang terjadi membuat kita seolah-olah berada di atas kompor. Buddha berkata bahwa dunia ini seperti rumah yang tengah terbakar. Bukankah ini menunjukkan bahwa panasnya dunia bagaikan sebuah kompor? Namun, dunia yang dikatakan oleh Buddha adalah alam nafsu, alam rupa, dan alam tanpa rupa. Nafsu yang dimaksud adalah nafsu keinginan dalam hati manusia.

Saat ini, populasi dunia hampir mencapai 8 miliar orang. Di zaman Buddha, populasi dunia hanya sekitar 100 juta orang. Meskipun lebih dari 2.000 tahun telah berlalu, langit tidak bertambah besar dan Bumi tetap hanya satu. Namun, sumber daya alam telah dieksploitasi dan dikonsumsi tanpa henti. Lingkungan telah dirusak dan tercemar. Kita dapat melihat bagaimana langit terus dipenuhi dengan asap dari pembuangan.

Sumber daya alam yang bersih telah berubah menjadi polusi hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan bertambahnya populasi dunia, sesungguhnya berapa banyak sumber daya yang masih tersedia untuk manusia? Dengan adanya pemborosan sumber daya, berapa banyak sumber daya yang masih tersisa?


Pada awalnya, sumber daya dengan kualitas baik tersimpan di dalam Bumi, tetapi manusia menggalinya dan mencemari lingkungan hanya untuk memenuhi kebutuhan. Manusia juga membuang sumber daya yang digunakan secara sembarangan. Banyak di antaranya yang sulit terurai oleh tanah dan menjadi sampah. Pencemaran tanah, laut, dan langit adalah karma buruk yang diciptakan oleh manusia. Karena ketamakan yang terus berkembang, kita telah menghabiskan sumber daya alam, merusak Bumi, dan menciptakan karma buruk. Inilah sebabnya mengapa bencana terus terjadi. Perubahan iklim menyebabkan penyakit yang makin banyak. Intinya, inilah kehidupan yang kita hadapi saat ini.

Buddha datang ke dunia dan menyebarkan ajaran-Nya agar kita semua tersadarkan. Alam semesta sungguh luas. Kita semua bertanggung jawab untuk melindungi Bumi. Kemajuan teknologi saat ini sungguh tak terbayangkan. Saya selalu berpikir bahwa saya harus sangat bersyukur sepanjang hidup ini. Saya bersyukur kepada orang tua yang telah memberikan tubuh ini kepada saya, bersyukur kepada guru yang telah membimbing saya memasuki pintu ajaran Buddha dan meninggalkan keduniawian. Saya juga bersyukur kepada semua makhluk di Bumi.


Berkat kemajuan teknologi, saya memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan banyak orang di bidang teknologi. Tanpa meninggalkan tempat ini, saya dapat mengetahui segala yang terjadi di dunia dan mendengarkan orang-orang dari suku, bangsa, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Meskipun hanya duduk di sini, saya bisa berkumpul dengan insan Tzu Chi dengan zona waktu yang berbeda-beda. Saat pagi hari di sini, insan Tzu Chi di zona waktu malam akan bergadang untuk mendengarkan saya. Semua orang bersama-sama menyerap ajaran saya.

Saya sungguh bersyukur karena saya hidup di zaman dengan teknologi canggih sehingga dapat berkumpul dengan orang-orang dari berbagai dunia secara daring. Setelah mendengarkan saya berbagi ajaran Buddha dan mengetahui apa yang terjadi di dunia, berkat jalinan jodoh, mereka bergabung dengan Tzu Chi dan telah menginspirasi banyak orang untuk bekerja sama menjalankan misi Tzu Chi dan membawa manfaat bagi dunia. Insan Tzu Chi berada di berbagai negara dan wilayah.

Belakangan ini, saya sering mengingatkan insan Tzu Chi untuk menonton Da Ai TV. Da Ai TV adalah salah satu dari Empat Misi Tzu Chi. Saya berharap semua orang di dunia dapat memperhatikan apa yang terjadi di dunia. Da Ai TV telah mengudara dan dapat ditonton di mana pun. Tidak peduli di negara mana pun, selama kita memiliki hati untuk menonton Da Ai TV, kita dapat menyerap informasi sebanyak yang kita inginkan hanya dengan mengetuk perangkat elektronik kita.


Kita dapat memahami dunia hanya dengan telepon seluler di tangan kita. Namun, perangkat elektronik yang diproduksi telah merusak dan mencemari banyak hal berharga di dunia. Jadi, setiap kali kita menggunakan perangkat elektronik, kita harus bersyukur dan bertobat. Bertobat berarti mengintrospeksi diri apakah kita terlalu menikmati dunia ini dan hanya sedikit bersumbangsih. Hendaklah kita menginventarisasi kehidupan. Sesungguhnya, berapa banyak manfaat yang telah kita berikan bagi kehidupan ini? Sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Jika hanya menikmati kesenangan sepanjang hidup kita, kita akan mencemari Bumi tanpa batas dan tubuh kita pasti akan membusuk dan berbau setelah kita meninggal. Jadi, bagaimana boleh kita tidak bertobat? Apa yang akan terjadi dengan tubuh kita ke depannya? Tubuh kita tetap akan mencemari tanah. Intinya, selama masih hidup, kita harus segera bersumbangsih. Hendaklah kita semua tidak melakukan kejahatan dan melakukan segala kebaikan.

Bumi menampung seluruh kehidupan
Pemborosan sumber daya terjadi dan penyakit bermunculan
Bertobat atas nafsu akan kenikmatan dan menginventarisasi kehidupan
Membalas budi luhur dengan mempraktikkan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 01 September 2022
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -